33. Mama

6.3K 442 41
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum baca, biar nggak kelupaan.
Bantu koreksi kalau ada typo, atau kata-kata yang kurang pas ya,

Happy reading

Jefri mendesah, melihat Alisa yang berlutut, meminta maaf di depan keluarganya. Alisa tidak perlu melakukan ini. Dengan tatapan kesal, Jefri membuang muka, dari Alisa. "Berdiri Alisa! Jangan berlebihan." Perintah Jefri padanya.

Alisa tidak bergeming, ia tetap diposisinya, sampai orang tua Jefri, ada yang bicara dengannya, mengatakan bahwa mereka memaafkannya. Alisa tidak bisa membuang perasaan bersalah, yang begitu dalam. Selama ini, Orang tua Jefri memperlakukannya, lebih baik, dari orang tua Alisa sendiri, dan bodoh sekali, alisa membuat mereka kecewa, hanya karena memilih mengambil keputusan, yang salah.

Jefri menatap Papa, yang tidak juga menyuruh Alisa berdiri, "Pa, ngomong sesuatu dong. Alisa udah minta maaf" ujar Jefri, "Mama juga" Jefri mengalihkan perhatiannya pada mamanya, yang sedari tadi hanya diam membisu.

Bella, dan Marisa yang duduk berdampingan, sedari tadi tidak bersuara sepatah katapun, mereka hanya menonton, menebak-nebak apa yang akan terjadi setelahnya. Apalagi, bagi ABG seperti Bella, menurutnya hal seperti ini, sangat seru.

"Apa jadi dewasa, serumit ini?" Desis Bella lirih, seolah bertanya pada dirinya sendiri.

Jefri menatap tajam, pada kedua orangtuanya, terlebih kepada papanya. Ia tidak suka, karena orang tuanya bersikap dingin, pada Alisa. "Papa pikir, selama ini aku sebaik apa?" Tanya Jefri datar. "Bukan Alisa yang nggak pantes buat aku, tapi aku yang nggak pantes buat Alisa"

Alisa menoleh kepada Jefri, saat Jefri mulai merendahkan dirinya sendiri. Alisa terkejut, karena tindakan Jefri yang seperti ini, sangat jarang ditunjukkan. Dimata orang lain, Jefri selalu memiliki tempat yang tinggi, dan sempurna.

Orang tua Jefri yang masih diam, membuat Jefri mendengus. Ia merogoh ponselnya, yang ada di saku celananya. Tangannya menari di atas layar, entah apa yang Jefri cari.

Jefri berdiri mendekati papanya, sembari menyodorkan ponselnya, di depan papanya, Jefri berkata, "Ini yang aku lakuin ke Alisa"

Papa tampak bingung, lalu mengambil ponsel putranya. Seketika ekspresinya berubah, saat melihat sebuah foto yang mengejutkannya. Papa memggeser-geser layar ponsel, dan tidak hanya satu foto, tapi ada beberapa foto serupa, yang membuatnya begitu terkejut.
"Apa-apaan, ini?" Desis Papa, dengan rahang mengeras, menahan amarah.

Jefri terdiam beberapa saat, dengan penuh penyesalan, Jefri berkata dengan lirih, "Papa pikir kenapa Alisa Sampek berusaha pergi dari aku?" Jefri menunduk, "Karena Aku nggak pernah memperlakukan Dia, dengan baik"

Papa berdiri dari duduknya, tanpa banyak bicara, Ia menampar putra sulungnya, dengan tangannya sendiri. Sontak semua orang yang ada di ruangan itu, menatap terkejut. Peristiwa seperti ini, rasanya baru terjadi, pertama kali.

Mama berjalan cepat mendekati putarnya, Alisa reflek berdiri dari posisi berlututnya. Alisa tidak tau, apa yang membuat Papa begitu marah, tapi melihat Jefri ditampar, membuatnya ikut merasa sakit.

"Papa ini kenapa sih?" Ujar Mama geram, sembari menarik tangan putra sulungnya, supaya bisa berlindung kepadanya.

Masih dengan tatapan marah, papa memberikan ponsel Jefri, kepada Mama. "Lihat apa yang anak kamu lakukan?"

Mama menerima ponsel itu dengan cemas, seolah takut dengan apa yang akan Ia lihat, akan membuatnya hilang kendali, seperti suaminya. Seketika jantungnya berpacu sangat cepat, begitu melihat beberapa foto Alisa dengan luka berdarah, atau luka lebam, di bagian-bagian tubuhnya. Itu adalah foto-foto Alisa selama mengalami kekerasan, dari Jefri.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang