chapter 56

1.6K 165 96
                                    

⚠️ Note: Cerita berunsurkan undang-undang ada yang nyata dan ada yang rekaan semata-mata untuk memperpendekkan cerita.

CHAPTER 56

DAMIEN SAVAN'S P.O.V

Saya memerhatikan saja Lavina Patan yang sedang duduk di kandang saksi.

Sydney really grilled her good. Tapi belum cukup.

Holland did a medium rare on her.
Sydney did a medium well.

I'm gonna cook her well done.

Only thing is, she's the ugliest, most unappetizing beef steak I've ever set my eyes on.

Saya teringat macamana saya berhabis mencari Selena Anderson yang merupakan satu-satunya anak kepada client saya Datuk Gerald Anderson. Sudah lama saya mengendalikan akaun yang berupa asset-asset dan wasiat mendiang, sebab our fathers were long time friends and business partners sampailah kemalangan yang meragut nyawa Datuk Gerald dan isteri dia Datin Julia.

Dan malangnya bagi Selena Anderson, satu-satunya keluarga terdekat yang dia ada adalah Lavina Patan. Saya dari awal memang sudah sangsi dengan Lavina Patan yang enggan menemukan saya dengan Selena. Ada saja alasan-alasan dia. Alasan dari Selena masih dalam fasa berkabung yang dahsyat, ke Selena sibuk dengan sekolah sampailah dia bilang Selena sakit and suffered from chronic depression and not fit to receive any visitors.

Bodoh kah saya? Do I look stupid to you, woman?

Walaupun Lavina Patan adalah Selena's legal guardian until she turns 18, tapi saya memegang amanah untuk mempertahankan wasiat Datuk Gerald Anderson.

And it all started a month before I fly to KK for Selena's trial. Vacation? Balik kampung? Itu Cuma alasan untuk tidak kasi ketara akan kedatangan saya. Mengaburi mata-mata yang kemungkinan akan mencurigai kedatangan saya.

Someone like... ALLANA LEE.

Another one of my non-favourite person on my list.

Sydney's offer to team-up the case of Selena Anderson telah mengukuhkan bukti-bukti yang saya memperolehi. Bukti-bukti tentang Lavina Patan.

And I'm already few months late since Selena's 18th birthday.

Lamunan saya terhenti apabila saya terdengar someone coughing. No, it sounds more like.

Astaga!

HOLLAND!

"Huekkk!" Macam dia mau muntah.

Tapi Sydney steady saja. Then Sydney turned to me.
"Over to you, Savan."

Saya berdiri. Yes, saya sudah bersiap-sedia and only for Lavina Patan. Saya tidak perlu menyoal kedua-dua anak perempuan dia. I don't need answers from them.

"Huekkk!"

Saya sempat stop di meja Holland dan berbisik.
"Kau salah makan kah, bro?"

Holland sakit perut dan cirit-birit kali ni kan? Keracunan makanan dia ni.

Should we take a time out for Holland to rest atau makan ubat kah duluan? Saya tengok Sydney sambil saya kasi dia eye signal. We should take a break or maybe sambung saja besok.

Sydney menggelengkan kepala masa dia limpas saya untuk balik ke meja kami.
"Manada dia tersalah makan, terlebih makan makanan yang ngam untuk dia tu." Sydney tersengih.

Ha? Terlebih makan makanan yang ngam?

Aha...! Gastric! Macam saya juga. Kalau over makan terus gastric, cuma tidaklah sampai mau muntah.

RedemptionWhere stories live. Discover now