***
Lisa berkeliling kantor itu ditemani seorang asisten editor. "Sebelumnya editor Kang Seungyoon editor yang termuda di sini, tapi setelah anda datang, anda jadi yang paling muda," ucap Jennie, yang diberi tugas untuk mengantar Lisa berkeliling pagi ini. "Editor Kang Seungyoon dan Editor Lee Seunghoon bertanggung jawab terhadap iklan, mereka juga menulis untuk Direktur Kwon. Direktur Kwon yang memilih lagunya, mengatur wawancaranya, tapi Editor Kang atau Editor Lee yang menulis artikelnya. Lalu ada Editor Kim Jinwoon dan Song Mino, mereka mencari dan menulis sendiri artikel mereka. Kalau asisten editor ada aku dan Mark Lee. Tidak ada aturan tertulis, tapi biasanya aku membantu Editor Kim dan Editor Song, kalau Mark membantu Editor Kang dan Lee. Tapi anda bisa meminta bantuanku atau Mark, itu terserah anda, kami tidak bisa memilih."
"Ya, terimakasih banyak," jawab Lisa. "Tapi sepertinya aku akan lebih nyaman kalau anda memanggilku dengan namaku. Aku akan lebih nyaman kalau kita bisa lebih santai. Kita seumuran," ucap Lisa, yang akhirnya menyerah untuk menahan diri. Ia tidak nyaman di saat Jennie- satu-satunya wanita yang bisa jadi temannya di sana bersikap terlalu sopan padanya. Seolah Jennie ingin membangun dinding tinggi di antara mereka.
Jennie menyetujuinya, permintaan Lisa untuk bersikap lebih santai. Meski Jennie pun harus membiasakan dirinya lebih dulu. Di saat Lisa sudah bisa jadi seorang editor, Jennie justru masih terjebak di meja asisten editor- tentu rasanya jadi sedikit canggung, meski itu bukan kesalahan siapapun. Selesai berkeliling sampai ke lantai dua- studio pemotretan majalah mereka- Lisa kembali ke mejanya, begitu juga dengan Jennie.
Di satu ruangan yang sama, kepala redaksi, para editor dan asisten editor bekerja bersama. Kepala redaksi tentu punya meja paling besar yang terpisah sendirian. Meja kerja Lee Seungri diletakan menghadap meja-meja kerja lainnya, bertujuan untuk mengawasi semua pekerjanya. Meja kelima editor disusun berhadapan. Lee Seunghoon berhadapan dengan Kim Jinwoon, Kang Seungyoon berhadapan dengan Song Mino sementara di sebelah Kang Seungyoon, Lisa duduk menghadap sebuah meja kosong. Tidak jauh dari mereka, ada dua meja yang terisolasi. Mejanya tidak terlalu besar tapi penuh dengan berkas-berkas, meja kerja milik dua asisten editor, Jennie Kim dan Mark Lee. Ada ruang direktur di belakang punggung Lee Seungri. Sedang di belakang punggung Lisa ada ruang pertemuan dan di belakang punggung Mino adalah perpustakaan berisi majalah-majalah terbitan mereka sebelumnya juga sumber-sumber lainnya.
Malam harinya sepulang kerja, Lee Seungri ingin mengajak rekan-rekannya untuk makan malam bersama. Untuk menyambut kedatangan Lisa sebagai karyawan baru di sana, sekaligus berharap Lisa akan lama bekerja di sana. Terlalu melelahkan bagi Seungri untuk terus mencari editor baru setiap bulannya. "Direktur Kwon, kami akan makan malam bersama untuk menyambut kedatangan Editor Kim, apa anda ingin bergabung bersama kami?" tawar pria itu, berusaha terdengar sopan meski ia tahu akhir dari acara makan malam itu- selesai setelah 30 menit makan malam di restoran dekat kantor.
Jiyong yang langkahnya ditahan oleh kepala redaksinya terdiam sejenak. Sebelumnya ia selalu ikut di acara-acara makan malam seperti ini. Biasanya Jiyong akan ikut makan malam, mentraktir mereka, kemudian membubarkan acara tepat setelah ia selesai makan. Jiyong hanya ikut agar punya teman makan malam, ia tidak tertarik untuk ikut berpesta, mabuk-mabukan dan mengoceh sepanjang malam.
Mendengar ajakan Lee Seungri, Lisa juga karyawan lainnya berdiri di depan meja masing-masing. Mereka menatap Jiyong, menunggu sang direktur membuat keputusan. Sepintas, Jiyong mengangkat kepalanya, menatap Lisa yang berdiri beberapa langkah di depannya. Tatapan mereka sempat bertemu, namun Lisa yang lebih dulu menghindarinya.
"Tidak," tolak Jiyong. "Aku ada janji lain malam ini," tuturnya, yang setelah itu berpamitan untuk pergi lebih dulu. Ia pergi setelah mengatakan kalau dirinya ingin mendapatkan hasi kerja semua editornya besok pagi. Secara tidak langsung, Jiyong menyuruh semua orang kerja lembur malam ini lalu membatalkan rencana pesta mereka.
"Apa itu artinya tidak ada pesta untukku dan aku juga harus mulai menulis padahal artikelku tidak akan di terbitkan bulan ini?" tanya Lisa, menatap satu persatu editor dan kepala redaksi di depannya. "Sialan, padahal ini hari pertamaku," umpat pelan gadis itu sesaat setelah pertanyaannya diiyakan Seungri.
Kesal karena harus menulis dan tidak bisa pergi makan malam bersama, Jinwoo lantas melemparkan sebuah ide- bagaimana kalau mereka memesan makanan dan makan malam di kantor? Semua orang setuju, meski Lisa tetap kecewa karena tidak ada pesta penyambutan di hari pertamanya bekerja.
"Asisten Kim, tolong buatkan kami kopi," suruh Mino kemudian, sementara Jennie baru saja selesai memesan makanan sesuai ide Jinwoo tadi.
"Baik editor Song," jawab Jennie kemudian, meninggalkan ponselnya di atas meja kerjanya sementara ia bangkit hendak pergi ke pantry menyiapkan kopi. Tentu sebelum benar-benar pergi gadis itu bertanya pada semua orang kopi apa yang mereka inginkan. Coffee Kim.
"Tidak terimakasih eonni, aku akan membuat kopi ku sendiri nanti," tolak Lisa saat Jennie menanyakan kopi yang ia inginkan.
"Tidak apa-apa, aku bisa membuatnya sekalian membuat-"
"Pekerjaanmu sudah banyak, tidak perlu sampai memperhatikan kopiku juga... Terimakasih, aku akan menerima niat baikmu saja," potong Lisa, melirik pria-pria yang kelihatannya tidak peduli pada beban kerja satu-satunya asisten wanita di sana.
***
Jangan Sakit
(Oleh : Lalisa Kim)Tidak ada taman untuk bermain.
Bahkan angin hanya menatapku dan berpura-pura tidak tahu.
Bahkan bunga tersenyum dan tidak menyapa.
Aku benar-benar kecewa.Komedian Lee Sugeun yang menulis bait itu. Dinyanyikan oleh Highlight dengan nada khas lagu anak-anak. Sederhana dan tepat sasaran. Sederhana dan mudah dipahami. Sederhana dan terasa sangat dekat.
Ibu yang berjanji akan pergi melihat bunga berpura-pura tidak tahu.
Ayah yang berjanji akan pergi berkemah berpura-pura sibuk.
Adikku hanya melihat padaku, berharap padaku.
Aku benar-benar sedih.Kesedihan sederhana yang yang dirasakan anak-anak, saat ini tidak lagi terasa sepele. Bahkan orang dewasa ingin pergi melihat bunga. Bahkan orang dewasa ingin pergi berkemah. Bahkan orang dewasa menatap sedih satu sama lain. Bahkan orang dewasa kesulitan menahan rasa kecewanya, lantas apa yang orang dewasa harapkan dari anak-anak yang merindukan kebahagiaan mereka?
Diakhir pekan aku ingin pergi bersama ibu dan ayah. Aku ingin bebas bermain di taman bersama teman-teman. Tuhan, buatlah semua orang tersenyum. Bulan, terangilah seluruh dunia. Apa kau mau bergandengan dan berdoa bersama malam ini? Jangan sakit, semuanya.
Jangan sakit, Ibu. Jangan sakit, Ayah. Jangan sakit, Kakak. Jangan sakit, semuanya. Jangan sakit, agar anak-anak yang merindukan kebahagiaan sederhana mereka bisa segera berlarian di taman.
Kami akan membuatmu tertawa. Ya, semua orang akan berdoa. Sampai bertemu dalam mimpi, jadi semua orang bisa bahagia. Tuhan, buat semua orang tersenyum. Jangan sakit.
Dengan tulisannya, Lee Sugeun berharap agar ayah, ibu, orang-orang dewasa dapat sedikit memahami apa yang anak-anak inginkan. Bukan hanya melihat bunga. Bukan hanya pergi berkemah. Bukan hanya bermain di taman. Jangan sakit, jangan memalingkan wajah, jangan berpura-pura tidak menyadarinya, jangan berpura-pura tidak tahu, tersenyum lah seperti yang anak-anak inginkan. Tuhan, buatlah semua orang tersenyum, jangan sakit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare for The Devil
FanfictionDalam pikirannya, ia yang paling kejam. Dalam kenangannya, ia yang paling keji. Namun gadis itu datang kemudian menyeretnya ke mimpi buruk dalam terowongan gemerlap tanpa ujung.