55

25 8 0
                                    

Di dalam kamar yang cukup luas, seorang laki-laki sedang dipojokkan dengan tiga laki-laki lainnya. Siapa lagi kalau bukan Azka. Ketiga sahabatnya sangat-sangat marah setelah mengetahui apa yang terjadi antara Azka dan Andin. Di dalam kamar Azka, Azka hanya bisa diam saat Adrian dan Rafa memarahinya habis-habisan.

"Lo tau kan gimana Sasya? Bang, lo ingat-ingat lagi kejadian itu, kejadian yang buat persahabatan kita kacau, siapa pelakunya? Sasya. Lo lupa?" Adrian begitu emosi. Ia semakin marah saat Azka menjelaskan kepada mereka.

"Siapa tau beneran" Sahut Azka. Hanya 3 kata itu yang dia ucapkan setelah menerima segala amarah dari ketiga sahabatnya.

"Azka jangan bodoh!" Ucapan menusuk itu berasal dari Reffan. Reffan ikut emosi dengan sikap Azka yang seperti ini.

"Bang lo fokus aja sama yang sekarang, lo bisa lupain kejadian dulu, liat..." Adrian memperlihatkan sesuatu dari layar hpnya kepada Azka.

"...dengan ini lo masih percaya? Bahkan dia rela bohong kalau papanya meninggal buat dapatin simpati lo" Azka menyingkirkan tangan Adrian.

"Mungkin itu foto lama" Jawaban dari Azka membuat ketiga sahabatnya menganga tak percaya. Masih? Azka masih saja membela Sasya.

"AZKA!" Rafa menarik tangan Azka sehingga tidak ada jarak antara mereka. Saking kesalnya Rafa melupakan kalau tangan kirinya masih sakit. Tangan kanan Rafa mengepal kuat siap untuk melayangkan tinjuan kepada Azka.

"Gue gak semudah itu percaya" Ucapan datar dari Azka mampu melonggarkan cengkaman Rafa. Reffan tak habis fikir dengan Azka.

"Maksud lo apa?" Tanya Reffan lelah. Azka mengangkat tangannya, tiga jarinya terbuka.
"Gue bodoh" Satu jari tertutup.

"Gue bodoh" Satu jari tertutup lagi.

"Dan gue bodoh" Tangan Azka mengepal di udara. Tak ada ekspresi darinya. Azka berbalik tidak sanggup melihat Rafa, Adrian dan Reffan.

"Gue bodoh mau ngikutin Sasya saat itu. Gue bodoh hanya diam saat Andin nangis. Dan gue bodoh malah balas pelukan Sasya. Gue terlambat menyadari kalau Andin melihat itu semua" Azka mengambil hpnya, ia memberikan hp tersebut kepada Reffan. Di layar terlihat foto Andin yang menangis di halte dan foto Andin saat dibonceng oleh Dean. Dan paling menyakitkan bagi Azka. Andin tersenyum saat bersama Dean. Saat melihat itu Rafa tidak lagi terkejut. Ia terkekeh.

"Bagus Gavina beneran ngirim foto itu, biar lo sadar, tapi kayaknya masih kurang" Reffan memegang pundak Rafa mengisyaratkan untuk diam.

"Bang, gue gak kenal dengan lo yang sekarang, lo kenapa diam aja? Lo tau orang yang ada didalam foto itu? Dia Dean. Mantan Andin" Azka seketika teringat sesuatu. Azka berbalik cepat.

"Dean?" Tanya Azka.

"Sasya gak tinggal diam, dia ada partner sehingga lebih mudah ngelakuin apa yang dia mau" Sambung Adrian tanpa perduli pertanyaan Azka. Azka mencerna ucapan Adrian.

"Pertemuan Sasya dan Dean menjadi kesempatan bagi mereka" Ucap Reffan.

"Lebih baik lo minta maaf dengan Andin, lo jelasin ke dia" Azka mengambil hpnya yang masih dipegang Reffan kemudian ia mengambil kunci motornya. Azka pergi tanpa pamit dengan masih menggunakan seragam sekolahnya.

"Ikut gak?" Tanya Adrian. Rafa dan Reffan berjalan cepat mengabaikan pertanyaan Adrian.

****

Flashback

Saat Gavina dan Rafa sedang berjalan menuju lapangan basket. Gavina tidak sengaja melihat Andin yang berlari cepat ia sempat bingung. Tetapi saat melihat Dean menyusul dibelakangnya Gavina cepat-cepat mengikuti mereka.

FOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang