05 - MEWAH TAK SELALU INDAH

327 125 223
                                    


AYO FOLLOW AKUN INI DULU SEBELUM BACA.

KALAU UDAH JANGAN LUPA ABSEN DI SINI YA ASAL KOTA KALIAN MANA!

KLIK TOMBOL BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH DULU YA SEBELUM LANJUT!

NB : BIAR GREGET DENGERIN DULU LAGU DIATAS YA 😄

BAB 5 - MEWAH TAK SELALU INDAH

[Berubahnya seseorang bukan semata-mata atas kehendaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Berubahnya seseorang bukan semata-mata atas kehendaknya. Terdang keadaan yang terlalu kejam memaksanya menjadi tak terkendalikan.]

***

"Bangun! Damar bangun," Hendra mengguncang tubuh Damar yang masih terkulai lemas di lantai. Sudah semalaman lelaki itu tidur di lantai yang dingin tanpa alas dengan sekujur rasa sakit yang menyelimuti tubuhnya.

"Damar bangun, hari ini kamu ada ulangan harian Biologi! Jangan sampai telat!" imbuhnya masih berusaha membangunkan.

Hendra mulai sebal karena hampir limabelas menit ia membangunkan namun Damar masih belum mau membuka matanya.

Segera Hendra berbergegas mengambil air mineral dalam gelas di ruang tamu dan lekas ia kembali ke kamar Damar. Tanpa basa-basi ia menuangkan seluruh air tepat mengenai wajah anak semata wayangnya itu.

BYUR.

Seketika Damar langsung terbangun dengan mulut yang sibuk mencari udara. Air yang disiram Hendra sebagian masuk ke dalam hidungnya, meninggalkan rasa sesak dan perih di sana.

Damar berusaha memfokuskan pandangan ke area sekelilingnya. Netranya masih terasa samar untuk menangkap apa yang ada di depannya.

"Nah, bangun juga akhirnya," ujarnya. "Sana buruan mandi! Hari ini kalau nilai ulangan biologi kamu kurang dari 95, Ayah akan pukul kamu seperti kemarin!" sambungnya lalu melenggang pergi meninggalkan Damar di kamarnya.

Damar menatap punggung Hendra yang semakin manjauh. Bukan pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini. Hampir tujuhbelas tahun sudah ia hidup dan belum pernah mendapat kasih sayang dari Hendra.

Hanya Arshita, Bunda yang selalu mencegah dan melindunginya. Sayangnya, kini Arshita belum pulang, ia masih ada di luar kota untuk menjalankan tugas dinasnya.

Damar tak bisa membendung air matanya lagi. Rasanya sangat menyesakkan jika hari-harinya selalu seperti ini. Ia tak tahu apa kesalahan yang ia buat. Ia tak tahu apa tujuan Hendra yang sebenernya sampai membenci dirinya. Segala sesuatu yang membanggakan tak pernah membuat Hendra tersanjung dan membuatnya bahagia.

Ia mencoba melupakan semuanya, segera mungkin Damar menghapus air matanya dengan kasar. Ia tak ingin Hendra lekas kembali dan menyaksikannya menangis lagi. Hendra paling benci jika Damar menangis untuk ke sekian kali, namun Hendra tak pernah memberikan kebahagiaan kepadanya sama sekali.

TENTANG DAMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang