Double up 🎉
Irene pergi meninggalkan rumah itu meski ia tak tau mau pergi kemana, ia tak punya tujuan tak ada yang menerimanya, bahkan dirumahnya pun ia tak diterima.
Irene hanya membuat supir taksi itu canggung dan tak tau harus mengantar Irene kemana, sejak masuk kedalam taksinya ia hanya terus menangis dan tak mengatakan sepatah katapun.
Sedangkan dirumah Irene, tuan Bae pulang setelah mendapat laporan dari asisten rumah tangga nya yang mengatakan kalau Irene dan istrinya bertengkar hebat bahkan saling berteriak dan menangis keduanya. Tuan Bae tak tau ada apa tapi ia begitu khwatir baik dengan Irene juga Yoona istrinya.
Tuan Bae membuka pintu kamar Irene dan menemukan Yoona istrinya duduk dilantai dan menangis histris.
Tuan Bae berjalan mendekat dan memeluk istrinya itu yang memang kerap bertengkar dengan Irene putri mereka.
"Aku tidak pantas jadi orangtua, aku menyakiti nya terlalu banyak" Isak Yoona dalam pelukan tuan Bae
Pria paruh baya itu mengusap pelan punggung Yoona "ada apa?" Tanya tuan Bae pelan
***
Supir taksi yang Irene tumpangi tadi terus mengerutu saat Irene mengatakan ia tak punya uang dan justru memberikan anting miliknya, ia mengerutu karena ia tak tau harga anting itu bahkan bisa untuk membeli mobil.
Irene berjalan menyusuri jalanan itu tak tau harus kemana, banyak orang memperhatikan nya, Irene tampak sangat menyedihkan dengan piyama tidurnya juga penampilan nya yang acak-acakan.
Irene merasa hidup ini begitu tak adil untuknya, ia merasa lelah saat dunia ini tak berpihak padanya seolah takdir tak ingin ia hidup bahagia, baru ia merasakan sedikit kebahagiaan dan sekarang semuanya lenyap menguap begitu saja, ia bahkan tak punya siapa-siapa lagi. Ia tak punya tujuan dan ia bahkan tak punya alasan kenapa ia masih hidup di dunia ini, apa untuk semakin terluka apa takdir kurang puas membuatnya menjadi pihak yang terus disakiti.
***
Tuan Bae begitu kalut saat Yoona menceritakan semuanya, ia begitu khawatir ia tak tau dimana Irene putrinya sekarang, dan apa dia baik-baik saja? Meski kerap bersikap tegas pada Irene percayalah dia sangat menyayangi putrinya rasa sayangnya sama baik untuk aeri maupun Irene.
"Ini nomor taksi yang tadi nona Bae tumpangi" ucap petugas keamanan yang sudah menaruh curiga dan ia sengaja mencatat nomor taksi itu karena berpikir itu pasti berguna nantinya.
"Cari taksi itu" ucap tuan Bae
Setelah mendapat informasi tentang taksi itu ia segera menemui supir taksi itu, belum juga tuan Bae sempat bertanya supir taksi itu sudah marah-marah lebih dulu padanya
"Kau ayahnya? Bagaimana bisa kau tak mengajarkan pada putrimu kalau naik taksi itu harus bayar" ucap pria itu "ini dia membayar dengan ini, aku tidak mau dan cepat bayar ongkos taksi putrimu baru setelah itu aku akan mengantarmu ketempat aku menurunkan nya"
Tuan Bae menatap anting itu ia ingat ini hadiah ulangtahun dari aeri, putrinya aeri bahkan menabung waktu itu, aeri yang masih magang dulu memaksakan diri membelikan hadiah mahal untuk adiknya.
Kedua putrinya sama-sama anak yang manis dia saja yang jahat dan tidak kompeten sebagai ayah, ah apa dia masih pantas menyebut dirinya seorang ayah, dia melukai kedua putrinya dia menghancurkan perasaan kedua putrinya. Ia tak tau keputusan nya menjodohkan aeri berbuntut panjang seperti ini, aeri sangat terluka ia tak tau aeri menerima nya karena terpaksa dan tak berani menolaknya. Lalu Irene ah putrinya itu sudah sangat terluka sejak kecil, dia ini monster macam apa yang tega menghancurkan perasaan putrinya Bahakan sejak ia kecil. Selama ini Irene terlihat keras kepala dan pembangkang ia tak tau putrinya itu begitu banyak menelan luka selama ini, ia tak tau kalau apa yang ia lakukan menghancurkan hidup putrinya itu, tuan Bae terus menyalahkan dirinya sendiri menyesali semua perbuatannya. Ia tak tau Irene terluka sangat banyak karena ulahnya, bukan putrinya yang membuat ulah tapi dirinya sendiri lah yang sebenarnya sering berulah. Sekarang ia bahkan tak tau putrinya itu ada dimana.