M.S 46

13.3K 644 133
                                    

Arkan menatap Nara begitu lekat, seolah menilai  apa yang salah dari istrinya “kamu hamil?" Celetuknya

Nara terdiam sejenak mencoba mencerna ucapan Arkan barusan “komu mumet" sungutnya dengan keadaan mulut yang masi mengunyah makanan, bisa-bisanya laki-laki yang duduk di sebelahnya mengiranya sedang mengandung “jangan mikir yang aneh-aneh" ucapnya memperingati setelah selesai menegak air minumnya

*Kamu mumet (pusingnya orang yang kehilangan akal sehat)

“ya wajar kan, kalau kamu hamil" Arkan terlihat begitu tenang saat berujar

Iya Nara juga tau, hamil setelah menikah itu memang wajar. Tapi selama ini dia tidak pernah berfikir sampai sejauh itu karena berharap artinya siap kecewa “aku belum hamil” tekannya

Tatapan Arkan jatuh ke jari telunjuknya yang sedang mengetuk-ngetuk meja “semalam kenapa kamu nggak pergi sama Rena?" tanyanya mengalihkan topik pembicaraan

“Rena jagain anak bayi" Nara membalas pertanyaan Arkan sekenanya

“harusnya kamu datengin mas lagi, bukannya malah pergi sama mas Janu. Kalian itukan cuman saudara ipar” Tuturnya

“kamu kan udah bilang kalau nggak bisa nganterin" jawabnya Masi terlihat begitu santai

“seadainya kamu kasi tau kalau Rena nggak bisa pergi. Pasti mas bakal anterin kamu, tapi nggak. Kamu justru malah langsung pergi gitu aja sama mas Janu, pulang-pulang  jam 11 malam. Apa itu?" Ujarnya

“aku pulang jam 11 karena  nganterin mbak Sri kerumah temennya buat bayar utang. Di sana mbak Sri ngabisin banyak waktu, aku udah sering ngajakin dia pulang tapi mbak Sri selalu jawab, iya sebentar...iya sebentar, nggak ngerti banget sih jadi laki-laki bisanya cuman nuduh aja" kelakarnya lalu segera bangkit dari duduknya dan pergi  mencuci piring kotornya di wastafel, ketiga saudara Arkan juga sudah meninggalkan dapur sejak tadi. Makanya Arkan berani mendebat dirinya

Tidak mau hanya berduaan  dapur, Nara lebih memilih ikut duduk di tengah-tengah  keluarga Arkan yang sedang berkumpul di ruang tamu, karena berfikir jika suaminya itu tidak akan membahas masalah pribadi di depan keluarganya tapi Nara jelas memilih pilihan yang salah karena Arkan justru ikut duduk tepat di belakangnya sembari memeluknya..semua juga hanya tersenyum geli tidak ada yang berniat ingin menyingung sikap Arkan saat ini, mereka cukup mengerti dan  juga pernah muda dan merasakan menjadi pengantin baru

Nara semakin di buat tidak nyaman ketika perut ratanya terus di usap dari luar bajunya, dia kini begitu berharap agar zoey mau melihat kearahnya tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi karena anak perempuan itu sangat sibuk bermain dengan beberapa sepupunya

Bahkan ketika seluruh keluarga membubarkan diri untuk bersiap pulang ke daerah asal masing-masing, Arkan tetap menahan Nara agar tidak pergi ke manapun “dek, mulai sekarang jangan terima bantuan apapun dari mas janu. Kalau kamu mau pergi atau mau minta sesuatu bilang aja pasti mas turutin” bisiknya

Nara hanya bisa menahan diri ketika tubuhnya di buat semakin merinding saat deru nafas Arkan terus menerpa kulit lehernya. Arkan sudah memberi pilihan untuk masuk ke dalam kamar tapi Nara langsung menolak keras

“harusnya dari awal kita komitmen, kalau setiap lagi ada masalah, malamnya tetep harus berhubungan. Kalau mau komplain lakuin pas berhungan” timpal Arkan

Nara refleks  berbalik  menghadap Arkan lalu mundur menjauhi suaminya itu “aku nggak mau” tolaknya mentah-mentah, mana mau dia malakukan hal seperti itu

Arkan pikir saran dari Adimas itu hanya omong kosong belaka, tapi setelah mengalaminya sendiri dia jadi yakin kalau perkataan temannya itu memang ada benarnya “ayolah dek” bujuknya ingin meraih lengan Nara tapi sang empu jauh lebih cepat menarik tangannya menjauh

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang