RIVAL - 20

4.7K 310 5
                                    

Setelah mimpi sialan itu Jeno jadi merasa canggung setiap berpapasan atau sedang dalam satu lingkungan nongkrong dengan Jaemin. Dia sangat malu! Meskipun Jaemin tidak mengetahui isi mimpinya itu apa.

"Jen lo kenapa sih?" tanya Lucas.

"Hah? Gue kenapa emang?" tanya balik Jeno.

"Yee di tanya malah balik nanya," sungut Haechan.

Jeno hanya terkekeh.

"Ini anak kayaknya emang lagi sawan, dari kemarin dia diem bengong doang kaya gak ada gairah buat hidup," jelas Mark.

"Apa apaan lo ngomong kaya gitu! Gue gak gitu yaa," sungut Jeno.

Cafe Drak Sky menjadi pilihan nongkrong anak anak muda itu kali ini. Selain tempatnya yang nyaman dan Instagrammable makanan dan minuman yang di suguhkan pun sangat cocok di lidah mereka. Dan yang paling penting adalah harganya yang pas di kantong mahasiswa seperti mereka. Wort it lah kalo kata gaulnya.

"Jaemin sama Jungwoo lama banget," keluh Haechan.

"Bukan mereka sih yang lama tapi lo aja yang datengnya kecepatan! Kita janjiannya itu jam 11 sekarang masih setengah 11," ucap Lucas.

"Tumben lo gak berangkat sama Jungwoo?" tanya Mark.

"Tadi dia ada acara keluarga dulu makanya nyuruh gue ke sini duluan."

"Lo, lo ngapain gak bareng Na-" ucap Haechan terpotong.

Jaemin datang napas yang memburu. Keringat sebesar biji jagung sudah menghiasi wajahnya. Baju hitamnya sedikit basah akibat oleh keringat. Siag ini matahari memang sedang terik teriknya.

"Gue minta minum," tanpa menunggu jawaban Jaemin langsung mengambil salah satu minuman secara random dan untunglah punya Haechan yang ia ambil.

"Huek, kok aneh?" keluhnya.

Jaemin sudah memasang wajah anehnya. Menahan rasa aneh yang sudah melekat di indra perasanya.

"Duduk dulu atuh ganteng, btw itu tadi jus strowberry," jawaban Haechan membuat Jaemin melotot kaget.

Sebelum duduk Jaemin sudah berlari ke dalam bilik toilet terlebih dahulu. Demi apa pun Jaemin sangat membenci makanan dan minuman yang memiliki rasa strowberry. Di dalam kamar mandi Jaemin terus berkumur mencoba menghilang rasa yang masih menpel. Rasanya dia ingin menangis saja untuk saat ini!

"Bunda rasanya gak mau hilang," rengeknya tanpa sadar.

Sodoran permen di depan mukanya membuat senyum Jaemin merekah. Tanpa pikir panjang dia langsung mengambil permen rasa kopi itu dari tangan seseorang.

"Maka—" ucapannya berhenti saat melihat Jeno berdiri di sampingnya.

Matanya mengerjap beberapa kali sebelum terdasar dan melanjutkan ucapannya, "—sih."

"Sama sama, makannya kalo mau minum itu di lihat dulu jangan langsung ngambil gitu aja. Tadi juga belum dapet persetujuan dari yang punya itu namanya karma!" maki Jeno.

"Kok jadi cerewet sih? Asal lo tau yaa gue tadi tuh kecapean! Lo gak lihat baju gue sampe basah gini!" jawab Jaemin ngegas.

Jeno membuang napasnya pelan saat melihat rambut Jaemin yang lepek dan juga masih ada sedikit keringat di dahinya. Jeno mengambil sapu tangan dari kantong jaket yang ia gunakan dan membersihkan keringat itu dengan perlahan. Untuk sesaat Jaemin terdiam, masih mencoba memproses apa yang sedang terjadi saat ini. Jarak mereka yang semakin dekat karena Jeno yang melangkahkan kakinya membuat Jaemin bisa melihat kalung dengan bandul cincin silver seperti miliknya.

RIVAL | NOMIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang