Cahaya mentari pagi mulai menyelinap masuk melalui celah-celah gorden kamar yang gelap ini. Terlihat Sandi yang masih tertidur mengernyitkan mata. Dari bahasa tubuhnya mengatakan bahwa dirinya enggan untuk tersadar. Lalu Sandi menarik kembali selimut yang ia pakai hingga menutupi kepalanya.
Namun getaran dari ponsel yang berada di nakas memaksanya untuk membuka mata. Rupanya ada sebuah pesan yang dikirimkan oleh Daffa ke grup chat mereka.
Mata Sandi yang biasanya sangat bersinar kini hanya bisa menatap nanar ke arah langit-langit kamarnya. Pikirannya seperti melayang-layang membuatnya menjadi tidak tenang. Di dalam hati, Sandi kembali mempertanyakan apakah keputusan yang ia ambil ini adalah langkah yang tepat atau tidak.
•••
[Tiga bulan yang lalu]
"Habis gini makan di Padang depan mau gak? atau mau Mekdi aja?"
Willy yang sedang melepaskan kabel-kabel dari keyboardnya menawarkan pilihan makan malam kepada teman-temannya.
"Gue ngikut aja sih, apa aja ok" jawab seorang pria jangkung dengan kulit putih pucat yang tengah asik rebahan di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Hmm guys gue langsung pulang ya. Anak-anak gue gak ada yang jaga, mamanya lagi izin keluar." ucap Sandi setelah melihat pesan yang dikirimkan oleh istrinya.
Dari balik drum Daffa hanya memberikan isyarat dengan ibu jarinya.
"Hati-hati San" sahut Brian.
Kemudian Sandi segera bergegas keluar dari studio tempat mereka latihan.
"Eh Daf" tanya Brian.
"Hmm?"
"Entar habis makan gue titip bawain balik baju gue ini ya." kata pria berambut ash grey itu sambari mengangkat sebuah paperbag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Into | DAY6
Fanfiction[This is life, we never know what will happens] Ternyata benar perjalanan hidup tidaklah semulus apa yang diinginkan. Cinta, perbedaan, dan keegoisan adalah 3 hal yang selalu menghalangi kisah indah itu. Dan perpisahan, jangan pernah melupakannya...