21

32 7 0
                                    

Mereka berempat sedang diperjalanan menuju rumah Ana.
Mereka ditemani oleh Ghani. Sedari tadi Andin memperhatikan Ana yang sesekali melirik Ghani.

"Ana kenapa sih ngelirik kak Ghani terus ". batin Andin.

"Kak kak berhenti" ucap Ana sambil menepuk kursi jok depan.

"Kenapa Ana? lo ngagetin aja" ucap Gavina.

"Kita udah sampe" jawab Ana

"Dimana rumah lo?" tanya Ghani.

"Mobilnya diparkir di sini aja kak, kita jalan ke gang disana"

Mereka akhirnya turun dari mobil,  berjalan mengikuti Ana. Andin menarik Gavina memperlambat jalan mereka.

"Vin, di mobil tadi Ana tuh ngelirik kak Ghani terus" ucap Andin berbisik

"Hah? Serius lo?"
"Pas kita makan malem bareng dia juga ngelirik kak Ghani"

"Apa dia suka sama kak Ghani?"

"Jisa jadi Din soalnya-"

"Woi, lama banget jalannya buruan ntar kalian ketinggalan" ucap Ghani. Mereka berjalan menyeimbangi Ghani.

"Masih jauh ga An?" tanya Andin

"Ngga ko, bentar lagi sampai"

Lama berjalan akhirnya mereka sampai disebuah rumah sederhana.

"Bener ini An?" tanya Andin

"Iya gue masih ingat" jawab Ana sambil tersenyum menatap rumahnya.

Tok tok tok

Ana mengetuk pintu rumah itu.

"Kok sepi yah An" ucap Andin sambil berkeliling melihat sekitar rumah itu.

"Mungkin ibu udah pindah" sahut Ana tertunduk sedih.

"Jangan sedih, kita cari lagi yah, biasanya ibu kamu jualan dimana?" tanya Gavina, ia masih ingat ucapan Andin tadi bahwa ibu Ana berdagang di pasar dekat sana.

"Ibu biasanya jualan di pasar, apa kita cari kesana?"

"Kita coba dulu siapa tau ibu kamu disana" ucap Ghani yang sedari tadi hanya diam

Mereka melangkah meninggalkan rumah itu, belum keluar pekarangan rumah.....

"I..ibu" ucap Ana dengan nada gemetar. Tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Air matanya tak bisa lagi ia tahan. Ana menangis melihat seorang wanita paruh baya didepannya.

Andin Gavina terkejut sementara  Ghani bingung.

"Ibu....."Ana memeluk wanita itu. Wanita itu membalas pelukan Ana.

"Ka...kamu An..na?" ucap wanita itu tak percaya.

"Iya ibu ini Ana..hiks"sahut Ana lalu melepas pelukannya.

"Ibu ma..afin Ana udah ni..nggalin i..bu" Ana berlutut memeluk kaki ibunya. Mereka semua terkejut.

"Ana, bangun nak kamu gak salah" wanita itu menuntun Ana berdiri dengan terisak ia menggenggam tangan Ana.

"Kamu gak salah nak, ini sebuah mushibah, kita lagi diuji sama Tuhan kamu gak perlu seperti tadi. Yang penting.. kita sudah bertemu lagi mulai sekarang ibu akan terus jaga kamu"

Andin dan Gavina yang melihat itu berpelukan dan menangis. Ghani hanya menepuk-nepuk bahu adiknya itu.

"Dunia itu sempit yah, orang yang dicari Ana ternyata orang yang kita kenal" ucap Andin

Ana menjenguk mereka bertiga diikuti oleh Bu Mina.

"Makasih kalian udah bantu gue" ucap Ana kemudian memeluk Andin dan Gavina bergantian.

Bu Mina terkejut melihat dua orang yang dikenalnya.

"Nak Andin? nak Gavina?" ucap Bu Mina bingung.

"Ibu kenal sama mereka?" tanya Ana tak kalah bingung dengan ibunya.

"Iya ibu kenal, kalian yang sudah bantu anak saya? Terimakasih banyak" Bu Mina memeluk Andin dan Gavina bersamaan.

"8ya bu sama-sama" ucap mereka berdua.

"Terimakasih nak, saat ibu ketemu kalian entah mengapa ibu mendapatkan kebahagiaan mungkin ini jawabannya, ibu bertemu kembali dengan anak ibu"

"Mari nak kita ngobrol dulu didalam"

Mereka masuk kedalam rumah.

"Masih lama gak?" bisik Ghani kepada Gavina.

"Sabar dong, emang lo mau kemana buru buru?" tanya Gavina berbisik

"Ngga" ucap Ghani kesal.

"Ini silahkan diminum" Bu Mina meletakkan nampan yang berisi beberapa gelas minuman kemeja.

"Maaf bu sebelumnya, ibu udah tau kenapa Ana bisa hilang?" tanya Andin sopan

"Iya ibu sudah tau, omnya Ana yang menculik Ana saat umur 13 tahun" sahut Bu Mina

"Gila tu orang masa ponakan sendiri diculik" Gavina menutup mulut Ghani kemudian mencubit lengannya. Andin melototkan matanya pada Ghani.

"Bisa diem ga" ucap Gavina dengan menekankan setiap katanya lalu melepaskan tangannya dari mulut kakaknya itu.

"Gini bu, Ana kabur kesini saat Ana dikejar orang suruhannya Ana ketemu sama Gavina, kita takutnya Ana masih dikejar sama orang-orang itu, omnya Ana juga tau kan rumah kalian, saran kita ibu pindah rumah aja takutnya mereka kesini nyari Ana" ucap Andin menjelaskan setiap kata dengan hati hati.

"Iya nak, ibu juga berfikir seperti itu, nanti ibu akan cari rumah yang murah dan aman untuk Ana" ucap Bu Mina.

"Kalau gitu kita pamit ya Bu, Ana lo tinggal disini?"

"Iya gue disini aja"

"Yaudah nanti kita kirim barang lo kesini"

Mereka berpamitan pulang. Ghani sedari tadi memasang wajah kesalnya.

"Apaan sih kak, kusut banget tu muka" ucap Gavina

"Lama banget sih ga betah gue"

"Eh kak lo tau gak-"

"Ga tau dan ga mau tau" Ghani memotong ucapan Andin

"Yaudah, tapi ini penting banget, ya gak Vin" Andin mengedipkan matanya. Gavina tak paham dengan kode itu namun setelah berapa lama dia mengerti.

"Iya pentingggg banget" ucap Gavina

"Apa?" tanya Ghani penasaran.

"Yee tadi gak mau tau sekarang nanya apa" ledek Andin

"Udah cepetan apa" bentak Ghani.

"Santai dong, kalo jantung kita copot gimana"

"Hih, lebay"

"Ana tu selalu merhatiin lo kak, waktu kita makan malem dirumah terus tadi waktu di mobil, di rumahnya tadi juga dia ngelirik lo" ucap Gavina

"Iya lah gue kan ganteng, wajar aja dia ngeliatin gue" ucap Ghani membanggakan dirinya.

"Ih PD banget sih"

"Gini lho kak, dia kan selalu ngelirik lo merhatiin lo itu tandanya dia suka sama lo" jelas Andin. Ghani terdiam memikirkan perkataan Andin.

"Ga mungkin lah ada-ada aja lo kalo ngomong" sangkal Ghani.

"Udah ah kalo gak percaya" Andin dan Gavina mendahului Ghani karena kesal.

"Masa iya dia suka ama gue...  Ih kok gue mikirin itu, ah ngaco tu orang berdua" gumam Ghani.

-------------------

FOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang