***
Berada di rumah sakit, nyonya Kim hari ini mengecek ulang kesehatannya. Setelah sakit beberapa waktu lalu, ia memang diizinkan pulang, namun dokter masih terus memintanya datang ke rumah sakit untuk sekedar memastikan kalau kesehatannya tidak menurun. Ditemani suaminya, wanita itu tersenyum pada pria paruh baya dengan jas putih di depannya, juga dua orang dokter madya dan seorang perawat di belakang dokter utamanya.
"Putriku, tidak akan kembali lagi ke Paris, jadi aku merasa sangat sehat belakang ini," ceritanya, kepada sang dokter.
"Syukurlah kalau Lisa sudah memutuskan- eh- maaf..."
"Anda mengenal putriku, Dokter Lee?" tanya pasiennya, kepada seorang dokter madya yang siang ini menemani sang dokter utama menemui pasien rawat jalannya.
"Dia anak laki-laki yang sering bertengkar dengan putrimu saat masih sekolah dulu," bisik sang suami, membuat ibu Lisa langsung menutup mulutnya. Nyonya Kim tidak mengenali teman-teman putrinya, sebab saat Lisa masih sekolah, terjadi perang dingin diantara mereka berdua. Lisa yang saat itu terlalu nakal, membuat nyonya Kim menyerah dan lepas tangan.
"Anda mengingatku, Tuan Kim? Aku minta maaf, dulu kami sangat kesulitan untuk menahan diri," senyum dokter Jung, sedang orang-orang di sekitarnya hanya menggeleng, Ten Lee— sang dokter madya yang pendiam ternyata pernah jadi anak nakal di sekolahnya, padahal kini ia kelihatan seperti seorang pria yang hanya tahu caranya belajar, ia kelihatan seperti kutu buku sejati dengan kacamata bulat berbingkai besi keemasan tipis yang lembut.
"Putriku merundung anda, dokter Lee?" kaget sang ibu dan Dokter Lee langsung menggelengkan kepalanya. Buru-buru membantah pertanyaan itu.
"Tidak, Lisa tidak pernah merundungku... Kami seperti... Uhm... Berebut daerah kekuasaan?"
"Wah... Syukurlah," gumam ibu Lisa, yang selanjutnya mengatakan kalau ia akan pindah rumah sakit kalau ternyata Lisa pernah merundung Dokter Lee.
Bahkan setelah selesai memeriksakan kesehatannya, Nyonya Kim dan suaminya masih berada di rumah sakit. Berhubung Ten tidak punya keperluan mendesak, mereka melanjutkan perbincangan di ruang pemeriksaan tadi ke cafe di lobby rumah sakit.
"Apa anda sudah menikah, Dokter Lee?" tanya nyonya Kim, menikmati tehnya sembari membuat Ten tersedak karena pertanyaannya.
Belum, Ten belum menikah. Ia bahkan tidak punya waktu untuk pergi kencan buta. Berkencan dan menikah masih jadi suatu kemewahan untuk Ten. Sebab ia tidak punya banyak waktu luang, juga uang. Ten masih harus melunasi hutang pendidikannya, sebab di tengah-tengah kuliahnya, ayah dan ibunya pensiun dari perusahaan tempat mereka bekerja. Ten juga punya seorang adik yang saat itu masih kuliah, jadi ia mengambil pinjaman untuk pendidikannya.
"Bagaimana pendapat anda tentang putriku?" susul Nyonya Kim, membuat suaminya ikut terkejut karenanya. Pertanyaan itu terlalu blak-blakan untuk mereka yang baru hari ini saling mengenali.
"Ya?" bingung Ten.
"Tidak, tidak, tidak perlu menjawabnya Dokter Lee, kadang-kadang istriku memang suka berlebihan, dia jarang berfikir sebelum bertanya-"
"Kenapa? Aku sudah lama tertarik pada Dokter Lee, sejak aku dirawat inap beberapa waktu lalu. Aku memang berencana mengenalkannya dengan Lisa, tapi kau melarangku. Kau yang bilang, kalau sekarang Jiyong sudah menikah. Kau ingin putrimu merusak pernikahan orang lain? Lebih baik mencarikannya pria lajang yang baik seperti Dokter Lee, iya kan Dokter Lee?" oceh nyonya Kim, membuat dokter madya di depannya merasa luar biasa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare for The Devil
FanfictionDalam pikirannya, ia yang paling kejam. Dalam kenangannya, ia yang paling keji. Namun gadis itu datang kemudian menyeretnya ke mimpi buruk dalam terowongan gemerlap tanpa ujung.