chapter 59

1.5K 157 64
                                    

CHAPTER 59

SELENA’S P.O.V

Tidak juga saya terasa jauh perjalanan pulang balik dari KK to Tuaran and back to KK lagi sebab saya tertidur dalam perjalanan. Lemas betul oh badan saya rasa. Mengantuk saja saya tambah-tambah lagi dalam pelukan Holland. Tidak dia mau kasi biar saya duduk sendiri.

“Mmmmm…” Saya menggeliat lantas menggosokkan mata saya.

Apa ni saya terasa sejuk-sejuk di pipi saya? Dan melekit!

Saya membuka mata saya seluas-luasnya.

HOLLAND.

I’m still in his arms dan dia sedang makan pudding kelapa!

Rupanya yang sejuk dan melekit tu is the pudding kelapa yang terjatuh mengena pipi saya!

Astaga.

“Hol…” Suara saya serak baru bangun tidur.

“Hmmm?” Dia teruskan melahap the pudding. “Kita mau sampai rumah already, sayang. Tidur saja first, after I kasi bangun you.”

“I bangun sudah.” Saya mendudukkan diri, ada hati lagi Holland mau menahan saya. “Eee, you see bah my face, habis your pudding jatuh on my face.” Saya mengerutkan dahi.

Holland bergumam sorry. Then I saw berbiji-biji kelapa di kerusi belakang. Terbulat lagi mata saya.

“You can finish that?” I looked at him in disbelief.
“Stock bah tu, sayang.” Holland tersenyum.

Saya mengeluh. What will happen after this? Saya menatap wajah Holland yang tengah kesiokkan makan the pudding.

“Mau?” Dengan muka dia yang innocent dia mau suap me the pudding. Saya menggeleng kepala saya. I don’t feel like eating these days.

Fikiran saya melayang thinking on my next move. Kes saya sudah selesai, saya sudah terbebas dari sebarang tuduhan. I’m not a criminal.

Jujur saya gembira. Tapi jujur juga hati saya terasa berat memikirkan my future.

Ke mana harus saya pergi? I don’t have family except Aunty Vina, Hailey and Hannah yang sudah ditangkap.

Saya malu mau meneruskan tinggal dengan Holland and his family. Saya malu sebab dorang sudah banyak menolong saya. Dorang sangat-sangat baik kepada saya.

Dan saya… rasa sebak. Saya tidak boleh lagi bergantung dengan Holland because he has fulfilled his promise to help me in my case. He has given me food and shelter. And… kau lupa, Selena? Kau tu banyak terhutang budi sama Holland and his family. How can I repay them? Money? Saya pun tidak tau setelah semua yang Aunty Vina sudah songlap dari harta dad, ada lagi kah apa-apa yang tersisa untuk saya?

And I don’t take Holland’s dad’s kata-kata seriously.
‘Ah, here comes my future daughter-in-law.’

Jujur saya terkejut dan jujur juga saya teruja.

Namun.

Namun saya tidak layak untuk menjadi menantu keluarga Robinson. Saya hanya anak yatim piatu yang miskin dan tidak berpelajaran. Walaupun saya sangat mencintai Holland, tapi saya harus sedar diri. And the best thing is to walk away.

Ya, saya sangat mencintai Holland. Dan saya juga sedar yang Holland menyayangi saya. Jelas pula sudah dia selalu panggil saya ‘sayang’. Tapi saya tidak mungkin dapat hidup secukupnya dengan kasih sayang saja. Saya mau dia mencintai saya dengan sepenuh hati, sama macam saya mencintai dia dengan sepenuh hati. Saya tidak mau hidup dalam bayangan mendiang isteri dia.

RedemptionWhere stories live. Discover now