M.S 6

31.5K 845 3
                                    

"Saya mau bicara berdua sama kamu di luar"

Mendengar Itu Nara melirik Ayas "Siapa?, Saya?" tanyanya menunjuk diri sendiri

"hmm" Ayas hanya membalas dengan deheman singkat, lalu dia beranjak dan melangkah keluar dari dalam rumah

Nara kemudian menghampiri Ayas yang sudah menunggunya di teras, berbicara di luar memang pilihan tepat karena di dalam ada anak kecil

"santai aja, saya nggak doyan makan orang.." celetuk Ayas

Nara di buat terperangah, dia sudah salah sangka sebelumnya ternyata Ayas tipe orang yang langsung berbicara ke inti pembicaraan tampa di awali basa basi terlebih dahulu " saya juga nggak mikir Mas doyan makan orang" balasnya sewot

"... sikap kamu terlalu kikuk dan kelihatan jelas. Itu bikin saya ngerasain hal yang sama" ucapnya

"soalnya Mas lebih tua dan saya nggak begitu kenal sama mas Ayas, makanya cangung" sentak Nara tidak mau kalah

"nggak usah...." Balasnya tertahan "nggak usah singgung soal usia" desisnya kesal

Keduanya lantas saling membuang muka "Kalau mau deketin anak saya nggak usah pake cara culas begitu, saya nggak seneng kalau sampe mereka ketergantungan sama teknologi di usia dini" ujar Ayas

"iya..." Nara membenarkan dan menoleh ke arah jendela mencoba melihat dua anak kembar itu, karena tersadar akan sesuatu dia kembali menoleh cepat ke Ayas "tapi saya nggak pake cara Culas, saya cuman nggak bisa nolak kalau mereka minta" jelasnya tidak terima

"jangan di liatin makanya, supaya mereka nggak penasaran dan minta"

"...iya maaf, lain kali saya lebih hati-hati" dia sadar kalau lagi-lagi bertindak ceroboh, jadi tidak masalah jika Ayas memarahinya. Itu tindakan yang wajar

"emangnya kamu mau, nikah sama Duda kaya saya?" tanyanya tiba-tiba

Nara lantas mendongak, perutnya tiba-tiba terasa tidak nyaman "...saya nggak begitu kenal sama Mas, jadi kalau mau pertimbangin soal perjodohan ini rasanya sulit bange— sekali...sulit sekali" ujarnya hati-hati

Ayas mengangguk paham "Benar, saya juga ingin bisa menikah dengan perempuan yang tulus menyayangi anak-anak saya"

"kalau bisa berjodoh sama perempuan kayak itu, Mas juga harus bisa ngertiin perasaannya kan... perempuan cenderung mau di mengerti sama di pahami, jadi Mas Ayas kudu peka jangan semaunya sendiri "ujar Nara

"Kamu sendiri, udah punya pacar?" tanyanya dengan suara rendah

Nara sedikit tergelak mendengarnya "eng— gak si..." jawabnya lamat-lamat

"oh..." Ayas hanya menanggapi dengan singkat

"Ayah, ayo pulang" Reynald dan Farhan tiba-tiba keluar dari dalam rumah dan mengajak ayas untuk pulang

Sang empu lantas menoleh dan menatap kedua anaknya lalu kemudian beranjak dari duduknya "saya pulang dulu kalau gitu, Assalamualaikum" ucap Ayas, berpamitan sebelum pergi bersama anak-anaknya

"waalaikumsalam" Nara tersenyum tipis di iringi anggukan pelan, dia menyempatkan melihat Ayas dan kedua anaknya... berjalan menuju ke mobil. Setelah mobil Ayas melenggang pergi barulah Nara bisa masuk ke dalam rumahnya, dia juga tak lupa mengunci pintu karena sudah malam. Mana mungkin dia berani membiarkan pintu terbuka jika sedang tidak ada tamu

"Nara, Rey sama Farhan udah pulang?" Tanya Dira

"udah, tadi di jemput sama Mas Ayas" balasnya seraya mematikan laptopnya "nggak usah singgung soal Mas Ayas, kalau dia mau nerima perjodohan. Dia pasti datang buat nanya kesiapan Nara soal nikah, mas Ayas juga pertimbangannya banyak Bu soalnya dia bukan laki-laki lanjang yang baru pertama kali nikah. Anaknya aja udah 2, kalau pernikahannya sampai gagal lagi kasian anak-anaknya" ucapnya sebelum ibunya kembali angkat bicara

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang