M.S 23

21.1K 640 33
                                    

Omongan Nara yang semalam jelas tidak mempengaruhi Arkan, buktinya ketika Masi jam 10 pagi dia sudah duduk di ruang tamu rumah Nara. Memang kelihatan sangat tidak lazim jika pria datang kerumah perempuan ketika siang hari, karena selain terlihat mencolok orang-orang juga akan berfikir bahwa dia seperti laki-laki yang tidak punya perkerjaan.

Karena Nara sedang berada di kamarnya dari pagi, walaupun Masi merasa kesal Dira terpaksa mengetuk pintu kamar anaknya itu “Nara?” panggilnya

Nara sendiri langsung bangun dan membuka pintu, karena dari pagi ibunya hanya terus mendiaminya makanya setelah di panggil seperti ini dia langsung menyaut dan buru-buru menghampiri “iya Bu.." jawabnya setelah membuka pintu kamarnya

“ada Arkan" ujar Dira memberi tahu

Nara lantas menoleh dan melihat adanya Arkan “maunya apasih.." pikirnya, semalam dia sudah menolak dengan tegas dan mengatakan dengan jelas bahwa dia tidak ingin Arkan sampai datang menemuinya lagi seperti ini “Duh, Bu bentar perutku sakit" Nara langsung beralibi mules agar bisa menghindari Arkan

“tadi perasaan nggak Kenapa-kenapa" gumam Dira seraya melirik Arkan sebentar

“enggak tau, kalau tiba-tiba berdiri langsung mules. Aku ke kamar mandi dulu" Nara langsung lari pergi ke dapur

Dira kemudian terpaksa menarik senyumnya dan kembali duduk menemani Arkan.

Hampir 1 jam Nara di kamar mandi, tadi ibunya juga sempat memanggil tapi dia menolak dengan memberi alasan bahwa dia masi merasa mules padahal kenyataannya dia hanya berdiri seperti anak hilang “ini udah lama, masa dia Masi di depan. Mungkin udah pulang kali ya? Tapi gi mana kalau dia Masi di sana, males banget kalau harus ngomong sama dia." Batinnya menggerutu “kelamaan di sini bisa-bisa masuk angin" runtuknya

Nara menggigit bibirnya sembari mengaris-garis dinding menggunakan kuku telunjuk kanannya “masa dia Masi di depan, apa keluar aja kali ya” dia Benar-benar tidak ingin menemui Arkan, tapi jika berada di kamar mandi terus-menerus dia bisa masuk angin

Kemudian dia memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi dan pas sekali ibunya juga berada di dapur “bu mas Arkan Masi di depan?" Tanyanya, padahal semalam dia dan ibunya bertengkar tapi namanya juga orang tua dan anak pasti akan kembali Akrab

“udah pulang " jawab Dira

Mendengar hal itu, Nara tentu saja langsung lega. Kemudian dia melangkah begitu ringan menuju ke depan, tapi ketika sampai di ruang tamu “mati aku" gumamnya lirih, ibunya sudah berbohong. Arkan Masi duduk di tempat yang sama dan sekarang malah menatapnya

Mau tidak mau Nara juga harus ikut duduk dan meladeni Arkan, dia sempat menoleh ke arah ruang tengah “ jadi kenapa?" Tanyanya sedikit sewot

“kamu nggak serius sama ucapanmu yang semalam kan?" Walaupun ucapan Arkan terdengar lembut tapi wajahnya terlihat serius

Nara terlihat mendengus lalu menoleh “aku serius, apa kurang jelas” balasnya ringan, jika dia berujar dengan lembut sama saja seperti menaruh harapan. Lebih baik dia terus terang agar Arkan mau mengerti

“Jangan bilang kaya gitu, coba di pikirin lagi”

“ jangan maksa, mas sendiri yang bilang. Kalau mau nikah sama perempuan yang mau nikah sama mas Arkan, sedangkan aku nggak mau. Perempuan di dunia ini bukan cuman satu mas, aku juga bukan perempuan yang pantes buat di  perjuangin" ucap Nara, dia tidak mengerti kenapa Arkan kekeh ingin mempertahankannya padahal dia tidak punya effort di kehidupan Arkan. Dia hanya seseorang yang Arkan temui beberapakali Tampa di sengaja

“mas cuman mau nikah sama kamu dek, kalau emang nggak mau nikah kenapa awalnya kamu nerima dan sekarang secara tiba-tiba kamu nolak” ujar Arkan lirih “....alasannya apa?”

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang