12 - LUKA BARU

214 61 387
                                    


VOTE NYA JANGAN LUPA!

SPAM KOMENTAR TIAP PARAGRAF, WAJIB!

COBA SEBUTIN DI SINI, KALIAN ULANG TAHUN KAPAN? MAU HADIAH APA?

COBA SEBUTIN DI SINI, KALIAN ULANG TAHUN KAPAN? MAU HADIAH APA?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 12 - LUKA BARU

[Akan ada luka baru dalam berjuang untuk pulih, dan selalu ada cara baru untuk menyembuhkan luka yang tak kunjung reda.]

***

"Udah gausah khawatir, itu cuma kegores pecahan gelas sedikit," ucap Damar santai, tak ingin memberitahukan yang sejujurnya.

"Yakin?" tanya Rara masih tak percaya.

"Hm."

"Kalau begitu, gue suapin buburnya dulu. Biar lo cepet sembuh, setelah itu minum obat, oke!"

Damar nampak mengiyakan tawaran, kemudian Rara mengambil dan mempersiapkan bubur yang telah dibeli sebelumnya. Kini Rara meletakannya di atas meja yang ada di samping brankar kemudian menyajikkan bubur ke dalam mangkuk.

"Ayo buka mulutnya!" Rara menyendokkan bubur. Damar membuka mulut dan bubur dari Rara berpindah ke Mulut  Damar.

"Sebenernya gue bisa makan sendiri, Ra!"

"Tapi, kalau gue yang suapin rasanya pasti jauh lebih enak."

"Hm, iyadeh. Penting lo seneng."

"Penting lo sembuh weh, ntar kalau ulangan matematika, gue nyontek siapa dong kalau lo sakit!"

"Ah, ada-ada aja!"

Damar sangat menyukai bubur. Saat sehat sekalipun ia lebih sering memilih mengonsumsi bubur daripada nasi. Bubur punya tekstur yang lembut, sehingga mudah dicerna. Tak hanya itu, zat gizi di dalam bubur juga lebih mudah diserap tubuh.

Saat sakit, Damar tetap bisa mengisi perutnya dengan makan bubur. Aroma bubur juga tidak terlalu menyengat, jadi tidak menimbulkan rasa mual saat dimakan oleh orang yang sedang sakit. Bubur juga mengandung banyak air, sehingga bisa mudah dicerna dengan baik.

"Sini, biar gue lanjutin sendiri makannya. Barangkali lo punya agenda lain, gue disini sendiri gapapa!" Damar menggerakan tangannya untuk bisa meraih mangkuk berisi bubur yang ada di tangan Rara, kemudian mencoba untuk mengambil alih sendok di tangan  Rara.

Rara menolak, bersikeras untuk tetap menyuapi Damar sampai bubur benar-benar habis. "Yakin? Nanti kalau ayah lo datang lagi gimana?"

TENTANG DAMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang