Jefri terbangun lebih pagi dari biasanya, tidur di ruang tamu, memang tidak nyenyak. Jefri melihat jam dinding, yang masih menunjukkan am 05:07. Ia beringsut dari tidurnya, Lalu menuju kamarnya, ia ingin melihat Alisa.
Jefri membuka pintu kamarnya, dan melihat Alisa, yang ternyata juga sudah bangun. Jefri mendekati Alisa yang duduk bersandar, pada Sandaran kasur, gadis itu menunduk, sembari meremas-remas tangannya.
Jefri duduk di tepi ranjang, tangannya menggenggam tangan Alisa yang gusar. Jefri mengambil salah satu tangan Alisa, lalu mengelusnya dengan tangan besarnya. Jefri mencium tangan Alisa, kemudian memainkan tangan Alisa di pipinya.
"Hari ini, jangan kerja dulu ya," Ujar Jefri lembut, yang dibalas anggukan oleh Alisa.
Jefri mengangkat dagu Alisa, supaya gadis itu menatapnya. Hati Jefri mencelos, melihat bekas luka yang masih basah, di sekitar pelipis Alisa. Tatapan Alisa terlihat sudah berubah, biasanya tatapannya selalu berbinar, dan memujanya. Kali ini, sorot matanya terlihat takut, dan putus asa. Hal itu, semakin membuat Jefri Hancur.
"Maafin aku,"
Alisa berkaca-kaca, ia tidak pernah menyangka Jefri akan meminta maaf, dan terdengar begitu tulus. Alisa menatap Jefri dalam, terlihat Jefri juga sama putus asanya, dengannya. Alisa hampir terlena, tapi jika hari ini ia larut, dalam penyesalan Jefri, besok Jefri tetap akan mengulangi, kebiasaan buruknya. Alisa tidak ingin lemah lagi.
"Aku mau pulang," ujar Alisa parau. "Aku kangen Reina"
Jefri menarik nafas panjang, dengan masih memainkan tangan Alisa, "oke," jawab Jefri santai, "nanti ya, habis aku pulang kerja"
"Jeff,"
"Apa, sayang?"
"Kak Marisa nanti kesini enggak?"
"Kenapa?" Jefri teringat ucapan Marisa kemarin, yang mengatakan Alisa meminta bantuannya. Saat Alisa menanyakan Marisa, Jefri curiga kalau Alisa masih ingin pergi darinya. Karena, tidak berhasil pergi sendiri, ia meminta bantuan orang-orang disekitarnya.
"Kan biasanya kak Marisa datang 2 kali, buat ngelihat kondisi aku" ujar Alisa, mengingat kebiasaan Marisa.
"Enggak, Marisa nggak akan datang lagi. Dia bilang, kamu udah baik-baik aja" Jefri melihat perubahan raut wajah Alisa, Ia langsung terlihat murung, mendengar pernyataan Jefri.
Jefri mendengus, Alisa tidak bisa menyembunyikan emosinya dengan baik. Perasaanya, sangat mudah dibaca, membuat Jefri dengan mudah, mengetahui apa yang Alisa pikiran.
Jefri sudah berangkat kerja, tinggalah Alisa sendiri, di apartemen. Alisa baru saja selesai mandi, ia melihat pantulan dirinya di cermin. Alisa mendesah, melihat lebam di sekitar matanya cukup parah. Alisa mengambil salep, yang diberikan Marisa kemarin. Ia mengoleskan salep,, pada luka di pelipisnya, dan di bagian-bagian lainnya.
Alisa keluar kamar, mencari ponselnya, tetapi ia tidak menemukannya. Alisa ingat betul, kemarin, Ia letakkan di atas meja dapur. Tapi, sekarang sudah tidak ada. Alisa yakin, Jefri mungkin membawanya.
Tidak ada ponsel, membuat Alisa bosan. Alisa berdiri di balkon, sembari menatap kosong ke depan. Alisa ingin ke mini market, yang terletak di lantai dasar. Membeli, beberapa cemilan pedas. Alisa memutuskan akan kesana, untuk menghibur dirinya.
Alisa menekan PIN, pada smartlock pintu apartemen Jefri. Ia mengernyit, bukannya terbuka, tetapi tertulis bahwa PIN yang ia masukkan, salah. Alisa mencoba lagi, dan tetap sama. Jefri bahkan merubah PIN nya?
Alisa membanting tubuhnya di sofa, sembari mengigit ibu jarinya. Alih-alih kekasih, sekarang ia lebih mirip tahanan.
Jefri mengernyit, membaca pesan terakhir Dava. Jefri mulai paham, apa yang terjadi, tapi ia mencoba menyangkal. Alisa tidak mungkin, berani menyembunyikan hal sebesar ini, padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOCKED (End)
RomanceDimata Jefri, Alisa adalah miliknya. Alisa adalah wujud wanita yang paling cocok dengannya, tanpa ia sadari ia sendiri yang memaksa Alisa menjadi wanita idealnya. Jefri yakin, Alisa tidak akan meninggalkannya, karena wanita itu amat mencintainya, ta...