M.S 44

12.5K 642 171
                                    

Setelah malamnya Nara baru turun ke lantai satu, sejak tadi pagi sampai sore dia lebih memilih tetap di dalam kamar. Bahkan ketika makan Rena yang membawakannya Makanan sebab hanya Rena yang tau kalau kepalanya sedang sakit, suasana di samping rumah terlihat sangat ramai sekali dengan anak-anak dan orang dewasa

“Kamu nduk Nara kan? Eh mbak minta tolong buat anterin ini kerumahnya mbak Sri, kamu tau kan di mana rumahnya?" Salah satu wanita dewasa menghadang jalan Nara dan langsung menyerahkan sepelastik putih berisi makanan

Nara tidak tau di mana rumah orang yang di sebutkan Oleh wanita di hadapannya,  baru saja dia ingin menolak tapi wanita itu langsung buru-buru pergi “perasaan ini perkejaannya deh, kenapa malah di limpahin ke orang lain. Nggak bertanggung jawab banget nih anggota keluarganya mas Arkan "  batinnya mencibir seraya melangkah menuju ke samping rumah untuk mencari keberadaan Arkan

Nara sedikit ragu menghampiri Arkan yang sedang duduk bersama keluarganya yang lain bahkan di sana ada Mona, Aidan serta Kinan juga. Tapi karena dia sedang merasa terdesak jadi dengan langkah yang terkesan kikuk dia menghampiri Arkan

Semua orang yang di situ memperhatikan Nara dengan seksama sekaligus menilai penampilan Nara yang agak kusut sangat berbeda dari keluarga yang lain “Nara, kamu dari tadi pagi kok di kamar terus. Semua keluarga kan kumpul di bawah kamu malah semedi di kamar" celetuk salah satu perempuan

“iya nduk, gi mana toh keluarganya datang kok malah sembunyi"

“ayo sini gabung, jangan kaya kura-kura begitu Ndak baik. Nanti kamu Ndak kenal keluargamu loh" tambah yang lain

Sedang Nara hanya membalas dengan senyuman tipis “Mas tadi aku di mintain tolong buat anterin ini ke rumahnya Mbak Sri, jadi ayo anterin aku.” ajaknya dengan suara lirih di sebelah Arkan

“mas nggak bisa, mending kamu pergi sama Rena aja dulu. Kamu kan sering pergi sama dia kan" tolak Arkan halus, kemarin malam juga begitu dia merasa tenang karena Nara pergi bersama Rena

Benar juga, kemudian Nara bangkit dari duduknya dan pergi menghampiri Rena “kamu mau nggak temenin aku ke rumahnya mbak Sri?" Tanyanya setelah sampai di sisi Rena

Rena mengigit seluruh bibir bawahnya karena menahan kesal, apa Nara Tidak melihat jika dia sedang mengurus anak bayi dari kakaknya “nggak bisa, kamu nggak liat” Rena memberi isyarat agar Nara melihat bayi yang berbaring di atas karpet

“dia nggak bisa di ajak?"Nara menatap bayi kecil itu 

Rena menggeleng pelan “nggak bisa dia Masi bayi, nanti mbak ku ngomel-ngomel kalau anaknya di bawa pergi keluar sembarangan" jawabnya memberi tatapan memelas

“oh ya udah deh" karena Rena juga tidak bisa sedang Arkan pun sama saja, dia kemudian terpaksa pergi sendiri. Soal letak rumah dia bisa tanya ke seseorang

"mukamu pucat" celetuk Janu ketika berpapasan dengan Nara

"serius?" kemudian Nara mengambil lipblam dari saku cardingannya, lalu mengoleskannya ke bibirnya "sekarang, Masi pucat?"

"muka kamu kaya kanebo kering, kusut. belum mandi ya?" Tanya  Janu blak-blakan

Mata Nara mendelik, jelas-jelas dalam sehari ini dia mandi empat kali " udah kok mas" jawabnya dengan bibir sedikit maju, mungkin karena efek sakit kepala tadi siang jadi wajahnya kelihatan tampak pucat

Janu memasang ekspresi tak yakin lalu matanya melihat pelastik putih yang di tengteng sedikit berat “lah itu apa?" Tanyanya kemudian

“tadi aku di suruh anterin ini ke rumahnya mbak Sri” balas Nara sekenanya lalu melangkah pergi

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang