31. New Person

99 20 1
                                    

"Ini ada apa sih kok kita dikumpulin di sini?" Daffa yang baru saja datang langsung menggerutu kepada Willy yang sedang duduk di sebuah sofa sembari mengemil chips.

Ia lalu mengangkat kedua bahunya, "Gue juga gak tau."

"Samlikum!"

Tak lama pintu ruangan tersebut kembali terbuka dan kini memperlihatkan seorang pria putih tinggi memasuki ruangan itu.

"Mana yang lain?"

"Bang Sandi tadi gue chat udah deket sih katanya. Kalo Bang Brian masih di cafetaria, masih makan."

"Ah ok! Minta Wil!" Jevan menggasak chips kentang dari tangan Willy.

Mereka bertiga kini berdampingan duduk di sebuah sofa yang sama, yang seharusnya hanya cukup untuk dua orang. Entah mengapa padahal masih banyak tempat yang tersisa namun Jevan malah memilih untuk duduk di sebelah Willy, sehingga mereka kini bersesak-desakan.

Merasa tempatnya semakin sempit Daffa nampak tidak terima. "Bang ah! Masih banyak kursi padahal." omelnya.

Dengan Daffa yang semakin kesal, Jevan pun semakin menjadi. Ia mendesak-desakan badannya sehingga semakin menghimpit Daffa ke sisi sofa. Willy yang seharusnya marah karena ia berada di antara Jevan dan Daffa malah dirinya hanya tertawa saja, sementara Daffa yang tidak tahan sudah berpindah ke sofa lainnya.

Pintu ruangan itu kembali terbuka, kini yang datang adalah Mas Doni manager mereka.

"Yang lain mana?"

"Bang Brian masih makan di cafetaria. Terus Bang Sandi–" ucapan Daffa terhenti ketika sesosok pria yang memakai jaket parasut berwarna biru dongker dan putih muncul dari balik pintu.

"Itu dia orangnya."

"Gue kira gue udah telat."

"Belom Bang. Gak ada ceritanya lo pernah telat." cetus Daffa.

Mereka berlima kini telah duduk santai pada sofa dan Sandi menanyakan perihal apa yang membuat mereka harus berkumpul hari ini.

"Ada apa ini Mas kok kita dikumpulin?"

"Gue mau ngenalin orang yang bakalan gantiin gue."

"Emang lo mau kemana Mas?" Willy penasaran.

"Gue mau resign."

"Hah! Resign?!" mata Jevan terbelalak seketika.

"Iya. Orang tua gue di Jogja udah sakit-sakitan gak ada yang ngerawat. Jadi gue sama istri mutusin udah lah pindah aja ke sana, sekalian ngurus sanggar lukisnya Bapak."

"Wah semoga orang tua lo bisa membaik ya Mas." ujar Sandi.

"Aamiin."

"Mulai kapan Mas?" tanyanya lagi.

"Hari ini hari terakhir gue sama kalian. Tapi besok gue masih ke kantor sampe lusa buat ngurus dokumen-dokumen."

BRAK!

Suara pintu yang dibuka dengan kencang segera menggema di ruangan itu.

"GUYS!!!"

Teriak Brian dan seketika seluruh mata segera melihat ke arah sang pelaku.

"Guys! Ada Mbak Lia masa!"

Kemudian seorang wanita dengan rambut sebahu muncul dari balik badan Brian.

"Halo!" sapanya.

"Wih Mbak Lia! Udah lama gak ketemu." Jevan terperanjat dari duduknya lalu memeluk wanita itu dengan hangat.

Get Into | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang