M.S 3

41.7K 1K 21
                                    


19.20 PM

Sedari tadi Nara hanya bisa diam dan mendengarkan pembicaraan Antara ibunya dan orang tua Ayas dimeja makan, dia duduk tepat di sebelah ibunya

"nduk Nara?, kok cuman di diamkan saja makanannya? Ndak suka ya? " Tanya Ayudia dengan suara lemah lembutnya

Nara yang merasa di ajak bicara, lantas menoleh dan menarik senyum tipisnya "iya, saya suka kok Bu" jawabnya, seraya memasukan suapan pertama ke dalam mulutnya

"Gokil enak, kalau tau udah habis dari tadi nih" batinnya, dia kira sayur rebung bambu rasanya tidak enak tapi setelah dia memakannya rasanya lumayan pas di lidahnya

Dira menoleh ke samping dan menatap sangar anak gadisnya "pemalu dia mbak, biasa lupa umur. Dia pikir usianya masi 17 tahun" ucapnya di iringi tawa kecil

Ayudia dan Sunarto lantas ikut tertawa untuk mencairkan suasananya kembali

"lucunya di mana?" celetuk anak laki-laki dengan gaya rambut jabrik klimis

Bibir Nara sedikit berkedut menahan senyum, jika kembali menoleh ke arah anak laki-laki bernama Farhan itu. Pasalnya anak itu terlalu banyak mengenakan Pomade di rambutnya, itu sangat berbeda dengan anak laki-laki yang duduk di sebelah kiri Nara. Rambut anak laki-laki yang kerap di sapa Reynald oleh Bu Ayudia dan pak sunarto sedari tadi itu memiliki gaya potongan rambut wolf cut. Ternyata benar pikirnya, tidak ada manusia yang benar-benar sama 100%. Bahkan kembar indentik pun tetap punya perbedaan. Nara menatap bergantian kedua anak kembar yang sekiranya baru berusia 9 tahun itu, jika tidak memiliki gaya rambut berbeda mungkin Nara sulit membedakan mana Reynald mana farhan.

Soal rupa kedua anak kembar itu, tidak perlu di ragukan lagi. Jelas saja keduanya menjiplak wajah ayah mereka, Nara melirik pria rupawan yang duduk dengan tenang di hadapannya.

"Nih orang pasti Miskin segala-galanya, rahangnya tegang banget kelihatannya. Senyum kek apake" batinnya mencibir, jelas sekali bahwa pria di hadapannya adalah tipe pria tertutup. Dia baru tau ada pria yang pendiam semacam pria yang duduk di hadapannya itu, sorry dia lebih suka pria yang ramah dan suka tersenyum karena lebih mudah untuk menjalin komunikasi

"farhan. Belum paham pembahasannya, orang dewasa. Jadi belum ngerti letak lucunya di mana Nak" Dira menjelaskan dengan hati-hati

"ya orang tua kan musingin, jadi susah di pahamin" balas Farhan ketus

"besok ayah antar kamu, pergi sunat ya Farhan?" Pria yang duduk di hadapan Nara lantas angkat bicara

Farhan yang mendengar itu langsung melotot dan menoleh dengan cepat ke sebelah kiri menatap ayahnya "aaa...aku terus yang di suruh sunat, tuh si Rey aja nggak pernah di suruh sunat" protesnya, seraya menoleh dan menatap sengit kembarannya

"Ayah liat Rey duduk dan makan dengan tenang, justru dari tadi ayah perhatiin kamu yang nyaut terus... kalau orang tua lagi bicara. Ayah pikir kamu sudah siap jadi orang dewasa" ujar Ayas tenang sambil mengusap bahu Farhan

"mereka nanya, jadi aku jawab" elak Farhan

"ayah dengernya. Kamu jawab pertanyaan dari nenek Dira, kaya lagi jawab pertanyaan dari temen kamu sendiri. Ayah nggak seneng sama anak-anak yang jawab pertanyaan orang tua dengan nada ketus kaya tadi "

"ayah..." rengeknya, karena merasa malu di omeli di depan orang banyak

"Ayas?" tegur Ayudia

"Farhan nggak bisa di manjain, Bu" jawab Ayas lalu kembali menatap Farhan

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang