M.S 24

19.7K 569 21
                                    

Beberapa hari ini Arkan terlihat sering murung, bahkan dia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Keanehan itu membuat Mona khawatir, walaupun Arkan membentaknya malam itu dia sama sekali tidak marah...Namanya juga seorang ibu. Mona lebih Khawatir dengan keadaan Arkan saat ini, sudah jarang keluar dari kamar, makan hanya sekali sehari, biasanya dia rutin pergi ke kebun atau sawah tapi beberapa hari ini Arkan tidak pergi ke manapun.

Mona kemudian pergi memanggil Arkan dengan datang langsung ke kamar anak laki-lakinya tapi setelah mengetuk pintu dan memanggil beberapa kali tidak ada sahutan dari dalam, padahal baru selesai magrib Arkan biasanya duduk-duduk di teras rumah atau ruang tamu setelah melaksanakan sholat magrib tapi sekarang tidak

Akhirnya dia membuka pintu, tapi suara tangisan Arkan membuatnya terkejut. Mona lantas langsung menghampiri tempat tidur anak laki-lakinya “ngilindur?” ucap Mona lirih, Dia melihat Arkan tertidur dalam keadaan sedang menangis

*Mengingau

“Arkan!" Mona langsung menguncang bahu Arkan agar anaknya itu  sadar dan bangun dari tidurnya

Karena hal itu Arkan membuka matanya dan langsung duduk karena merasa terkejut

“istigfar le, kamu kenapa?" Tanya Mona

*Le : anak laki-laki

Arkan bisa mengingat mimpinya, tapi dia tidak ingin mengatakan apapun pada mamahnya... wajahnya bahkan Masi terlihat linglung

“habis mimpi apa?" Tanya Mona lagi begitu khawatir

Arkan mengusap wajahnya lalu mengucapkan istighfar dengan suara pelan

“sampe nangis, kamu emang ngimpiin apa?" Mona mengulang pertanyaan lagi karena penasaran

“bukan apa-apa mah" jawabnya berdalih

“cuci muka, nggak usah mandi. Habis tuh wudhu terus sholat setelah itu makan" sesudah mengatakan itu Mona keluar dari kamar Arkan

•§•

“bukan junet budhe, tapi Juna. Budhe nih emang mau potongin kambing 2 nyawa buat saya, apa gi mana. Suka banget ganti -ganti nama, anaknya orang" protes laki-laki yang kerap di ejek dengan nama junet sedari kecil itu

“loh, budhe kan cuman ikut-ikutan Jun" balas Dira mencoba membela diri

“jaga omongan budhe....” ujar Juna

“enggak ada ini-ininya, kasar banget ngomongnya...” Nara ikut berkomentar

“kita enggak ada urusan ya” balas Juna ketus

Dahi Nara mengerut dengan mata menyipit “setres" ucapnya seraya menggeleng pelan

“katanya kalau saling suka itu, emang sering berantem dan musuhan sih” ledek Dira

“saling suka?, adanya saya lari duluan budhe-budhe..." balas Juna

“aku cantik kali" Nara tentu saja langsung bersombong diri, ketika mendengar penolakan Juna

“... tapi bukan target pasarku” balas Juna

“lu kenapa sih lu ha?!" Padahal Juna jelas tidak pernah menantang, tapi karena dari kecil Nara sudah dendam setengah mati makanya dia selalu sewot dan ngegas terus

Karena Nara dan Juna hanya bisa berdebat sepanjang waktu, Padahal mereka baru kembali bertemu setelah sekian lama. Dira memilih menonton tv dan meninggalkan keduanya di meja makan berdua

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang