M.S 9

23.9K 848 22
                                    


“capek ya?" Arkan berinisiatif membuka percakapan

“Gak!... Segala Pake nanya lagi, nggak liat nih muka udah bengep-bengep nggak karuan...ya capek! Nggak usah nanya lagi ” jawabnya agak ketus

“itu kan salah kamu sendiri"

Nara lantas menoleh kesal saat mendengarnya “Saya di sini posisinya juga di tipu ya pak Arkan"

“lagian kamu yang udah sebesar ini, ngapain mainnya sama anak kecil " ujar Arkan

“siapa yang suka main sama anak kecil, orang mereka ngajak saya ambil rambutan. Ya saya ngikut lah” ucapnya dengan bibir cemberut

“kamu suka rambutan?” tanya Arkan

“iya” Nara menurunkan nada bicaranya dan sedikit tertarik dengan pertanyaan itu, mungkin saja Arkan berniat memberinya sedikit rambutan sebagai bentuk terimakasih atas bantuannya yang tadi

“kalau suka, ya tanam sendiri” jawabnya santai

“ya anak monyet, babi ngepet, tuyul gundul, juga tau...” Nara refleks mencibir

Arkan melirik ke kanan dan malah mendapati ekspresi kesal Nara “tuh, makan aja kalau mau” ujarnya

“emangnya boleh?” tanyanya ragu seraya melirik-lirik buah rambutan yang merah menggiurkan itu

Arkan kemudian mengambil satu buah rambutan dari dalam karung lalu mengupasnya dan mengulurkannya ke Nara “nih makan, nggak usah malu-malu..”

“siapa yang malu.." dumelnya, seraya menerima pemberian Arkan “ini mau di jual ya Pak?" Tanyanya kemudian, dia membenarkan ucapan  Arkan soal rambutan yang di petik kali ini rasanya lebih manis dari pada pohon rambutan yang dia panjat sebelumnya

“siapa yang mau beli” ujarnya

“loh kok gitu?” Nara lantas kebingungan mendengar jawaban Arkan

“ini di tanam buat di makan sendiri, dari pada di jual mending di kirimin kekeluarga yang ada di daerah lain. Dari pada mereka harus beli” jelasnya

“oo gitu, saya pikir pak Arkan pelit” ujarnya

“pelit?, dari pada  suka nyolong rambutan” Arkan balik menyindir

“saya nggak..."

“nggak apa?...” potong Arkan cepat

Kemudian Nara memilih bungkam dan terus memakani rambutannya satu persatu

“kamu suka liat air terjun?” Arkan lanjut bertanya

“emang yang kaya gitu Masi ada di sini?" Dia malah balik bertanya

“ada, kamu mau lihat"

“pasti jauh, saya juga nggak percaya sama bapak. Ntar di apa-apain lagi”

“ya udah, kamu tunggu di sini saya pergi dulu...” Arkan lantas berdiri dan berniat pergi

Nara tentu saja panik dia tidak berani sendirian di kebun-kebun seperti ini “saya ikut”

Arkan menoleh “katanya nggak percaya sama saya...”ledeknya

“ya emang nggak, tapi kalau saya sediri di sini. Nanti saya hilang di culik orang, gi mana?. Saya ini anak tunggal, ibu saya pasti bingung kasi warisannya ke siapa kalau anak satu-satunya sampe ilang" ujarnya

“siapa juga yang doyan nyulik kamu"

kemudian keduanya terus melangkah mengikuti aliran sungai kecil yang ada di kebun milik Arkan itu

Setelah beberapa saat akhirnya keduanya sampai, Nara lantas mendekat dan melihat air terjunnya “ku pikir air terjunnya besar, ternyata pendek” ujarnya “tapi tetep aja bagus ” lanjutnya memuji keindahan buatan alam itu

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang