SUDAH CHAPTER 9, TEKAN BINTANG DIPOJOK DULU YA!
ABSEN DULU, GIMANA PERASAAN KALIAN SEBELUM BACA CERITA INI!
BTW UMUR KALIAN BERAPA?
SATU LAGI, SPAM KOMENTAR TIAP PARAGRAF JANGAN LUPA! TAPI JANGAN RICUH YA!
Baca perlahan, resapi dan rasakan sensasi rasa sakit yang ada!
Sebelum baca kelanjutannya, apakah ada yang ingin kalian sampaikan untuk Damar?
BAB 9 - PERTOLONGAN
[Rasa sakit yang sesungguhnya adalah, ketika seorang ayah tak lagi bisa menjadi penguat untuk anaknya yang merasa kesakitan!]
***
Damar memejamkan matanya dan berusaha untuk menahan airmatanya menetes. Ia tak ingin suara isakan keluar dari mulutnya. Hendra akan sangat marah jika mendengarnya. Bibirnya kemudian sedikit bergetar lalu kembali berbicara. "Da-Damar butuh ba-"
"Kalau ngomong yang jelas, bego! Jangan buang-buang waktu! Ayah ada urusan lain yang jauh lebih penting!" potong Hendra sebelum Damar menyelesaikan ucapannya.
"Damar ada di Rumah Sakit, Ayah bisa datang atau jika tidak bisa transfer uang ke rekening Damar untuk tambahan biaya pengobatan!"
"Ngapain di rumah sakit segala? Rumah sakit mana? Coba share gambar buat bukti!"
Secepat mungkin Damar menggerakkan ponsel Rara untuk menangkap sekitar ruangan di dalam rumah sakit lalu memotretnya. Tangannya sangat bergetar tak sanggup mengartikan setiap ujaran ayahnya. Kemudian dikirimkan beberapa poto ke Hendra sebagai bukti.
Terdengar decakan sebal dari sana. "Kamu memang suka ngabisin uang ayah! Kapan sih bisa buat ayah tenang!" bentaknya lagi.
"Please, Yah. Damar janji, kalau nanti Damar sudah punya penghasilan akan diganti! Tolong Damar sekali ini saja!" mohon Damar suaranya sangat lirih menahan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG DAMAR
Teen Fiction"𝙳𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚑𝚊𝚝, 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚓𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚍𝚒𝚕𝚊𝚝𝚒𝚑 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚞𝚊𝚝." ~ 𝓣𝓮𝓷𝓽𝓪𝓷𝓰 𝓓𝓪𝓶𝓪𝓻 ••• "Apa boleh Damar peluk ayah buat pertama dan terakhir kalinya?" tanya Damar putus asa. Pria itu menatap Damar dengan...