M.S 52

20.4K 538 124
                                    


Selang beberapa hari, arkan sudah sering bolak-balik untuk menemui Nara tapi jangankan bisa melihat wajah istrinya baru sampai di depan pintu rumah saja dia sudah di usir oleh mertuanya.

" Gi mana caranya Arkan bisa lurusin kesalahpahaman ini ke Nara, kalau Bu Dira Gak ngijinin Arkan buat bicara sama nara" keluh Arkan di kamar orang tuanya, setelah dari rumah Nara dia langsung saja menemui orang tuanya

"papah nggak tau Ar" Balas Aidan, dia sudah malas mengurusi pernikahan Arkan karna terlalu malu dengan keluarga Nara "ini masalah rumah tangga kamu, jadi bagaimana kedepannya itu urusan kamu...papah udah terlanjur malu sama keluarga nara" ujarnya, walaupun Kinan sudah bilang tidak ada hubungan apa-apa dengan Arkan tetap saja dia tidak percaya.

Pikirnya ada di sebut perselingkuhan tampa perasaan, berhubungan badan Tampa perasaan cenderung ke simbiosis mutualisme. Dan ketika Kinan bilang tidak ada hubungan apa-apa tapi bukti pelukan ada, tidak mungkin orang berlainan jenis bukan, keluarga, bukan pasangan tapi berpelukan Tampa alasan...papah Arkan berfikir Kinan hanya ingin menyembunyikan yang sebenarnya mana mungkin dia mau jujur.

Sedang Mona hanya bisa temerenung sedari tadi, dia jadi menyesal karena telah menerima kehadiran Kinan di rumahnya. Kalau Arkan sampai berpisah dengan Nara, lalu bagaimana dengan nasib cucunya

•••

Arkan tidak punya pilihan lain dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah pakde Deni sendirian

"ada, keperluan apa?" tanya pakde Deni sopan sambil memperbaiki posisi kopiahnya dan duduk di sebrang Arkan, pria paru baya itu tampak baru selesai menunaikan sholat isya

"pakde, saya cuman mau ketemu sama istri saya, tapi setiap saya kesana Bu Dira terus ngelarang. Saya bingung bagai mana caranya jelasin ke istri saya kalau setiap ingin bertemu pasti selalu di halang-halangi seperti itu " ungkapnya kelihatan gusar

Pakde Deni menghembuskan napas lelah "... seharusnya setiap tindakan ya mbo di pikirkan dulu, jangan seenaknya. kepala keluarga itu tanggung jawabnya besar, Nara sendiri juga anaknya sulit di mengerti, sulit di pahami. Saya sama budhe-mu sudah memberi wejangan ke Nara, kami cuman bisa sebatas itu karna tidak bagus terlalu ikut campur di rumah tangga keponakan sendiri" ujarnya

Budhe Srini datang dari arah dapur membawa napan berisi 2 cangkir teh dan 1 piring kecil kue

"di minum dulu tehnya" ucapnya sambil meletakkan 1 cangkir teh di hadapan Arkan

"makasih budhe" ujar Arkan

Budhe Srini hanya membalas dengan anggukan pelan lalu kembali ke belakang

"jadi niatmu ke sini apa?" tanya pakde Deni

"saya minta tolong sama pakde, supaya bisa di pertemukan dengan Nara" pintanya terlihat begitu memohon

Budhe Srini kembali ke ruang tamu dan ikut duduk di sebelah suaminya "terus perempuan selingkuhanmu, sekarang di mana?" tanyanya penasaran

Arkan terdiam sesaat "masi di rumah orang tua saya budhe" ucapnya

"kamu mau bercerai dengan Nara to?" tanyanya kemudian dia merasa kecewa...karna perempuan selingkuhan Arkan Masi ada di rumah Arkan

"saya sama sekali nggak punya niatan berpisah dari Nara budhe justru saya kemari karna mau minta tolong ke pakde untuk di perbolehkan supaya bertemu dengan Nara..." jelasnya

" soal Poto itu, kalau saja bukan karna cucu. Saya bakal dukung Nara untuk bercerai dari kamu " lanjutnya

"kamu yakin sekali jika saya bisa bantu kamu untuk di izinkan bertemu dengan istrimu " ujar pakde Deni

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang