10. Birthday Party

7.2K 541 173
                                    

"Alisa, gue tau ini terlambat. Tapi Lo harus tau, gue suka sama Lo"

Alisa terpaku, dengan pernyataan Dava. Ia tidak tahu, harus bereaksi seperti apa. Saat ini, mereka berdua ada di parkiran kampus. Alisa kemari, karena diminta Jefri untuk menunggunya disini, tapi tiba-tiba Dava menghampirinya, membicarakan hal yang tidak masuk akal, lalu menyatakan perasaannya.

"Lo nggak perlu jawab Al, yang penting Lo tau aja" ujar Dava, "gue nggak tahan, lihat perlakuan Jefri ke Lo"

"Gue bilang ini, supaya Lo tau, ketika nanti Lo lelah dengan sikap Jefri, Lo nggak perlu takut ninggalin Dia. Cari Gue, karena perasaan Gue, nggak akan berubah" ujar Dava lagi, "Pintu gue selalu terbuka buat Lo, Al. Gue bakal selalu ada disaat Lo butuh bantuan, buat kabur dari Jefri."

Alisa terkesiap, ia tidak tau Dava serius, atau becanda. Ia tidak tau, Dava benar-benar mencintainya, atau hanya mengasihaninya. Ia tidak tahu, sebesar apa cinta Dava, dibanding Jefri. Alisa dipenuhi kebingungan, lidahnya kelu, tidak bisa menjawab satu kata pun.
Peristiwa ini, terlalu mengejutkannya.

Dava yang selama ini, Ia anggap hanya sebagai teman dekatnya, tiba-tiba datang kepadanya, menyatakan cinta. Sementara Dava sendiri tahu, Alisa tengah menjalin hubungan dengan sepupunya. Bukankah ini terdengar seperti lelucon? Apa Dava sedang mempermainkannya?

"Sayang"

Alisa menoleh, saat suara familiar memanggilnya. Ia melihat Jefri yang baru selesai kelas, berdiri di samping mobilnya, dengan merentangkan tangan.

Alisa melirik pada Dava, dengan perasaan bingung, lalu menatap Jefri, yang berdiri menunggu pelukannya. Alisa tersenyum, lalu berlari ke pelukan Jefri, dan memeluknya.

Jefri membalas pelukan Alisa dengan romantis, sembari menatap Dava tengil, seolah meledeknya. Sementara Dava hanya menatap mereka, tanpa ekspresi.

#####

Kejadian itu, saat mereka kuliah dulu. Seiring berjalannya waktu, Alisa tidak pernah memikirkan perasaan Dava, padanya lagi, karena ia tidak pernah ingin kabur, dari Jefri. Tapi akhir-akhir ini, Alisa memikirkannya.

Apakah perasaan Dava masih sama? Sudah lewat 2 tahun, setelah Dava menyatakan perasaannya, apakah sampai sekarang, Dava masih mencintainya? Jika Alisa terlanjur meninggalkan Jefri, lalu ternyata Dava sudah tidak menerimanya lagi, akan lari kemana Alisa?

Alisa terkesiap, menyadarkan dirinya dari ide gila itu. Lagipula, untuk apa ia meninggalkan Jefri. Jefri sangat mencintainya, memanjakannya seperti seorang putri. Rasanya, tidak akan ada lagi pria, yang lebih mencintainya, dari Jefri. Alisa sudah sangat beruntung, menjadi wanita satu-satunya Jefri. Ia tidak mau, memikirkan apapun lagi.

Di ruang tamu, Alisa tengah memotong kuku jari tangan Jefri, yang mulai panjang. Ia memotongnya dengan lembut, sementara Jefri menatapnya penuh cinta. Tangan Jefri yang bebas menyentuh ubun-ubun Alisa, mengelusnya perlahan.

"Ngapain sih? Padahal kan aku bisa potong sendiri?" Alisa memotong kuku tangannya, tanpa ia suruh. Dengan kepekaannya, Alisa langsung mengambil gunting kuku, segera memotong kuku jarinya, begitu melihat kukunya panjang.

"Nggak papa, aku seneng aja ngerjainnya"

Inilah yang dimaksud Jefri, perhatian sepele, yang tidak pernah Ia dapatkan, dari kekasih-kekasihnya terdahulu. Alisa sangat perhatian, terhadap hal-hal kecil sekalipun. Ini yang membuat Jefri mencintainya, seperti orang gila. Rasanya ia bisa mati, jika tidak mendapat perhatian kecil ini lagi, dari Alisa.

"Udah" ujar Alisa sembari, meletakkan gunting kuku di meja.

Jefri tiba-tiba mendorong Alisa, hingga Alisa terlentang di atas sofa, dengan ia menindih Alisa diatasnya. Jefri menatap Alisa dengan tatapan nakalnya, sementara Alisa hanya tersenyum kecil.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang