"Kak Sandi ada yang nge-bel." adu Disha ketika ia baru saja meletakan kue yang dipesan oleh Sandi pada counter top dapur.
Hari ini adalah hari ulang tahun pertama Mila dan Gian, anak kembar Sandi.
Maka dari itu Disha dengan spesial membuat kue ulang tahun untuk mereka dan diantar langsung olehnya.
Sandi yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuh Gian merespon aduan Disha.
"Tolong bukain Dis, saya mau gantiin popok Gian dulu. Basah semua ini." pinta Sandi sebelum dirinya menghilang memasuki kamar anak-anaknya.
•••
Jevan memberi tatapan penuh tanya kepada Brian, Daffa dan Willy untuk memastikan bahwa mereka tidaklah salah.
Serentak keempat orang itu mundur beberapa langkah, sedikit menjauh dari pintu terbuka di depan mereka.
"Tapi bener kok Bang nomor unitnya. Bang Sandi gak pindah kan?" bisik Daffa kepada Brian yang ada di sebelahnya setelah ia menilik kembali nomor yang tertera pada pintu.
Beberapa detik mereka habiskan dalam diam. Baik itu Daffa, Willy, Jevan dan Brian maupun sosok yang menyambut mereka.
Keempat orang tersebut bingung karena orang yang ada di depan mereka saat ini bukanlah orang yang mereka harapkan.
Begitu pula dengan seseorang yang membukakan pintu untuk Daffa dan kawan-kawan juga bingung dibuatnya.
"Siapa yang dateng Dis?" suara seorang lelaki yang sedikit berteriak dari dalam unit apartemen tersebut memecah keheningan di antara mereka berlima.
Willy dan Daffa yang menyadari akan situasi itu lalu saling bersenggol siku.
"Eh..." wanita mungil yang masih memegangi gagang pintu kini sudah mulai tersadar, "Temen-temennya Kakak." jawabnya.
"Mari masuk Kak."
Mereka berempat menganggukan kepala lalu satu persatu memasuki unit apartemen Sandi.
"San ini ada kue buat Mila sama Gian. Gue taroh sini ya." ucap Brian seraya meletakan kue yang ia bawa di counter top.
"Mila! Gian!" sahut Daffa dan Willy bersamaan ketika mereka melihat dua sosok anak kecil menggemaskan yang tengah duduk di sofa. Mereka dengan sigap langsung berlari menghampiri Mila dan Gian.
"Eits! Cuci tangan dulu!" tegur Sandi yang seketika membuat dua tim hore itu berhenti berlari lalu dengan otomatis bebalik arah berjalan menuju wastafel.
Sementara itu Jevan kini sudah duduk di sofa bersama kedua bocah mungil dengan tatapan bingung karena rumahnya tiba-tiba ramai dengan banyak orang.
"San tadi kita niatnya mau beliin anak lu mainan. Tapi karna kita gatau mainan apa yang lagi hits dikalangan anak kecil macem anak lu gini jadinya kita beliin itu ada beberapa. Moga cocok ye, soalnya gak bisa di tuker tambah." ujarnya sembari menunjuk paper bag yang telah tersandar rapih di samping sofa.
"Makasih Jev." dengan tangan yang dipenuh oleh kaleng soda Sandi berjalan menuju ruang tengah dan meminta tolong kepada Daffa untuk menutup pintu kulkas, "Daf itu tolong tutupin kulkasnya."
Kemudian Brian yang sedari tadi masih terpaku dengan kedua buah kue yang ada di depannya mengajukan pertanyaan kepada Sandi, "Ini gak ada acara tiup lilin apa?"
"Ah rakus! Bilang aja lo pingin makan kuenya kan?" sahut Jevan.
"Bawa sini aja Bri." cetus sang empunya rumah.
Melihat Brian yang sepertinya akan kesusahan jika membawa dua kue sekaligus Disha berinisiatif untuk membantunya.
"Sini Kak aku bantuin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Into | DAY6
Fanfic[This is life, we never know what will happens] Ternyata benar perjalanan hidup tidaklah semulus apa yang diinginkan. Cinta, perbedaan, dan keegoisan adalah 3 hal yang selalu menghalangi kisah indah itu. Dan perpisahan, jangan pernah melupakannya...