M.S 17

21K 635 10
                                    

Setelah Nara selesai bersiap, dia kemudian keluar dan kembali menghampiri Arkan.

“udah dek?..." Arkan menoleh “masya Allah cantiknya" pujinya karena merasa terpesona dengan kecantikan calon istrinya

“udah tau, Anak-anaknya mas Ayas ke mana?”

“...udah pulang dari tadi, dek rambutnya nggak perlu di ikat” ujar Arkan meminta, siapa yang tahan ketika melihat tengku calon istrinya terlalu lama. Dia tidak senang ada orang lain yang bisa dengan mudahnya menikmati miliknya

“posesif deh..” ledek Nara

“emang kamu nyaman kalau di liatin terus sama laki-laki lain?" Tanya arkan

“nggak" kemudian Nara langsung membiarkan rambutnya tergerai, setelahnya dia kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil bando “udah, ayo” Nara kembali keluar seraya menenteng 1 bando berwarna hitam

“ibu di mana?" Tanya Arkan

“di dalam" jawabnya memberi tahu

“sebelum pergi  pamit dulu sama ibu..."  ajaknya

“aku tadi udah minta izin ke ibu" kata Nara, mencoba menyamai langkah Arkan masuk ke dalam rumahnya

Arkan tidak mengindahkan perkataan Nara sebelumnya dan tetap pergi meminta izin terlebih dahulu ke Dira sebelum dia membawa Nara pergi, lalu seperti... ibu-ibu pada umumnya yang lebih menyangi menantu ketimbang anaknya sendiri. Dira tentu saja langsung memberi izin dengan mudahnya

Setelah berpamitan Arkan kemudian membawa Nara pergi ke rumah orang tuanya, ketika sampai di lingkungan rumah Arkan. Nara di buat kagum, rumahnya memang besar tapi di saat bersamaan juga terlihat sederhana “ini rumah impian, para bapak-bapak dan ibu-ibu di hari tua ” ujarnya memuji

“iya, ayo masuk" Arkan mengangam tangan Nara dan berniat mengajaknya masuk ke dalam rumah

Tapi Nara terlihat enggan “kok tiba-tiba ragu ya..." Ucapnya

“mamah sama papah orangnya baik, Mas juga pasti bakal nemenin kamu kan. Nggak perlu ragu lagi, ayo”

“iya baik, kan itu orang tuanya mas arkan” pikir Nara

“ apa adanya aja. Jangan sampe cemas  kayak  ngehentakin kaki, goyangin badan terus, gigit kuku, sama  ngedip-ngedipin mata nanti kamu  bisa di sangka cacingan. Kalau ngerasa cemas, tarik nafas perlahan terus buang secara perlahan” jelas Arkan

Nara menarik semyum tipis

“kalau di ajak ngomong sama Mamah atau papah, usahain tatap matanya. Jangan liat ke kiri, ke kanan, ataupun ke atas. Nanti di kira kamu mau maling" lanjut Arkan memberi saran

“Apa sih mas"

“ayo masuk" setelah di rasa Nara sudah tidak secemas tadi, Arkan kemudian membawa Nara masuk ke dalam rumah milik orang tuanya

Setelah sampai di dalam rumah, Nara baru bisa bertemu secara benar-benar langsung dengan kedua orang tua Arkan. Dia duduk begitu  sopannya di sebrang Papah dan mamah Arkan

“tehnya di minum nduk" ujar Aidan, dia merasa sangat bangga dengan anaknya. Arkan benar-benar meminta Nara sendirian dan nyatanya dia berhasil mendapatkan Restu dari keluarga perempuan yang ingin dia peristri

“Di minum Dek” imbuh Arkan

“iya” dia menoleh ke arah Arkan dan mengangguk polos 

Mona terus melihat tingkah Nara “ kamu kok gampang banget mau terima lamaran Arkan,  kan setau saya kalian baru kenal" tanyanya tiba-tiba

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang