RIVAL - 12

3.7K 337 10
                                    

Setelah kejadian ributnya Jeno dan Renjun suasananya menjadi menjadi tidak seperti biasanya. Jeno yang tiba tiba menjadi lebih diam dan Renjun yang kembali menjaga jarak. Tidak ada yang berniat untuk meminta maaf terlebih dahulu. Nyatanya mereka berdua memang sama sama keras kepala.

"Gerah banget anjir," keluh Jaemin berniat menyidir Jeno. Karena kenyataannya ruangan yang saat ini mereka tempat memiliki AC.

"Lo sakit?" tanya Haechan. Jaemin mendegus, tidak ada yang bisa mengerti sindiriannya.

"Tau ah," acuhnya.

"Nyet lo jangan diem doang kaya gitu dong, kalo kesurupan kan gak lucu nanti," kata Lucas.

"Berisik!"

"Heh! Di tegur malah nyolot," maki Jaemin.

"Gue lagi gak mood buat berantem," jawab Jeno.

"Kayak cewe aja sih lo? Moodyan banget," sinis Felix.

"Cot."

"Anjing."

Mereka kembali diam dan fokus pada buku masing masing. Ujian sudah berlangsung dari dua hari yang lalu dan sekarang hari ke tiga. Setelah selesai ujian mereka akan di hadapkan dengan skripsian untuk pindah ke semester berikutnya.

Cafe Skyblu menjadi pilihan mereka untuk belajar bersama. Suasananya yang asri dan tenang memudahkan mereka untuk fokus pada pembelajaran. Namun nyatanya yang benar benar fokus hanya beberapa orang yang lainnya sibuk dengan ponselnya sendiri sendiri.

"Eh gue cabut dulu," Lucas berdiri. Memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana dan meraih kunci mobil di atas meja.

"Mau kemana lo?" tanya Mark menaikkan salah satu alisnya.

"Jempu Jongu ke campusnya, dia udah selesai ujian," jawab Lucas.

"Bucin teros," kata Haechan.

"Yee suka suka gue lah, udah ah bye."

Mereka hanya menggeleng pelan melihat tingkah Lucas.

"Na, lo nanti jadi nebeng gue?"

Jaemin mengalihkan pandangannya dari buku yang pegang ke arah Haechan. "Iyalah, nanti kan mau ke toko buku juga kata lo."

"Duh gimana yaa, tapi ini gue udah di suruh pulang sama Mama," Haechan menunjukkan rom chatnya bersama sang Mama.

"Gapapa nih kita pulang sekarang? Tapi sorry gue gak bisa ikut ke toko bukunya," lanjut Haechan.

"Oh, pergi aja gue mah gampang. Nih di sini masih ada supir supir yang mau nganterin gue," jawab Jaemin yang di akhiri dengan kekehan.

Jaemin tidak pernah pusing memikirkan bagaimana caranya untuk pulang. Toh di sana masih ada Jeno, Felix, Guanlin dan yang lainnya yang siap mengantarkan dia. Kalo Mark tidak perlu di tanya sudah pasti dia ikut Haechan pulang ke rumahnya.

"Emang siapa yang mau nganter lo?" tanya Guanlin songong.

"Wah sialan, lo gak mau nganterin gue?" kesal Jaemin.

"Ogah, rumah lo sama rumah jauh mana gak satu arah lagi," tolaknya.

"Najis pelit, masih ada Felix. Yee gak?" Jaemin menaik turunkan alisnya ke arah Felix.

"Gak bisa, gue di jemput," tolak pemuda bule itu.

"Lo nebeng Jeno aja. Rumah kalian kan juga satu arah jadi gak perlu muter muter, lagian gue yakin dia gak bakal nolak." Kata Felix.

"Ogah ah, si Dugong diem doang gak asik. Mending gue naik taxi gampang," katanya.

"Ya udah terserah."

RIVAL | NOMIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang