Gemuruh ricuh mengusik ketenangan warga. Dua gang motor sedang beradu kekuatan hingga menyebabkan kemacetan di jalan. Tidak ada yang berani memisah keduanya, mereka hanya melihat dari jarak jauh dengan pasrah.
"HABISI MEREKA SAMPE MATI! UNTUK KALI INI JANGAN KASI AMPUN! MEREKA SUDAH MELEWATI BATAS!" Salah satu dari mereka berteriak lantang, lantas semua anggotanya menjawab dengan tegas.
"KITA TIDAK SALAH! UNTUK SAAT INI TIDAK ADA KATA MENGALAH! JUNJUNG TINGGI HARGA DIRI KITA!" Teriak yang lainnya.
Saling melempar batu tidak bisa dindarkan, aksi saling pukul memukul dengan benda benda tumpul juga tidak bisa dihentikan. Dua gang motor yang sedang mempertahankan harga dirinya. Tidak ada yang mau mengalah hingga darah sudah berceceran di tengah jalan.
Dorr
Suara tembakan di udara menghentikan gerakan saling pukul dari dua gang tersebut. Mereka serentak melihat ke arah ujung jalan, ada segerombolan polisi yang sedang menodongkan senjata api. Salah satu dari mereka yang menembakkan peluru ke udara.
"BERHENTI ATAU SAYA TEMBAK!" ancam polisi tersebut.
Mereka berhenti, saling memisah diri menuju kelompok gang masing masing. Dua ketua dari gang tersebut berdecak tak suka. Memberi sumpah serapah kepada siapa pun yang sudah berani melapor ke polisi.
"Shit! Gimana bisa ada polisi?" Ketua yang manis mengumpat.
"Bubar! Gak usah perduliin polisi itu," ketua yang satunya memberi perintah lantas mereka membubarkan diri.
"BERHENTI ATAU SAYA TEMBAK!" Polisi berteriak saat melihat dua gang itu mulai membubarkan diri.
Mereka saling berseru tak terima. Ke dua ketua sudah saling mengepalkan tangannya. Komplotan polisi mulai berjalan mendekat.
"Siapa ketuanya?"
Dua orang maju ke depan. Perbedaan badan mereka cukup menyita perhatian. Dua ketua itu tidak pernah berdiri saling berdampingan. Siapa sangka jika ketua yang manis terlihat sangat kecil jika berdiri di sebelah ketua yang terlihat lebih dominan.
"Siapa nama kalian?"
"Jaemin."
"Jeno."
Mereka menjawab bersamaan.
"Ikut kami ke kantor," salah satu polisi maju ke dan menarik tangan mereka berdua.
"Na, motor lo gue bawa. Nanti ambil aja ke apartemen gue," salah satu anggota berteriak.
Jaemin menoleh sekilas lalu menunjukkan ibu jarinya tanda setuju.
~~oo0oo~~
Jeno dan Jaemin hanya bisa diam saat sang polisi memberikan wejengan. Jujur, telinga mereka sudah panas sedari tadi terus mendengar ceramahan. Sekarang mereka hanya tinggal menunggu orang tua datang untuk menjemput."Shit! Papa lama banget sih?!" Jeno berdesis lirih.
Tak berapa lama, kedua orang tua mereka datang secara bersamaan. Masih dengan pakaian kerja lengkap mereka berjalan dengan penuh wibawa. Jaehyun menatap tajam anaknya, jujur dia lelah keluar masuk kantor polisi hanya untuk mengurus kasus anak ke duanya yang sangat bebal itu.
"Apa lagi kali ini? Menusuk warga? Membunuh seseorang? Atau apa?" tanya Jaehyun sarkas.
"Ck, tidak separah itu! Hanya berkelahi!" Jeno menjawab dengan tenang.
"Tahan dia satu minggu," kata Jaehyun pada polisi.
Jeno melebarkan matanya. Bisa bisanya sang Papa malah memerintahkan polisi untuk memenjarakan dirinya. Sedangkan Jaemin sudah membatin memberi ejekan pada Jeno. Dia percaya Ayahnya tidak mungkin tega melakukan hal yang sama seperti orang gua Jeno. Tapi ternyata ... Jaemin salah!
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL | NOMIN [Completed]
Fanfiction🔞🔞 END!! - Jeno yang suka mengganggu Jaemin - Masa lalu yang terlupakan - Sosok Jeno yang terluka - Jaemin yang tertekan - Keluarga yang membantu Semua kehidupan pasti ada prosesnya, begitu pula dengan cinta seorang Jung Jeno yang melewati ban...