M.S 31

22.7K 655 18
                                    

Beberapa hari berlalu, setelah memindahkan seluruh barang-barangnya kerumah mertuanya, saat  menjelang magrib Nara baru bisa beristirahat. Terlalu banyak desakan sehingga membuatnya harus tinggal di rumah orang tua Arkan, bahkan ketika dia baru selesai merapikan barang-barangnya dia harus turun kembali ke lantai satu untuk membantu mertuanya memasak. Nara terlalu peka dan tau diri sedang berada di mana saat ini, Setelah selesai mandi Nara baru punya waktu untuk mengamati seisi kamar milik suaminya

“ ku pikir aku lagi di kamarnya beruang, ini bukan goa kan?" Dia berujar sembari mulai duduk di tepi tempat tidur, sampai akhirnya dia mrncoba berbaring

“umm...wanginya suamiku” ucapnya tersenyum malu-malu setelah menghirup aroma tempat tidur arkan

Plak! plak! plak!

“Ha!...sadar, Nara. Sadar” saat menyadari sikap gatalnya dia segera menampar wajahnya berkali-kali, Nara kemudian kembali berbaring miring sembari memeluk bantal “padahal sebelum malam itu, aku nggak kaya gini. Apa jangan-jangan aku di pelet?. Ini mungkin sih aku pasti di pelet sama mas Arkan" dumelnya

Ceklek

Pintu kamar terbuka, Nara segera melirik “a— suamiku pulang" sambutnya riang seraya tersenyum genit

Arkan yang baru pulang dari mesjid itupun, balas tersenyum hangat. Dia kembali menutup pintu dan melangkah menghampiri istrinya “sini..” pintanya sembari menepuk pahanya Sendiri sampai beberapa kali setelah duduk di tepi ranjang

Nara tergiur, tapi dia segera menggeleng keras “mas Arkan betah di kamar yang suram kaya gini?” tanyanya kemudian, dia Masi setia  berbaring

“iya, ini nyaman" jawabnya sembari melepaskan kopiah beserta sarungnya lalu menyimpannya di tempat yang baik

“kalau gitu setengah warna hitam... setengahnya lagi peach, biar adil. Bukannya ini kamarku juga” kata Nara

Arkan terdiam sejenak “iya terserah kamu, mau kamar ini warna warni pun nggak masalah. Yang penting kita tetep tidur di tempat yang sama” ujarnya

“warna warni kan? Okey.” Nara menjentikkan jari, dia akan membuat kamar suaminya jadi warna warni

“iya kalau hasilnya jelek, kamu harus balikin lagi kamar ini ke mode pabrik” balas Arkan

Nara mendelik “mantan pacar mas Arkan ada berapa?” tanyanya kemudian

Dahi Arkan mengerut “cuman satu”

Nara kemudian duduk “oh iya? Dia orang mana?"

“orang sini”

Mata Nara membulat sempurna “beneran? Siapa? Orangnya yang mana, tenang aja aku bisa jaga rahasia kok” desaknya

“siapa apa?" Arkan malah balik bertanya “jelas-jelas yang mas bicarain itu kamu” ungkapnya

“aku?” dia menunjuk dirinya sendiri “kapan kita pacaran? Mas nggak pernah tuh, ngajak pacaran”

“mas pikir kita sebelumnya pacaran, berarti mas nggak punya mantan pacar” ucapnya dengan wajah serius

“aku nggak perduli, dia nggak punya mantan pacar selama dia hidup. Tapi kenapa dia harus bilang kaya gitu dengan muka serius. Aku kan jadi kepikiran"

“mas Arkan sebelumnya nggak suka perempuan ya?” celetuk Nara, itu masuk akal. Suaminya itu sangat rupawan mana mungkin tidak ada perempuan yang mengejar-ngejar suaminya “mas itu nggak masuk akal, masa selama hidup mas Arkan nggak punya mantan. Ayo coba di ingat-ingat lagi, mantan pacar pas SD itupun terhitung mantan yang sah mas" ujarnya mendesak suaminya untuk jujur

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang