M.S 20

25.9K 669 26
                                    

Ketika Nara keluar dari kamar dan menuju ke dapur, ia langsung  mendapati ibunya sedang bersama seseorang di dapur

“Oh itu Nara ya?" Tanya wanita paru baya itu antusias

“iya mbak" jawab Dira

Nara kemudian melangkah menghampiri setelah melihat ibunya mengodenya untuk mendekat “masya Allah cantiknya" wanita paru baya itu kemudian berdiri dan menangkup wajah Nara sehingga membuat gadis itu terpaksa sedikit menunduk dan membiarkan pipinya di cium hingga beberapa kali “kamu udah lupa ya sama budhe, padahal dulu waktu kecil mainnya ke rumahnya budhe terus loh" ujarnya setelah puas mencium pipi Nara lalu kembali duduk

“Budhe Tari, istrinya pak aji Ansar. Ibunya Andra" jelas Dira agar Nara tidak kebingungan

Oh Nara sama sekali tidak mengingat memori kebersamaannya dengan Tari, jadi dia hanya tersenyum dan mengangguk singkat

“tadi niatnya cuman mau jalan-jalan ke kampung sini, tapi malah ketemu yu Darmi. Ya di racunin mangkok cantik-cantik, nggak tahan liatnya jadinya aku beli beberapa tapi sekarang malah bingung bawa pulangnya harus gi mana. Aku kan ke sininya sendirian,  mana naik motor persenelan punyanya si Bayu. Ya aku bingung bawa mangkoknya nanti jatuh di jalan malah pusing ini kepala" jelas Tari sambil menatap Nara penuh Harap “pas banget ada Nara, Ndak apa-apa kan, Dir kalau Nara anterin aku pulang, nanti dia pulangnya bisa di anterin sama Bayu soalnya Andra juga nggak ada di rumah” kata Tari

Dira tau, Bayu itu anak bungsu Tari yang usianya masi 17 tahun “cepet siap-siap anterin budhemu pulang” ujarnya

Mendengar itu Nara jelas tidak bisa menolak, kemudian dia segera bersiap-siap dan mengantar Tari pulang.

Walaupun letak rumah tari ada di kampung sebelah, tapi tidak perlu menempuh waktu sampai berjam-jam untuk menuju ke sana. Hanya perlu waktu sekitar 40 menit saja untuk sampai ke rumah Tari

Ketika sampai di rumah Tari Nara terlebih dahulu di persilahkan masuk “loh katanya mas Andra nggak ada di rumah, terus yang ngecat tembok itu, siapa?...Kembarannya"  batinnya berujar, tentu saja Nara di buat keheranan....Setelah melihat keberadaan Andra, yang sedang sibuk mengecat tembok ruang tengah seorang diri

“lo ndra, bukannya kamu pergi? ” bukan hanya Nara bahkan Taripun juga ikut keheranan ketika melihat Anak sulungnya ada di rumah

“nggak lah Bu, kan yang pergi si Bayu” Andra menjawab tampa perlu berbalik menatap ibunya

“oo...ayo ikut budhe ke dapur Nara..” ajak Tari

Mendengar Nama Nara di sebutkan, Andra langsung menoleh cepat “loh?...” semenjak bapaknya, mengatakan jika Nara sudah di lamar terlebih dahulu oleh laki-laki lain, Andra sudah tidak di perbolehkan untuk mendekati Nara lagi. Bukan keluarga Nara yang melarang tapi keluarganya sendirilah yang melarang keras untuk tidak mendekati Nara

Setelah sampai di dapur, Nara di suguhkan 3 jenis kue yang berbeda. Bukan hanya itu Tari juga mendesaknya agar makan... setelah selesai makan Nara berjalan sendiri menghampiri Andra yang pokus mengecat tembok, Nara memilih diam berdiri di belakang Andra dan hanya memperhatikan. Mana berani dia, sok akrab

“Kok bisa sampe sini?" Pertanyaan Andra memecah keheningan di ruangan itu

“budhe Tari tadi, beli mangkok. Tapi nggak bisa bawa pulang sendiri” jawabnya

“oh...”

“butuh bantuan nggak Mas?”

Andra terdiam lalu menurunkan kuas Rollnya dan menoleh“kamu mau pengen bantu?" tanyanya

“iya, aku bisa. Dulu waktu SMP pernah bantu renovasi kamarnya temenku" Nara langsung maju selangkah dan berusaha menyakinkan Andra

“oh ok, kita liat Anara bisa ngecat dengan baik atau nggak" Andra kemudian memeberikan Nara kuas Roll

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang