M.S 22

21.9K 627 19
                                    


Arkan hanya bisa menunggu, dan mendengarkan gerutuan kesal dari Dira sampai beberapa saat kemudian ada motor yang tiba-tiba berhenti di pinggir jalan tepat di depan rumah Dira. Sehingga Arkan lekas berdiri saat melihat Nara turun dari atas motor

Seusai berbincang singkat dengan Andra, Narapun akhirnya pergi mamasuki pekarangan rumahnya dengan raut wajah yang begitu tenang “assalamualaikum” ujarnya hanya menatap lurus ke arah ibunya

Arkan sendiri hanya bisa menjawab tampa suara, dia masi menatap tertegun Nara. Ada apa ini pikirnya, dia tidak menyangka kalau gadis yang sudah dia lamar justru malah pergi keluar bersama laki-laki lain.

Sedang Dira sendiri merasa sangat malu dengan Arkan “emm Arkan, maaf ini sudah malam. Ibu dan Nara masuk dulu ya, terimakasih karena sudah mau repot-repot bantu ibu tadi... assalamualaikum" setelah mengatakan hal itu, dia langsung  menarik kasar tangan Nara masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rumah rapat-rapat

“Bu sakit....” Nara mengeluh kesakitan, tentu saja itu karena lengannya di cengram sangat keras, bahkan kuku jari ibunya sampai menusuk lengannya

“Sakit kamu bilang. Mana hapemu!” Dira lantas langsung merebut ponsel dari genggaman Nara dan Tampa perlu pikir panjang lagi dia langsung membantingnya ke lantai sampai retak. Dira marah bukan hanya karena Nara sulit di hubungi tapi mungkin karena adanya ponsel itu juga anaknya bisa sampai berkomunikasi dengan pria lain selain calon suaminya sendiri

“Bu.....” Nara lantas membulatkan matanya  dan segera memungguk untuk  mengambil ponselnya

“apa pentingnya hapemu, kalau di hubungin susah!! Aktif nggak di jawab, ibu sekolahin kamu tinggi-tinggi biar jadi orang yang bener, berpendidikan, bukannya jadi anak merusal dan kurang ajar kaya gini” bentak Dira, dia tidak pernah sampai semarah ini sebelumnya hanya karena kelakuan kurang ajar Nara dia sampai tidak bisa mengontrol emosinya lagi

“tadi di jalan, suaranya nggak jelas soalnya naik motor” ucapnya di iringi Isak tangis, hapenya baru saja di banting sampai hancur

“alasan terus, pergi sama siapa kamu tadi!”

“sama, Mas Andra”

“Andra, kamu nggak sadar! Mau jadi perempuan apa kamu, Ada Arkan! Nara...dari tadi dia bolak-balik buat bantu cariin kamu, ibu malu sama dia Nara”

“aku tadi udah minta izin sebelum pergi dan ibu izinin, kok sekarang malah marah-marah”

“bantah terus kalau orang tua ngomong, pergi mana kamu sama dia?”

“cuman ke Binari"

“ngapain kamu malam-malam, pergi ke sana sama Andra”

“cuman jalan-jalan, ibu tadi juga udah kasi izin”

“ itu karena ibu ngira kamu pergi sama Arkan, kenapa kamu malah pergi sama laki-laki lain. Sadar! Kamu itu udah jadi calon istri orang Ra"

“calon suami apa?” batinnya

“Mas Arkan juga laki-laki Bu, sama aja kaya mas Andra. Lagipula aku juga nggak macem-macem di sana”

“kamu nih bisa mikir atau nggak, hah!. Jelas-jelas Arkan sama Andra beda, Andra itu bukan siapa-siapa kamu. Sedangkan Arkan, kalian punya ikatan. Kamu bakal jelasin, kaya gi mana kalau ketemu sama dia, memangnya dia bakal percaya setelah liat kelakuan kamu"

“terus aku harus kaya gi mana!, kalau dia nggak mau nikah ya udah, aku juga nggak mau nikah sama dia”

“sekarang terserah kamu, ibu udah males ngurusin. Malah merusal sakarepe dewe, gae isin wong tue ae kerjanane" setelah mengatakan itu Dira pergi meninggalkan Nara sendirian

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang