25. Layang-Layang

6K 459 81
                                        

Setelah Alisa memutuskan sambungan teleponnya, Jefri dengan setengah kesadarannya, berusaha menelponnya lagi, tapi kali ini nomornya, sudah tidak aktif.

"Ahhh" teriak Jefri, sembari melempar ponselnya.

Willi teman minum Jefri, melihat Jefri, dengan dahi berkerut. Ia kemudian menuangkan bir lagi, saat Jefri tampak ingin marah. "Parah banget, cewek Lo. Kenapa ninggalin, pas mau nikah sih" ujar Willi, seraya memberikan segelas bir, kepada Jefri.

Jefri terdiam, Ia sendiri juga tidak habis pikir, dengan Alisa. Ia melirik Willi yang duduk di depannya, bersama seorang pelacur, yang Ia bayar. Willi tidak memiliki kekasih, tentu Ia tidak tau rasanya kehilangan, seseorang yang teramat berharga baginya. Willi hanya menghabiskan hari-harinya tidur sana-sini, dengan wanita-wanita murahan.

"Udah, malam ini, Lo bisa lupain cewek Lo. Lihat banyak cewek yang lebih cantik, di sini"

Jefri mendengus, dulu Ia mirip dengan Willi, tapi sejak mengenal Alisa, Jefri sudah tidak bisa, tertarik dengan wanita lain. Rasanya ia sudah tidak bisa, tidur dengan wanita lain, selain Alisa.

"percuma deh, Lo nggak akan ngerti. Gue mau pulang aja" Jefri berdiri, dan begitu berdiri, pusing menyergap kepalanya, semakin parah.

"Mau Gue anter? Yakin Lo bisa nyetir?" Tanya Willy, was-was.

"Aman" ujar Jefri, seraya berjalan ke luar.

Alisa mematikan panggilannya, saat Jefri mulai memakinya. Tau, bahwa Jefri akan menghubunginya lagi, Alisa segera mematikan ponselnya.

Alisa menghapus air matanya, yang Ia sendiri tidak tau, kapan ia mulai menangis. Alisa bukan sedih, karena Jefri memakinya, Ia sudah terbiasa akan hal itu. Tapi Alisa sedih, membayangkan bagaimana keadaan Jefri, saat ini.

Alisa sempat panik sebentar, ada sedikit penyesalan di hatinya, tiba-tiba Alisa benar-benar ingin pulang, dan minta maaf pada Jefri, karena membuatnya menjalani hari-hari yang berat, tanpa Ia disisinya. Jefri pasti hancur sekali sekarang, dan itu disebabkan oleh dirinya.

Alisa menghapus air matanya lagi, tapi air matanya malah mengucur semakin deras. Alisa benar-benar bingung, setengah mati sekarang, Ia tidak tau, harus berbuat apa.

*****

Jefri terbangun pukul 10 pagi, di atas sofa, ruang tamu. Jefri mencoba duduk, saat pusing di kepalanya belum hilang. Ia bahkan tidak sadar, kalau kemarin Ia tidur di sofa, bukan di kamarnya. Ia benar-benar mabuk, kemarin.

Jefri beranjak menuju dapur, ia membuka kulkasnya, Ia mengambil, sekaleng susu murni. Dan segera menghabiskannya, dalam sekali teguk, biasanya ini ampuh untuk mengobati, sisa pengarnya.

Jefri membuang kaleng susu yang kini sudah kosong, ke tempat sampah. Ia kemudian membuka kabinet dapur, untuk mengambil roti. Tiba-tiba saja, Ia merasa lapar. Akhir-akhir ini, makannya, memang tidak teratur, nafsu makannya tiba-tiba berkurang.

Jefri mengoleskan roti, dengan selai kacang, awalnya berjalan seperti biasa, tapi tiba-tiba Ia mematung, saat otaknya tiba-tiba mengingat sesuatu.

"Jangan lupa makan yang teratur, serealnya ada di kabinet dapur, paling kiri. Roti tawar juga ada disana, harus cepet-cepet, dihabisin sebelum basi"

Siapa ini? Jefri menyangga kepalanya, saat mengingat sepertinya ada yang pernah bicara begitu, padanya. Jefri melepaskan roti tawarnya, kini Ia duduk di meja makan, sembari tampak mengingat-ingat, apa yang terjadi kemarin.

Alisa, iya benar. Ia seperti bicara dengan Alisa kemarin, apa itu hanya halusinasinya.

Astaga! Jefri melotot, Ia segera berlari menuju ruang tamu, dan mengambil ponselnya. Ia sekarang mengingat semuanya, mengingat apa saja yang Ia bicarakan dengan Alisa kemarin. Iya, Alisa kemarin menghubunginya. Jefri bahkan mengingat, ia bicara kasar kepadanya, sialan kenapa Ia melakukannya?

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang