TRIGGER WARNING!
ABUSIVE CONTENTJam 6 sore, Jefri Baru saja pulang, dari kantor, dan sedang mandi sekarang. Sementara Alisa menyajikan banana bread, yang ia buat tadi siang, untuk dipindahkan ke piring.
Alisa menoleh pada Jefri, saat mendengar langkah kakinya. Tampak Jefri yang telanjang dada, memperlihatkan dadanya yang bidang, serta perutnya yang six pack, berjalan menuju Alisa, yang ada di meja makan, sembari menggosok-gosok rambut gondrongnya yang basah, dengan handuk.
"Cobain, sayang" ujar Alisa, seraya menyerahkan sepiring kue, yang sudah ia potongi.
Jefri mengambil sepotong, dan langsung mengunyahnya,"enak" ujarnya, "pinter banget" puji Jefri, sembari mengusap kepala Alisa.
Alisa duduk bersebrangan dengan Jefri, "besok aku interview"
"Jam berapa?"
"Pagi, jam 8"
"Ya udah, besok aku anter, sekalian berangkat" ujar Jefri sembari menyomot lagi, roti buatan Alisa. "Habis interview langsung balik ya?" Perintah Jefri, seperti memberitahu hal berbahaya pada anak kecil, apabila Ia tidak pulang tepat waktu.
Alisa hanya mengangguk. Selama menganggur Alisa tidak berhenti, mengirim lamaran, melalui website, ke perusahaan-perusahaan yang sedang membuka lowongan, dan bersyukur sekali, besok Ia ada panggilan interview, dari salah satunya. Alisa sudah tidak tahan, lama-lama menganggur.
*****
Alisa selesai interview jam 9, dan sekarang ia tengah berada di cafe, di dekat kantor, tempat ia interview tadi. Alisa sengaja tidak membaca pesan yang dikirim Jefri, supaya pria itu mengiranya Ia belum selesai interview. Alisa rindu sekali, berada di luar apartemen Jefri. Disini, membuatnya sedikit bisa melepas stress, yang selama ini ia rasakan.
Alisa melirik ponselnya yang berdering, Jefri mulai menghubunginya. Alisa menarik nafas panjang, tanpa berniat mengangkatnya. Setelah telpon Jefri mati dengan sendirinya, Alisa mengubah ponselnya menjadi mode diam, lalu membalik ponselnya, dengan posisi tengkurap.
Alisa menatap jalanan di depannya yang padat akan kendaraan, melaui kaca cafe. Kegiatannya saat ini, mengingatkan Alisa akan peristiwa serupa, yang pernah Ia alami. Betul, saat Ia di coffe shop, bersama Dava. Bedanya, saat ini, Alisa sendiri. Alisa tanpa sadar tersenyum kecil, mengingatnya.
Alisa tiba-tiba merindukan perlakuan Dava kepadanya, yang terkadang membuat Alisa ingin meninggalkan Jefri, dan berlari ke pelukannya. Tapi Alisa merasa tidak pantas, untuk Dava. Dava terlalu sempurna, untuk dirinya yang bodoh, dan tidak tau diri.
Alisa mengambil lagi ponselnya, sudah ada 5 panggilan tidak terjawab, dari Jefri. Alisa mengetik beberapa digit nomor, yang tampak sudah sangat ia hafal. Alisa tampak ragu, akan apa yang hendak ia lakukan selanjutnya. Setelah beberapa menit hanya melihat nomor yang Ia tulis, di papan ponselnya, akhirnya Alisa menekan tombol hijau, untuk panggilan.
Alisa meletakkan ponselnya, di telinganya. Jantungnya berpacu dengan cepat, beriringan dengan nada tersambung, dari ponselnya.
"Hallo, siapa ini?"
"Dava, ini Alisa"
Bertemu Alisa kembali, setelah satu tahun tidak melihatnya, membuat Dava membuka kembali rasa, yang sudah Ia simpan, untuk Alisa. Dava pikir, ia sudah berhasil melupakannya, tapi saat melihat Alisa di pesta pertama kali, jantungnya tetap berdetak kencang, menyadarkan bahwa Dava tidak sepenuhnya, melupakannya.
Seolah mendapat dukungan dari takdir, Dava tanpa sengaja bergabung, dengan perusahaan, tempat dimana Alisa bekerja. Saat itu, Dava semakin bersemangat menjalani hari-harinya, karena melihat Alisa setiap hari. Tapi Dava salah paham, takdir bukan mendukungnya, melainkan hanya mempermainkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOCKED (End)
RomanceDimata Jefri, Alisa adalah miliknya. Alisa adalah wujud wanita yang paling cocok dengannya, tanpa ia sadari ia sendiri yang memaksa Alisa menjadi wanita idealnya. Jefri yakin, Alisa tidak akan meninggalkannya, karena wanita itu amat mencintainya, ta...