M.S 55

22.7K 440 31
                                    

Kana merasa tidak senang dengan sikap ketidakpedulian dari mamahnya, ketika dia meminta agar bisa bertemu dengan Papahnya. Mamahnya justru tidak berniat ingin mengantarkannya ke rumah kakeknya bahkan bukan hanya itu mamahnya juga menolak untuk menelpon papahnya

Setelah Nara tertidur pulas, dengan penuh kehati-hatian Kana turun dari tempat tidur dan memberanikan diri untuk membawa ponsel Nara keluar dari kamar. Langkah kecilnya membawanya masuk ke dalam kamar Dira, memang siapa lagi yang bisa membantunya kecuali neneknya itu.  “nenek, Nana mau bicara sama papah” pintanya seraya mengulurkan ponsel mamahnya ke neneknya

Dira menarik senyum tipis, cukup lama memperhatikan  ponsel Nara karena dia tidak terlalu paham menggunakannya, jadi Dira lebih memilih menelpon Arkan menggunakan ponsel jadulnya “mamahnya Nana di mana? ” tanyanya seraya mengulurkan ponselnya ke cucunya

“Mamah tidur ” balasnya lalu membawa ponsel Neneknya keluar dari kamar sembari menunggu papahnya  berbicara  di ponsel

“iya Bu? ”

“Halo papah, Kana kangen sama papah” ungkapnya dengan suara lirih

Dari sebrang telpon terdengar kekehan pelan “ iya nak”

“umm... Papah sakit ya, kok suaranya kayak orang sakit”

“nggak kok, papah juga kangen sama Kana”

“bohong, kalau kangen kenapa tidak datang kerumah Kana. Papah pergi jalan-jalan terus ya?, papah sama siapa? Kok rame. Itu suara siapa? Halo papah!  Papah! Ini bukan papahnya nana ya” Kana lantas merasa curiga saat mendengar suara seseorang dan orang yang berbicara  di telpon juga malah berheti menaggapinya

“Nana?”

Kana langsung  terkejut  ketika Nara memergokinya, dengan segera dia menyembunyikan  ponsel neneknya dan menatap mamahnya takut-takut “nana main game di hape nenek” ujarnya memberi alibi

“terus hapenya nenek mana, mama mau pinjem” pintanya, dia tidak tau kalau anaknya bisa senekat ini kalau menyangkut soal Arkan

Dengan wajah yang sedikit tertekuk Kana terlihat terpaksa menyodorkan ponsel Neneknya ke Nara

Nara menerimanya lalu melihat  panggilan telpon yang telah terputus, “Nana habis bicara sama papahnya Nana? ”

“iya, nana kangen sekali sama papah. Kenapa mamah sama Nana tidak tinggal sama papah” cicitnya dengan kepala memunduk

“ini udah malam kan, ayo tidur” Nara mengalihkan topik  pembicaraan  dan mengadeng anaknya  kembali masuk ke dalam kamar

Nara menghela napas lelah, ketika mendengar suara ketukan pintu. Padahal Kana baru saja memejamkan matanya, dia kemudian turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya 

“ini, nggak tau siapa dari tadi telpon kamu terus” Dira langsung mengulurkan ponsel Nara dan setelah  itu pergi

Nara menerimanya lalu menunggu nomor yang sama kembali menelpon, dan benar saja. Orang dengan nomor yang sama kembali menelponnya dan tampa perlu pikir panjang lagi dia menerimanya

“halo, ini Nara kan”

“iya” Nara jadi penasaran sebab nafas orang di sebrang telpon terdengar memburu

“Nara, kamu bisa ke sini sebentar kan.    Arkan mabuk berat, kayaknya dia bener-bener butuh kamu.”

Bahu nara langsung lemas, dia pikir terjadi sesuatu yang buruk ternyata hanya omong kosong dari seseorang  yang suka melimpahkan tanggung jawabnya ke orang lain. “ mas hubungin aja anggota keluarganya” balasnya

Mas Suami ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang