Cahaya senja menyinari ruang tengah apartemen Abel dari balik pintu balkon yang terbuka, menciptakan suasana hangat disana.
"Tumben amat jam segini udah kelar kerjaan lo?" tanya Abel yang sedang mencuci piring.
"Radio buat malem ini udah di tapping minggu kemaren." jawab Brian yang sedang rebahan pada sofa. Kemudian lelaki itu mengambil remote yang ada pada meja di depannya, lalu menyalakan TV.
"Lo gak bosen apa di rumah mulu?" Brian bertanya balik.
"Enggak."
Setelah menyelesaikan cucian piringnya kini Abel menghampiri Brian seraya membawa dua kaleng Cola yang baru saja dia ambil dari kulkas.
Brian bangkit dari tidurnya lalu diambilnya sekaleng Cola dari genggaman Abel, "Gue bosen nih."
"Terus mau ngapain? Mau nonton film lagi?" tawar wanita yang duduk disebelah Brian itu, "Tapi jangan Boss Baby lagi ya. Bosen. Apa mau go-food makan?"
"Lo selama di sini udah kemana aja?"
"Hmm, paling ya jalan-jalan aja sekitar sini. Ga ada waktu gue, namanya juga budak korporat." Abel tertawa menyadari nasibnya itu.
"Keluar yuk!"
Abel terkejut mendengar tawaran itu, lalu menatap pria di sebelahnya.
"Keluar jalan-jalan. Gue bosen di rumah aja" lanjut Brian.
"Lah lo kan tiap hari udah keluar? Pas libur malah pengen jalan, bukannya di rumah aja istirahat."
"Gue mah keluar buat kerja Bel, paling ya ke tempat itu-itu aja. Radio–syuting–studio–manggung, gitu aja terus tiap hari."
"Mau ya? Udahlah yuk, temenin gue aja." rayunya.
Abel agaknya ragu dengan ajakan Brian, entah mengapa kini timbul rasa takut dalam dirinya.
"Oke! Gue pesenin Grab!" Brian sungguh terlihat sangat excited.
"Gue kan belom jawab mau apa engga?"
"Lo diem berarti tandanya lo setuju."
"Aturan dari mana coba?" Abel seakan tak terima.
"Dari gue." ledek Brian.
Mau tak mau Abel mengiyakan ajakan Brian walaupun tanpa sepatah kata apa pun yang keluar dari mulutnya.
Dia beranjak dari duduknya, berjalan menuju nakas lalu melempar sebuah kunci ke arah Brian.
"Pake mobil gue aja. Gak usah mesen grab."
Brian memandang benda yang ada di genggamannya saat ini, "Hmm.. Tapi Bel," ia menatap Abel sejanak sebelum melanjutkan perkataannya, "Gue gak bisa nyetir hehehe."
"Sumpah?!" Abel terkerjap.
"Jaman sekarang masih ada ternyata cowok yang gak bisa nyetir." batinnya.
Brian hanya bisa meringis sambil sesekali menggaruk kepalanya.
"Yaudah sini gue yang nyetir." Abel merebut kembali kunci mobil yang berada di tangan Brian.
Brian masih terpaku disana, memandang Abel yang masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap, dirinya seakan sedang terhipnotis dengan sosok wanita di depannya.
Walaupun sudah berpuluh-puluh wanita yang di "kenalnya" namun ada sesuatu dalam diri Abel yang selalu membuat dirinya penasaran. Sesuatu yang tak bisa ia temukan pada sosok lain.
Sampai-sampai ia tak sadar jika Abel sudah keluar dari kamarnya dan menunggu Brian.
"Jadi gak?" tanya Abel karena Brian belum beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Into | DAY6
Fiksi Penggemar[This is life, we never know what will happens] Ternyata benar perjalanan hidup tidaklah semulus apa yang diinginkan. Cinta, perbedaan, dan keegoisan adalah 3 hal yang selalu menghalangi kisah indah itu. Dan perpisahan, jangan pernah melupakannya...