08 - TETAP BERTAHAN

323 100 373
                                    


MAAF UP NYA AGAK TELAT. KALIAN APA KABAR? SEMOGA SEHAT, YA

COBA ABSEN DULU, KALIAN BACA CHAPTER INI JAM BERAPA!

SPAM KOMENTAR TIAP PARAGRAF! WAJIB. DAN SEPERTI BIASA, PENCET BINTANG DI POJOK DULU YA SOB, BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT NULISNYA

PUTAR DULU LAGU DI ATAS SUPAYA LEBIH TERASA BACANYA!

SIAPIN TISU, KALAU NANGIS AUTHOR GAK TANGGUNG JAWAB

SIAPIN TISU, KALAU NANGIS AUTHOR GAK TANGGUNG JAWAB

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAB 8 - TETAP BERTAHAN

[Semua orang tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama untuk bertahan dalam suatu keadaan. Tapi, setiap orang pasti akan kuat dengan cara mereka masing-masing.]

***

Rara menambah kecepatan berjalannya. Pikirannya dipenuhi rasa cemas tentang Reyhan. Rara sangat khawatir dengan kesehatan Reyhan ke depannya. Bagaimanapun ia harus rela melepas kepergian Reyhan demi kesembuhannya.

Beruntung kedua orangtua Reyhan sangat peduli dengan keadaan anaknya. Rara sangat bersyukur karena kedua orangtua Reyhan lekas pulang dan membawa anak sematawayangnya pergi menuju Jakarta.

Rumah sakit di sini menyarankan untuk membawa Reyhan ke rumah sakit di Jakarta. Di sana lebih banyak stok Darah yang cocok untuk Reyhan.

Rara semakin sedih, saat mendapat kabar dari Lintang bahwa Damar juga sedang dirawat di rumah sakit ini.

Sekarang ia sangat khawatir dengan kondisi Damar yang juga butuh bantuan. Damar pasti sendiri dan sedang terbaring lemah, Rara sangat paham bagaimana Hendra yang tak pernah berhenti menyiksa Damar.

Rara berdiri dengan gemetar di depan ruang administrasi. Di sana ia disambut oleh salah satu perempuan yang bertugas untuk melayani setiap pengunjung rumah sakit. Keringat dingin tak henti-hentinya membasahi seluruh tubuhnya.

Tanpa basa-basi lagi, Rara menanyakan ke petugas tersebut. "Maaf, izin bertanya. Saya Melyana Rara Nandhita keluarga dari salah satu pasien bernama Damar Aryasatya Pandhika. Ingin menanyakan di ruang mana pasien tersebut dirawat?" ucapnya sedikit gugup namun masih terdengar jelas.

Rara terpaksa harus mengaku sebagai saudara Damar. Ia tak ingin menambah pembicaraan panjang lebar dan membuang waktu untuk hal itu.

"Baik, sebentar saya carikan!" sahutnya, kemudian memeriksa beberapa dokumen, petugas tersebut masih mencari nama Damar berada.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya perempuan tersebut menemukan nama Damar. Lalu ditunjukkan ruang di mana Damar dirawat. "Pasien tersebut sudah membaik dan telah dipindahkan ke ruang cempaka lantai 2."

TENTANG DAMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang