M.S 30

25.4K 630 17
                                    

Arkan sendiri kini pindah ke samping kanan istrinya, dia membuat Nara melebarkan pahanya lalu menghimpit kaki kanan istrinya itu di antara kedua pahanya dan setelahnya dia setengah berbaring miring. Arkan pikir ini pertama kalinya dia melakukannya dengan istrinya, jadi sangat penting melakukan ini dengan benar agar istrinya tidak merasa tersiksa nantinya.

Arkan kemudian mendekatkan wajahnya ke samping wajah istrinya

Nara tentu saja merinding dan merapatkan matanya “m— mas..”dia sontak berusaha mendorong dada suaminya menjauh ketika telinganya di gigit pelan

“kenapa? Sakit ya?” bisik Arkan

Nara terhanyut mendengar suara Arkan “nggak, itu nggak sakit. Dan jangan lakuin itu lagi” ucapnya, itu benar-benar tidak nyaman karena dia merasa merinding dan juga kegelian

Tangan kiri Arkan kemudian mencubit puting sebelah kanan Nara, lalu tangan lainnya melebarkan paha kiri istrinya..Arkan kemudian mengelus kewanitaan istrinya yang bersih dari bulu “ini halus tampa bulu sayang?” Arkan bertanya seraya mengelus kewanitaan Nara

Nara sedikit mengelinjang “iya...” jawabnya

“Aku ngelarang istriku cukur, soalnya lebih enak yang banyak bulunya, jadi ada yang gelitikin kepala si joni pas mau masuk, kelihatan lebih binal juga. Kamu harus cepet nikah juga biar bisa ngerasain di jepit sama serambi lempitnya perawan kalau bisa yang binal”

Arkan malah teringat ucapan Adimas tempo hari, ya menurut Arkan kades itu terlalu ember Soal kehidupan ranjangnya sendiri. Arkan biasanya muak mendengarnya tapi dia tetap diam karena tidak ada gunanya menanggapi orang gila bisa-bisa dia juga ikut gila  “sial...” dia mengumpati Adimas di dalam hati

Nara semakin menggelinjang juga berusaha menahan suaranya ketika Arkan menggesek-gesek jarinya di vaginanya, belum lagi tangan kiri suaminya mencubit putingnya
“m— mass jangan" sampai pada akhirnya Nara langsung merengek lirih dan menahan tangan Arkan ketika jari-jari suaminya itu secara perlahan mengelus masuk ke dalam lubang kewanitaannya

“tenang dek” ujar Arkan halus mencoba menenangkan Nara, lalu secara perlahan dia memasukkan jarinya kedalam kewanitaan Nara dan berusaha mencoba mencari letak titik sensitif istrinya. Setelah Arkan menemukannya dia lantas mempermainkan sensitif Nara dengan gemasnya

Nara sendiri tidak tau harus bagaimana mengahadapi situasinya saat ini, yang dia lakukan hanya menoleh ke samping sembari mengigit bibirnya dengan tangan kiri yang meremas di balik bantal

Tidak ada suara desahan yang keluar, hanya ada napas yang memburu, Nara Masi belum terbiasa mendesah. Dia merasa sangat aneh kalau harus mengeluarkan suara seperti itu

Pikiran Arkan juga sudah semakin kalap akan hasrat dia bahkan tidak menanggapi permintaan istrinya untuk berhenti memainkan sensitif istrinya, sampai akhirnya kewanitaan Nara basah

“mas udah...aku..aku nggak bisa” 

“Aahhh!...” jeritnya ketika dirinya mencapai orgasme pertamanya, napasnya terengah-engah dengan tubuh yang melemas... selangkangannya serta kasurnya terasa basah, jantungnya berdegup kecang. Ini terasa enak dan juga lega di saat yang bersamaan

Nara menatap sayu Arkan yang masi setia menatapnya “ini jam berapa?” tanyanya begitu lemas

Arkan lalu berpindah tempat sembari melepaskan sarungnya “jam dua belas dek” jawabnya singkat, lalu memposisikan dirinya di bawah, kemudian dia melebarkan kaki Nara agar bisa melihat selangkangan istrinya itu. Arkan pikir Nara sudah siap, jika mengingat kembali soal fakta bahwa dia sama sekali tidak terlalu paham soal sex yang sebenarnya, karena ini juga pengalaman pertamanya. Dia hanya mengandalkan insting kelelakiannya serta beberapa pengetahuan agar tidak menemui kegagalan saat berhubungan dengan istrinya

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang