26

27 8 0
                                    

Dirumah Azka

"Aghhhh! Apa gue bilang cewek itu ribet" ucap Azka frustasi.

"Sabar yah bang" ucap Adrian. Azka hanya menatap Adrian lalu menghembuskan nafas kasar.

Rafa duduk sendirian di balkon kamar Azka ia masih memikirkan perkataan Gavina tadi.

Reffan melihat Rafa, ia menyadari bahwa Rafa sedang ada apa-apa. Reffan menjenguk Rafa.

"Kenapa?" tanya Reffan

Rafa melirik Reffan sekilas. "Lo tau yang namanya Ghani?" tanya Rafa.

"Ngga, emang kenapa? Lagian nama Ghani gak cuman satu"

"Ngga kenapa-kenapa, cuman nanya" ucap Rafa.

"Ga mungkin cuma nanya, lo galau yah?" tanya Reffan

Rafa terkekeh mendengar itu. "Ngga lah" jawab Rafa.

"Kalau lo udah siap cerita, cerita aja sama kita" Reffan menepuk pundak Rafa lalu ia kembali masuk gabung dengan Adrian dan Azka.

****

Andin duduk di sofa yang berada dibalkon kamarnya. Melihat matahari yang sebentar lagi akan terbenam.

Andin mengecek HPnya. Digrup mereka Gavina tidak muncul disana, Andin tau bahwa Gavina melihat pesan digrup itu namun ia tak membalasnya.

"Semarah itu dia sama gue?" gumam Andin.

"Gue ngerasa bersalah padahal dia yang selalu dengerin gue, tapi saat dia bicara gue ga mau dengerin dia" lanjut Andin. Andin tersenyum miris sambil menatap sunset yang terlihat dari balkon kamarnya.

"Gue sejahat itu yah? dua orang udah gue lukai"

"Besok gue harus minta maaf sama Gavina"

"Huh, tenang Din besok Gavina ga bakal ngejauhin lo lagi" ucap Andin.

Andin masuk kekamarnya menutup pintu yang menghubungkan balkon dan kamarnya. Andin kemudian turun. Dilibatnya Papa dan Mamanya sedang menonton TV, Andin berjalan menjenguk mereka.

"Cie cie berduaan aja" goda Andin, Andin sengaja duduk ditengah-tengah mereka.

"Apaan sih kamu, wajarlah suami istri berduaan, kamu nih ada-ada aja" ucap Papa Andin.

"Tapi ga harus di sini kan, Andin yang ngeliatnya jadi iri" ucap Andin cemberut.

"Makanya kamu cari cowok" ucap Kanaya.

"Emang boleh? dulu aja waktu...." Andin menggantung ucapannya.

"Waktu apa?"

"Hehehe nggak jadi deh, Andin keatas dulu yah dah Ma Pa" Andin berlari menuju kamarnya.

Saat ia sampai dilantai atas. "Ma Pa kalau makan malam udah siap panggil Andin yah" teriak Andin dari Atas.

"Kenapa anak kamu pah?" tanya Kanaya.

"Anak kamu juga ma"

"Iya sih pah" Kanaya cengengesan sambil melirik Tino.

****

Gavina sedang duduk santai di pondok halaman rumahnya. Gavina merasa tidak enak dengan Andin.

Suara notif dari sebuah pesan membuyarkan lamunan Gavina.

"Ngapain sih ngechat malem-malem" ucap Gavina kesal saat mengetahui siapa yang mengirim pesan kepadanya.

Rafa
Malam Gav

"dih, geli gue bacanya" ucap Gavina geli saat membaca pesan dari Rafa.

Gavina
apa sih geli tau gak

Rafa
masa?

Panggilan masuk di HP Gavina, tertera nama Rafa disana.

"Ih ngapain sih nelepon" ucap Gavina kesal, Gavina mematikan panggilan tersebut.

Tak lama Rafa kembali menelepon.
"Nih orang ngapa sih" lagi-lagi Gavina mematikannya.

Rafa kembali menelepon. Gavina yang kesal mengangkatnya.

"Ngapain sih ganggu aja" bentak Gavina.

"Galak banget sih" sahut Rafa

"Gue tutup telepon nya kalo ga penting" Gavina ingin mematikan sambungan telepon.

"Jangan dong ini penting banget" ucap Rafa.

"Apa!?"

"Besok kita jalan yah?"

"Hah? ngga! gue ga mau" ucap Gavina.

"Pliss mau yah" bujuk Rafa.

"Ngga!"

Ghani yang baru saja keluar dari rumah langsung menghampiri Gavina.

"Kenapa marah-marah?" tanya Ghani. Gavina tersenyum senang melihat kedatangan kakaknya.

"Tau nih, ada orang nelepon tapi gak penting, salah sambung kali" ucap Gavina. Ghani ikut duduk di dekat Gavina.

"Siapa?" tanya Rafa.

"Bukan urusan lo" sahut Gavina, Gavina menspeaker panggilan.

"Oh, itu cowok yang lo ceritain tadi yah, yang namanya Ghani" ucap Rafa dengan nada sedih. Gavina menahan tawanya.

"Oh iya nih, gue lagi jalan sama dia, lo mau ngomong gak sama dia?" tanya Gavina. Ghani hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya tersebut.

"Ngga deh makasih, ntar gue sakit kalo ngomong sama dia" tolak  Rafa, ucapan Rafa mengandung kode dan rasa sedih yang Rafa rasakan.

"Kenapa sakit?" tanya Gavina bingung.

"Nggak, yaudah gue tutup yah teleponya, selamat bersenang-senang sama dia, dah Gav" Rafa memutuskan sambungan teleponnya.

"Jahil banget sih" ucap Ghani terkekeh.

"Lagian selalu aja gangguin gue, tadi dia nanya gue deket sama siapa gue bilang aja deket sama lo, terus gue ceritain semua tentang lo, terus ekspresi wajahnya langsung berubah, seneng banget gue jahilin dia" Gavina menjelaskan dengan bahagia.

"Wah keterlaluan lo" walaupun bicara seperti itu tapi Ghani ikut tertawa.

"Oh iya, dia bilang kalau dia ngomong sama lo ntar dia sakit, maksudnya?" tanya Gavina bingung.

"Ntar lo tau sendiri, yuk masuk ga baek cewek keluar malem-malem" Ghani merangkul Gavina masuk kedalam rumah.

"Tumben nih akur" ucap Ferry ayah mereka.

"Emang kita akur yah kan kak?" ucap Gavina

"Ha'ah" sahut Ghani menganggukkan kepala.

"Kita keatas ya Yah" mereka berdua keatas menuju kamar mereka.

--------------------

FOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang