RIVAL - 08

4.4K 390 29
                                    

Udara dingin yang menusuk kulit membuat lelaki manis itu harus menggosok tangannya pada lengan baju. Malam ini tidak seperti malam malam biasanya. Dia suka melihat bintang, tapi untuk saat ini dia memilih untuk menghangatkan diri di dalam rumah. Pemuda manis itu adalah Na Jaemin, lelaki di yang di gadang gadang akan menjadi penerus perusahaan keluarga Na.

"Hiks, bunda ke mana? Dingin," pemuda itu merengek.

"Kenapa di sini sangat gelap?"

Pemuda berusia 10 tahun itu terus bergumam. Melihat sekeliling rumah yang tampak sangat sepi. Jujur dia takut tapi dia juga tidak tau apa yang harus di lakukan.

"Halo," suara anak kecil membuat tubuhnya terjingat kaget.

"Ah? Ha-halo," jawabannya gugup.

Anak kecil itu mengambil duduk sebelah Jaemin. Mengambil tangan yang lebih tua dan dia usap dengan pelan. Senyum manisnya terlihat jelas di sunyinya malah yang jelas.

"Kak Nana gak inget sama aku yaa?" tanyanya membuat Jaemin bingung.

"Kamu siapa emang?"

"Aku, aku salah satu bintang di sana. Bintang yang akan selalu bersinar paling terang saat Kak Nana memandangnya." jawab lelaki itu dengan penuh semangat.

"Kamu bisa jadi bintang?"

"Bisa, orang orang jahat itu yang bikin aku jadi bintang."

"Kak Nana, Kak Nana mau janji sama aku?"

"Janji apa?"

"Janji gak akan nangis lagi? Oke? Kak Nana harus jadi penguat buat ayah-bunda. Kak Nana gak boleh lemah nanti banyak yang nindas, sekali sekali menjadi jahat itu perlu untuk melindungi diri sendiri. Kak Nana untuk saat ini mungkin Kak Nana masih belum ingat siapa aku, tapi kalo Kak Nana udah inget jangan lupa lihat ke arah langit dan lihat salah satu bintang yang paling bersinar. Itu tandanya aku lagi senyum karena bahagia kak," ucap lelaki kecil itu. Nana hanya diam masih mencoba memproses setiap kata yang bocah itu ucapkan.

"Nama kamu siapa?" tanya Nana.

Lelaki kecil itu tersenyum sangat lebar ke arah Nana.

"Nama aku Shotaro, Kak Nana bisa panggil aku Taro. Inget nama aku terus yaa Kak, sebelum Kakak inget wajah aku," jawabnya masih dengan senyum yang lebar.

"Taro?" gumam Nana.

"Kak? Aku harus pergi sekarang. Aku gak tau kapan bisa ketemu lagi sama Kakak, jadi aku mohon, jangan nangis lagi yaa kak. Janji kelingking?"

"Engga kamu gak boleh pergi, temenin aku di tempat gelap ini. Aku takut," ucap Nana.

"Jangan takut Kak, sebentar lagi ada cahaya. Aku harus segera pergi, ayo Kak mana kelingkingnya?"

Dengan ragu Nana mengangkat tangannya dan menautkan kelingkingnya dengan kelingking si bocah. Shotaro tersenyum saat kedua kelingking itu bersatu. Dengan perlahan dia melepaskan tautanya dan melangkah mundur secara teratur. Pintu yang tadi tertutup kini terbuka dengan sendirinya, memancarkan cahaya putih yang cukup menyilaukan mata. Mata Nana menyipit, Shotaro sudah keluar dan pintu tertutup secara perlahan. Seolah tersadar Nana langsung bangkit dan berlari ke arah pintu. Terlambat, pintu itu sudah tertutup sangat dapat; tidak bisa di buka lagi.

"Taro buka pintunya, Taro ayo buka," teriaknya dengan mengedor gedor pintu.

"SHOTARO AYO BUKA, AKU GAK MAU DI DALEM SINI!!"

RIVAL | NOMIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang