19 - HUKUMAN

164 50 141
                                    

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM LUPA

LUPA ALUR? BACA ULANG!

AKU SANGAT SENANG KALAU KAMU MAU SHARE CERITA INI KE TEMAN KALIAN!

•••

FIKS KALIAN WAJIB PUTAR VIDEO DIATAS BIAR MAKIN DAPAT FEELNYA 😭😭😭

Nb : Komentar yang banyak tiap paragraf jangan lupa!

Nb : Komentar yang banyak tiap paragraf jangan lupa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 19 - HUKUMAN

[Mungkin semesta sedang mengajariku cara untuk bertahan, hingga kebahagiaan tak pernah mendatangiku walau hanya sebentar.]

__________

Sesampainya di depan kelas, Damar nampak ragu untuk segera masuk. Bagaimana dia bisa lupa kalau saat ini adalah jam Pelajaran Kimia dan gurunya adalah Pak Waluyo. Bukan masalah Damar jika ia tak paham dengan Kimia, namun yang menjadi masalah besar adalah Pak Waluyo termasuk guru paling killer di SMA Lentera Bangsa.

Hampir siapa saja yang melanggar aturannya, harus siap kena mental. Damar masih ingat, beberapa minggu yang lalu salah satu temannya masuk ruang BK dan terpaksa terkena skorsing satu minggu akibat sedikit masalah yang dibuatnya dengan Pak Waluyo.

Siapa lagi kalau bukan Aksa, ketua OSIS yang terpaksa menjabat karena bapaknya adalah kepala sekolah di sini. Bukan pertama kalinya, tapi memang ia sering membuat masalah di sini. Anak kepala sekolah, ia merasa ingin bebas namun paksaan silih berganti datang.

Damar menghela nafas sedang, sambil berusaha berjalan memasuki kelasnya dengan tertatih menahan sakit di kakinya. Sebelas Mipa satu tepatnya. Kelas yang berisi anak-anak ambis, kelas yang penuh dengan kejutan, kelas yang setiap harinya akan susah ditebak.

Pak Waluyo sedang fokus menjelaskan pelajaran, Damar berusaha untuk tetap tenang sambil mencari alasan yang tepat untuk ia lontarkan. Ia melirik jam dinding yang terpasang di atas papan tulis. Jarum jam menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit. Jangan ditanya lagi, ini sudah sangat telat.

Apapun yang terjadi, Damar tetap mendatangi pak Waluyo lebih dulu. Ia bergidik ngeri di sana, sangat khawatir dengan apa yang akan dilakukan Pak Waluyo saat mengetahui bahwa dia telah terlambat.

Tak ingin memotong penjelasan, Damar berdiri di samping papan tulis terlebih dahulu sambil menunggu Pak Waluyo menyelesaikan penjelasan di sana. Seluruh siswa kini bukan fokus ke papan tulis, tapi ke arah nya.

Damar melihat sekeliling kelas, Reyhan belum masuk, terlihat bahwa bangkunya masih kosong. Reyhan duduk bersebelahan dengan Damar. Di belakang tempat duduknya ia melihat Rara, keduanya saling tersenyum.

TENTANG DAMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang