M.S 53

14.5K 604 38
                                    


Sudah bukan hal baru lagi kalau Arkan mendengar gosip, bahwa mantan istrinya seringkali didekati oleh beberapa laki-laki. Tapi Arkan cukup lega karena Nara sama sekali tidak memberi peluang ke laki-laki yang berniat mendekatinya

Bibir Arkan lantas mengulum senyum tipis saat memperhatikan Nara yang sedang pokus menyuapi anaknya “Mas pikir Ayas mau rujuk sama mantan istrinya, dek” ucapnya kemudian, dia sengaja menyingung soal Ayas karena ingin tau seberapa dekat istrinya kini dengan pria itu

“...aku nggak tau" balas Nara

“kamu tau sendiri kan mantan istrinya itu masi sering nempel terus sama dia. Masa kamu mau di deketin sama dia” ujar Arkan lagi, kalau laki-laki lain dia tidak akan segusar ini tapi kalau Ayas, tentu saja dia merasa takut

Nara menoleh, dia paling malas kalau Arkan mulai ikut campur soal urusan pribadinya, padahal harusnya dia dan Arkan sudah hidup sendiri-sendiri. Nara bahkan sampai kesulitan memulai hidup baru karena Arkan terus saja datang menemuinya

“akhir-akhir ini, dia gencar deketin kamu kan?”

“itu nggak ada urusannya sama mas”

“mamah sama papah kenapa?" Suara kecil Kanaya menginterupsi keduanya

Arkan mengulum senyum tipis “nggak apa-apa, Nak” ucapnya menenangkan seraya mengusap rambut anaknya

“jangan marah. Tidak boleh ya papah" Kana berujar seraya menggerakkan telunjuknya

“iya, Nana makan yang banyak ya. Abis ini kita kerumah kakek sama mamah” ujar Arkan lagi

Nara terhenyak “apa nggak mas aja sama Kana, yang ke sana”

“sama mamah juga” Mendengar Mamahnya menolak untuk ikut, sikap menyebalkan Kana sontak langsung kambuh “Yah..yah, mamah juga ikut kerumah kakek " bujuknya lebih terdengar seperti rengekkan

Nara hapal betul dengan sikap nakal Putrinya, tapi kalau di iyakan dia takut kalau sampe terjadi sesuatu yang sama sekali tidak di inginkan. Seperti waktu terakhir kali dia berada di rumah Arkan “Nana pergi sama papah dulu ya, mamah harus bantu nenek di rumah " tolaknya halus

“bantu nenek terus, tidak pernah mau pergi sama Nana” wajahnya tertekuk sedih

“drama lagi"  kepala Nara rasanya pening saat melihat raut wajah Kanaya yang ingin menangis “Nana pergi dulu ya sama Papah, nanti mamah susul"

“Tidak mau!! Tidak mau, Nana mau pergi sama Mamah sama papah"

Arkan lagi-lagi melihat air mata buaya anaknya. Biasanya Nara lebih pintar memberi berbagai alasan agar Kana berhenti menangis

“Teman-teman Nana, perginya sama papah mamanya. Kenapa Nana seringnya cuman pergi sama mamah, papah kenapa tinggal di rumah kakek terus kenapa tidak tinggal di rumah Nana ”

Nara sudah sering mendengar pertanyaan itu, tapi mau di jawab jujur pun Kana Masi terlalu kecil. “ya udah, iya Nana” jawabnya akhirnya pasrah

Arkan terperangah mendengarnya, dia pikir Nara akan menolak keras lagi saat di ajak kerumahnya tapi ternyata dugaannya salah

•••

Ketika Nara sampai dia mendapati satu mobil terparkir di depan rumah Arkan, dia merasa tidak tenang karena itu artinya Aidan sibuk dengan tamunya

“kok malah ngelamun, lagi mikirin apa?" Arkan menunduk dan memperhatikan Nara yang tampak terdiam memikirkan sesuatu

Nara segera menjauhkan tangan Arkan yang mengusap pipinya “aku udah bilang beberapa kali, jangan kelewatan" ujarnya lirih, lalu dia  menunduk melihat anaknya yang tampak imut menggunakan kacamata serta jacket jeans.

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang