27. Fact

6.3K 495 85
                                    

Warning!
Mature Conversation

Jefri mengalihkan tatapannya, dari anting yang kini ada di tangannya, lalu beralih menatap Dava tajam. "Dimana Alisa, KASIH TAU GUE DIMANA ALISA?"

Dava mendorong Jefri, menjauhi pintu, saat Jefri mulai berteriak. Dava tentu tidak mau, keluarganya penasaran, lalu keluar, melihat mereka bertengkar.

Dava mencengkram kerah kemeja Jefri, "jangan teriak di rumah Gue, brengsek!" Dava menekan suaranya, menahan amarah.

Dava benar-benar tdiak sadar, bagaimana anting Alisa bisa tersangkut, di bajunya. Itu mungkin terjadi ketika Ia memeluk Alisa, saat Alisa menangis tadi. Dan bodohnya, Ia tidak menyadari, sampai Jefri yang menyadarinya, lebih dulu. Sekarang Dava sudah tidak memiliki alasan, untuk mengelak.

"Gue tanya dimana Alisa, Lo nggak bisa ambil sesuatu yang bukan milik Lo, sialan!" Desak Jefri, dengan mata memerah.

Dava mendengus, "bukan Gue yang ngambil Alisa, Alisa yang datang sendiri ke Gue" ujar Dava. "Sekarang Lo tau kan, siapa pemenang sesungguhnya! Dari awal, Lo cuma pecundang, yang bertingkah seolah pemenang"

Jefri menahan dirinya, tangannya mengepal kuat, matanya menyala, demi tuhan, Ia ingin memukul saat ini, tapi Ia sadar ini rumah Dava. Tapi sesaat kemudian, ekspresi Jefri berubah. Ia tampak putus asa, tatapan matanya kosong, dan tampak sangat terluka.

Jefri menjauhkan tangan Dava yang mencengkram, kerah bajunya. Lalu yang paling mengejutkan, dengan gerakan lambat, Ia menekuk lututnya, dan berlutut, di depan Dava. Dava terperangah, hingga membuatnya mundur, beberapa langkah. Ia tidak menyangka Jefri yang memiliki ego setinggi langit, mau berlutut di depan orang lain. Sangking terkejutnya, Dava sampai lupa, ingin mengatakan apa.

"Gue mohon Dav, bawa Alisa pulang. Gue butuh Alisa, lebih dari perasaan Lo ke Alisa" ujar Jefri dengan suara yang lemah, dan memohon.

Dava menatap Jefri datar, Jefri memang benar-benar terluka, itu terlihat jelas. Tapi Dava bukan orang yang mudah tersentuh, seperti Alisa. Cerita sedih Jefri, tidak lebih menyedihkan, dari cerita Alisa.

Dava menggeleng, "sorry, bukan Gue yang nggak mau, tapi Alisa yang nolak buat balik ke Lo" Dava sengaja membuat kebohongan yang menyakitkan, supaya Jefri berhenti berharap. Alisa mungkin mau kembali pada Jefri, tapi Dava tidak rela.

Jefri merasakan dadanya ngilu, mendengar itu dari Dava. Benarkah Alisa tidak ingin kembali kepadanya? Separah apa kesalahannya, hingga membuat Alisa tidak mau kembali? Apa Alisa melupakan momen indah mereka, dan hanya mengingat hal-hal yang menyakitkan saja? Bagaimana bisa, Alisa melakukan itu?

"Gue janji, Gue nggak akan nyakitin Alisa lagi, Gue mohon kasih tau gue Dava, Alisa ada dimana?"

Walaupun sedikit tidak tega, dengan keputusasaan Jefri, Dava tetap mengatakan, "Gue nggak bisa kasih tau Lo, apa-apa."

"Mulai sekarang lebih baik Lo terima kenyataan, dan berhenti cari Alisa"

Setelah mengatakan itu, Dava berbalik, dan meninggalkan Jefri yang masih berlutut. Dava menghembuskan nafas lelah, hari ini banyak hal mengejutkan terjadi. Dan Ia tidak mau dengan mudah, terkecoh.

Jefri menatap punggung Dava, yang semakin menjauhinya. Jefri kembali berdiri. Matanya kini kembali memancarkan emosi yang tertahan, entah bagaimana Jefri melakukannya, perasaannya sangat cepat berubah.

"Dava, Lo harus balikin Alisa!" Ujar Jefri dengan suara yang lebih lantang, karena jarak Dava yang semakin jauh, tapi itu tidak mengehentikan langkah Dava.

"Ahh" Jefri menjerit tertahan, sembari memukul kap mobilnya, dengan tangannya kuat. Jefri frustasi, lelah, kecewa, sekaligus marah, dalam satu waktu, dan perasaan seperti itu, sangat menyiksanya.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang