33

345 91 5
                                    

***

Ia tiba di tempat kerjanya. Kali ini ia tidak perlu berkeliling mencari tempat parkir, sebuah tempat parkir sudah ditandai sebagai miliknya— di sebelah tempat parkir khusus Direktur Utama dalam kantor itu, di sebelah mobil Ravi yang juga baru datang.

Seperti adegan dalam drama, Lisa keluar dari mobil putih yang baru. Menarik perhatian beberapa orang yang lewat dengan mobil mewah itu. Rambutnya ia biarkan tergerai, beberapa helainya ia biarkan tertiup angin pagi. Berbeda dari pekerja wanita lainnya, pagi ini gadis itu terlihat amat santai. Seolah ia datang hanya untuk bermain di sana.

Tas jinjing kecil, dengan untaian tali yang panjang tergantung di bahunya. Menjulur sampai tas kecilnya berada tepat di sebelah pinggangnya. Sekali lihat, semua orang bisa menebak kalau di dalam tas kecil itu, hanya ada handphone juga kunci mobilnya. Mungkin juga ada sebuah bedak dan lipstik di sana.

Ramai, orang-orang mulai bergunjing. Berbisik membicarakan Lisa yang kelihatan seenaknya sendiri. Mencibir gadis yang menurut mereka tidak layak berada di sana. Sekilas, Lisa mendengarnya. Tidak. Lebih tepatnya, gadis itu bisa mengira-ngira apa yang tengah orang-orang bisikan.

Berpura-pura tidak peduli, Lisa berdiri di depan lift yang kebetulan masih terbuka. Kim Seonho sengaja menahan pintu lift yang hampir penuh itu dengan kakinya, agar Lisa bisa ikut masuk dan tidak terlambat lalu di marahi Nona Park lagi. Jujur saja, berada di tengah-tengah perang adu kuasa itu membuat Kim Seonho merasa sangat tidak nyaman. Sayangnya, saat Lisa akan melangkah masuk, Cha Eunwoo yang sudah lebih dulu ada di dalam lift menghalangi langkah gadis itu.

"Liftnya sudah penuh," ucap Eunwoo, mengisi celah kosong yang sebenarnya bisa Lisa tempati di dalam lift itu.

Cha Eunwoo menutup pintu liftnya. Meninggalkan Lisa yang masih berdiri di lantai satu, masih harus menunggu lift selanjutnya. Selang beberapa menit, akhirnya Lisa bisa masuk ke dalam lift. Lift yang ia naiki kali ini tidak seberapa penuh. Hanya ada beberapa orang sibuk yang berdiri bersamanya di dalam lift itu.

Pintu lift kemudian terbuka di lantai tempat meja kerja Lisa harusnya berada. Di sana, orang-orang sudah bergosip karena atasan mereka— Advertising Manager— yang lama, tiba-tiba saja pindah ke kantor pusat. Tuan Park si ketua tim kebingungan, ia dan ketua tim lainnya tidak pernah tahu tentang rencana kepindahan itu.

"Kalau begitu, siapa yang sekarang menggantikan posisi Manager Lee?" risaunya Ketua Tim Park, yang penasaran dengan atasan barunya. Setahunya, ia yang paling dekat dengan Manager Lee itu. Setahunya, ia yang rajin menjilat hati Manager Lee agar bisa naik jabatan. Seharusnya ia yang ditunjuk untuk menggantikan posisi Manager Lee, namun tidak ada seorang pun yang menghubunginya. Tidak ada seorang pun yang memberitahunya tentang rencana kenaikan jabatannya.

"Aku yang akan menggantikannya- ah tidak. Aku yang merebut tempatnya... dengan koneksiku," jawab Lisa, bergabung dalam pergunjingan antar ketua tim itu. "Kenapa? Tidak menyukainya? Kalau begitu mengundurkan diri saja," susulnya, sebab tidak ada seorang pun yang menanggapi ucapannya.

"Wah begitu? Kalau kau dan koneksimu bisa merebut kursi Manager Lee, aku dan koneksiku bisa memecatmu dari sini. Lagi-lagi kau terlambat? Cepat pergi ke mejamu!" sebal Ketua Tim Park, yang justru sedang bergunjing dengan Ketua Tim lainnya, bukannya menyelesaikan pekerjaannya sendiri.

"Siapa koneksimu yang bisa memecatku, Ketua Tim Park? Direktur Utama? CEO? Atau leluhur pemilik tempat ini?" balas Lisa, sama sekali tidak gemetar di tempatnya berdiri sekarang. Di saat ia tidak perlu menahan emosinya, entah kenapa amarah itu justru tidak menelusup masuk ke dalam dirinya sekarang.

Tidak ada yang mempercayai Lisa, sampai Direktur bagian Marketing datang dan mengatakan kalau Lisa yang akan bertanggung jawab atas semua iklan di kantor mereka. Tanpa menyinggung tentang perundungan yang Lisa alami, Direktur Marketing itu meminta semua bawahannya untuk bisa bekerja sama dengan Lisa.

Kini, semua mulut membeku mendengar kata demi kata dari Direktur Marketing mereka. Lalisa Kim baru saja naik tiga tingkat ke atas dari posisinya sebelumnya. Ia yang sebelumnya hanya staff pembantu, naik melompati jabatan Nona Park, naik juga melompati Ketua Tim Park dan duduk di kursi Advertising Manager. Sekarang ia hanya perlu melompati posisi Direktur Marketing untuk bisa naik sampai ke kursi Direktur Utama— kalau dia mau.

Bukan hanya mulut, tubuh mereka juga membeku disaat Direkrut Utama, Ravi Kim datang ke sana. Pria itu datang dengan sebuah map di tangannya, melangkah santai menghampiri Lisa kemudian memberikan map hitam tebal yang ia bawa. "Bagaimana meja barumu? Menyukainya? Ini yang kau minta. Lain kali jangan mengirimiku sesuatu yang seperti ini lagi. Terlebih tengah malam, biarkan aku beristirahat, oke?" ucapnya, dengan sangat santai seolah hanya ada mereka berdua di sana.

"Kau hanya perlu menandatanginya, jangan berlebihan, oppa," balas Lisa, tersenyum membaca isi map itu kemudian menatap Tuan Park di hadapannya. "Tapi kenapa kau datang mengantarkan ini sendiri? Bagaimana kalau orang-orang di sini bergosip dan bilang aku simpananmu? Orang-orang di sini suka bergunjing," balas Lisa, mempermalukan semua pria dan wanita yang beberapa tahun lebih tua darinya itu. Mempermalukan mereka yang tidak bisa mengatakan apapun selain menundukkan wajah mereka.

"Dia sepupuku, putri tunggal CEO, kalau kalian penasaran," balas Ravi. "Aku harus pergi, ada meeting sebentar lagi, kita bertemu nanti malam, makan malam bersama istriku, kau senggang kan?"

Bom baru saja di jatuhkan dan ledakan-ledakan mulai terjadi setelah Ravi dan Direktur Marketing pergi dari sana. Dengan tenang Lisa memberikan berkas yang ia terima dari Ravi kepada seorang ketua tim, yang sekarang jadi bawahannya. Lisa meminta pria itu mengumumkan isi berkasnya sementara ia melangkah ke meja kerjanya di sudut ruangan. Meja kerja yang terisolasi dengan dinding kaca, khusus untuk dirinya sendiri.

Isi berkasnya, Ketua Tim Park, Park Jihyo dan Cha Eunwoo dipindahkan ke divisi lain di perusahaan itu. Ketua Tim Park dipindahkan ke kantin, Park Jihyo dipindahkan ke ruang penyimpanan sedang Cha Eunwoo di kirim ke bagian keamanan. Hanya Kim Seonho yang tertinggal di sana, sendirian tanpa ketua tim dengan semua pekerjaan yang menumpuk.

Tuan Park datang menghampiri meja kerja Lisa. Ia buka pintu kaca itu dengan kasar, tanpa menarik tali tirai di ruang itu, ia lempar map hitam tadi ke atas meja Lisa. "Apa-apaan ini?!" marahnya, sebab hanya dalam beberapa jam di pagi hari yang cerah ini, dunianya hancur. Jabatan yang telah ia bangun bertahun-tahun di rebut begitu saja.

"Pengumuman pemindahan personil, yang sudah ditandatangani Direktur Utama. Apa tulisannya tidak terbaca? Harus aku buatkan poster? Dengan gambar sederhana dan remah-remah jagung bakar? Atau rumput laut? Aku pribadi lebih suka rasa keju," cemooh Lisa, dengan dagu yang ia tumpu di atas meja menggunakan tangannya sendiri. "Tolong kosongkan mejamu hari ini, Tuan Park," balas Lisa, sembari menghitung detik-detik menegangkan selanjutnya— tiga anak buah Tuan Park kini berjalan mendekati meja kerjanya.

"... Aku tidak akan diam saja. Akan aku laporkan kebijakan anda ini sebagai penyalahgunaan wewenang!" marah Park Jihyo, selama hampir lima belas menit di depan Lisa.

Lisa pikir orang-orang itu akan memohon padanya. Ia berencana membatalkan pemindahan kerja itu kalau mereka memohon maaf padanya. Namun permainannya justru jadi lebih menyenangkan dibanding dugaan Lisa. Hanya karena mereka ada berempat dan Lisa seorang diri, mereka merasa kuat untuk membantah keputusan pemindahan itu.

"Hm... Lakukan saja. Kalian bisa menuntutku. Aku hanya perlu membayar sedikit denda. Lalu aku akan menuntut kalian berempat sebagai pelaku perundungan di tempat kerja. Karena tidak ada pemukulan fisik, kalian tidak akan di penjara. Mungkin hanya diminta mengundurkan diri lalu semua orang tahu kalau kalian merundungku. Dimana kalian akan bekerja setelah itu? Siapa yang akan memperkejakan kalian? Bekerja di kantin, memberi makan karyawan-karyawan lain yang sudah bekerja keras, atau mengantarkan kertas-kertas dari gudang ke tiap ruangan dan menjaga keamanan kantor tercinta ini, bukankah itu lebih baik? Daripada jadi pengangguran, iya kan, tuan Kim? Kau punya banyak pekerjaan sekarang, kenapa kau justru berdiri di sini?"

"Aku mengundurkan diri!" kesal Cha Eunwoo, terlampau marah karena Lisa permalukan di depan semua rekan kerjanya. Sampai matipun, pria dengan harga diri tinggi itu tidak sudi pindah ke kantor keamanan.

"Ya, aku akan langsung menyetujuinya. Cepat kirim surat pengunduran dirimu ke sini, Tuan Cha. Saat itu juga aku akan menyetujuinya," santai Lisa, yang selanjutnya harus mendengar Cha Eunwoo membanting pintu ruang kerjanya, melangkah keluar untuk mengambil barang-barangnya dan segera meninggalkan perusahaan.

***

Nightmare for The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang