RIVAL - 29 (END)

4.8K 237 8
                                    

Dua geng yang sempat tidak ter-urus kini kembali berkumpul menjadi satu di salah satu basecamp yang sudah lama tidak di singgahi. Suara berisik dari mereka terdengar hingga luar saling menyalurkan rasa rindu yang sempat menjalar. Menjadi mahasiswa tingkat akhir bagi mereka pasti sudah tidak memiliki banyak waktu hanya sekedar untuk berkumpul dan mengopi bersama. Beberapa anggota baru yang masih menjadi mahasiswa tingkat pertama yang menjadi pembangkit geng itu.

"Bang setelah wisuda mau lanjut kerja ke mana?"

"Lo nanya ke siapa nih? Masalahnya mahasiswa yang bentar lagi mau wisuda bukan cuma satu orang," jawab Lucas.

"Siapa aja dah Bang yang mau ngejawab," kekehnya.

"Kalo gue sih rencananya mau lanjut kerja di tempat kemaren gue magang itu, biar gak ribet aja sih. Jaman sekarang nyari kerja tuh susah, kebanyakan make ordal nya," ucap Lucas yang saat ini sudah menyalakan satu batang rokoknya.

"Bener sih gue setuju, kemaren aja pas gue magang gue nemu banyak mahasiswa yang ternyata masih jadi saudara sama pemilik perusahaannya, makannya tuh nilai mereka tinggi meskipun kerjanya gak bener, gue sempet kesel sih tapi kata pekerja di sana hal yang kaya gitu udah biasa," sambung Haechan.

"Lo gak kerja di perusahaan keluarga aja?" Tanya Jaemin.

"Kalo pas kerja nanti sih udah pasti di sana, gue gak yakin sih Daddy ngizinin gue kerja di tempat lain," jawabnya.

"Jeno sama Mark mah gak usah di tanya masa depan mereka juga udah keliatan sebelum lahir, mereka gak kerja aja gak bakal jatuh miskin," ucap Felix.

"Dari lahir bau sultannya udah kecium yaa," kelakar Lucas.

"Gausah banyak omong lo! Yang kerja di sana cuma Mark, gue mau kerja di tempat lain," ucap Jeno.

"Loh kenapa?"

"Lo kaya gatau ini anak aja, dia kan suka nentang," jawab Mark.

"Kerja di tempat keluarga sendiri tuh gak enak anjir, berasa di penjara kemana mana pasti ada aja mata yang ngawasi, gak bisa bebas pergerakan Lo," sungut Jeno.

"Tapi seenggaknya lo gak bakal pusing nyari kerja lagi, inget lo juga harus nafkahi gue!" sungut Jaemin.

"Lo tenang aja, masalah buat nafkahi udah beres. Lo mau beli apa? Sini ngomong nanti langsung gue beliin," jawab Jeno menyombong.

"Lagak lo anjir, lo aja setiap bulan masih minta uang ke Papa," sungut Mark.

"Ciakh, ternyata masih minta uang bulanan," ngakak Haechan.

"Lo jangan buka kartu dong, sialan!"

Satu buku terlempar ke arah Mark tapi belum sampai mengenai badannya buku itu sudah terjatuh ke tanah.

"Gak usah banyak gaya kalo uang aja masih minta ke orang tua," ucap Jaemin.

Jeno diam. Ucapan istrinya eh atau suaminya? Sungguh menyelekit di hati. Tapi sebenernya bener juga, dia sudah berkeluarga tapi belum memiliki penghasilan yang tetap. Selama ini dia masih bergantung dengan uang dari orang tuanya.

Menjadi mahasiswa tingkat akhir seharusnya dia sudah bisa mencari tempat kerja yang sekiranya gajinya bisa untuk menghidupi keluarganya. Namun, nyatanya sampai sekarang pun dia belum mencari pekerjaan itu. Berbeda dengan Mark yang sudah pasti melanjutkan bisnis sang Papa. Sebenernya Jeno juga di tawari tapi anak itu menolak dengan dalih ingin membangun usahanya sendiri dari nol. Sok banget emang.

Jaeminnya juga nurut nurut aja, yang penting mah dia gak kekurangan makanan itu aja. Masalah uang jajan dia udah double dari sang Ayah dan Jeno. Meskipun sang Ayah udah di wanti wanti untuk berhenti memberikan dirinya uang. Tapi bapak Atuy itu tetep keukeh buat kirim uang. Maklum anak satu-satunya jelas di manja.

RIVAL | NOMIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang