15. Dress Hitam

7.7K 482 178
                                    

Trigger Warning!
Abusive content

"Masuk, Alisa!" ujar Jefri, yang masih berdiri, disamping pintu mobilnya. Sialan, ia tidak menyangka Harus menyaksikan drama kekanak-kanakan, seperti ini.

"Alisa bilang, kalau Lo butuh bantuan Gue, sekarang" Dava meyakinkan Alisa, ia ingin Alisa terbebas, dari rantai yang mengikatnya. Dava selalu menunggu moment, dimana Alisa datang kepadanya, lalu meminta bantuan. Tapi Dava tidak pernah, mendapatkannya. Alisa yang mencoba kuat menghadapi Jefri sendiri, enggan meminta bantuan siapapun.

Alisa tidak menjawab, hanya menatap Dava frustasi. Andai Dava tau, Alisa ingin sekali Dava menolongnya, tapi Alisa yakin Dava tidak akan mau. Dava selalu menekankan, bahwa satu-satunya cara melawan jefri, adalah pergi dari hidup Jefri, selamanya. Tapi bukan itu yang Alisa inginkan. Alisa masih menyayangi Jefri, sebrengsek apapun dia. Jefri ibarat rumah tua yang tidak terawat, Alih-alih meninggalkannya, Alisa ingin membersihkannya, memperbaikinya sedikit, demi sedikit, supaya akhirnya Alisa bisa tinggal dengan nyaman, di sana. Alisa yakin, akan ada waktunya, jefri memperlakukannya dengan baik.

"ALISAA!" Bentak Jefri, saat Alisa tidak juga, meninggalkan Dava.

Alisa terperanjat dengan teriakan Jefri, sementara Dava langsung menatap Jefri, dengan tatapan sengit. Dava melepaskan tangan Alisa, kini berjalan cepat, mendekati Jefri. Dava menarik kerah kemeja Jefri, "JANGAN TERIAKIN ALISAA!" bentak Dava, di depan muka Jefri.

Jefri mendengus, "secinta ini, Lo sama cewek Gue?" Jefri menatap Dava prihatin, "kasihan!" Ejeknya.

Dava tidak bisa menahan diri, ia memukul pipi kiri Jefri. Kali ini emosinya, melebihi Jefri. Jefri sekarang membalas, menendang Dava yang hendak mendekatinya. Padahal tadi, Ia mengatakan bahwa Ia akan membiarkan Dava memukulinya, tanpa membalas, karena suasana hatinya sedang baik. Tapi ternyata, Jefri tidak tahan.

Alisa hanya menatap datar keduanya. Tanpa melerai mereka, Alisa memasuki mobil, dan membanting pintu sekeras mungkin.

Jefri yang sudah mencengkram kerah Dava, dan hendak memukulnya, saat mendengar bunyi pintu mobil ditutup, ia berhenti, dan menoleh ke mobilnya. Ia melihat Alisa, sudah berada di dalam. Merasa tujuannya sudah tercapai, Jefri melepaskan tangannya dari kerah kemeja Dava, dengan kedua tangannya, ia merapikan kerah Dava yang kusut, akibat cengkramannya.

"Lihat! Alisa, dan Gue saling mencintai. Cinta kita sama-sama besar. Kita nggak akan bisa hidup, kalau salah satu dari kita, pergi" ucap jefri, "jangan jadi orang jahat, dengan berusaha misahin kita" lanjut Jefri, terdengar seperti mengejek Dava.

"Jadi berhenti bermimpi, kalau Lo bakal dapetin Alisa! Udah waktunya Lo bangun, dan cuci muka." Ujar Jefri, sembari menepuk-nepuk dada kiri Dava pelan. Seolah, ikut prihatin, atas apa yang menimpanya.

Jefri meninggalkan Dava, yang terlihat masih ingin menghajarnya. Jefri membuka pintu mobilnya, sebelum masuk, ia melempar tatapan tengil, dan senyum penuh kemenangan pada Dava. Lalu masuk ke mobil, dan pergi, meninggalkan halaman kantor Alisa.

Apa setelah semua penghianatan Alisa, yang dilakukan padanya, membuat Jefri ingin melepaskannya? Tentu saja tidak, Jefri malah akan memeluk Alisa semakin erat, hingga gadis itu tidak bisa bergerak sedikit pun, tanpa seijinnya.

Jefri Lega, bukan main hari ini. tidak munafik, Jefri memang khawatir akan kemunculan Dava, di hidup Alisa lagi. Jefri takut Alisa akan berpaling darinya, dan memilih dava. Walau Dava selalui berhasil memprovokasinya, tetap pada akhirnya, Jefri yang berhasil mengibarkan bendera kemenangan, tepat di depan matanya. Sebuah momen epik, yang tidak akan pernah Jefri lupakan.

Jefri melirik Alisa kesal, sejak dari kantornya, Alisa sama sekali tidak bicara, bahkan tidak menatapnya. Alisa hanya memandang keluar jendela, tanpa sepatah katapun.
"Mau nonton, sayang?" Tanyanya, seraya memegang tangan Alisa, yang ada di sampingnya.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang