Prolog

173 28 59
                                    

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa? Kenapa kalian tidak membawa Atma ke sini!" seorang pria membentak kedua pemuda di hadapannya. Ruangan yang selalu gelap gulita sudah menjadi ciri khas organisasi hitam bernama Black Hawk.

    Lampu redup menyala memberikan sedikit penerangan memperlihatkan seorang pria tengah membentak anak buah, Black Hawk. Seulas senyum miring terukir jelas di sudut bibirnya, kaki galah melangkah mendekati mereka bertiga, ia melihat pria itu murka bahkan kedua matanya berubah memerah. Sang pria bertubuh berisi tersebut angkat bicara.

"Hei-hei! Ada apa ini? Aku tidak pernah melihat tuan marah seperti ini. Kalian berdua bukannya anak buah kesayangan yang tidak pernah ingkar tugas."

"Oh, jangan-jangan kalian berdua berubah pikiran?" lanjutnya tersenyum miring mem-provokator.

"Keputusanku sudah bulat untuk membebaskan mereka semua terutama Atma." ucap Dewa yang sering di panggil tuannya sebutan Arnius, nama asli pemuda itu. Ia sudah berubah pikiran setelah Atma dan Daniel pertama kali masuk ke sekolah, SMA Krias 04—sekolah yang akan mengumpulkan anak kelinci percobaan Black Hawk serta di tambah dukungan orang-orang sekitar.

"Kenapa kau berpikiran seperti itu!? Arnius! Jika keputusanmu itu biarlah yang lain bebas tapi tidak dengan Atma. Gadis itu memiliki kekuatan full power untuk membalaskan dendam pada orang-orang tidak tahu diri itu serta anak paling beruntung yang kekuatannya seharusnya milikku!" ucap tuan panjang lebar nada tinggi, mata merah melotot melihat anak buah emasnya, telah mengkhianatinya secara terang-terangan.

"JAWAB PERTANYAAN TUANMU INI!" lantangnya.

    Dewa menatap mata merah milik tuannya itu, tajam—tidak ada ketakutan dalam dirinya kepada tuan yang telah membuat hidupnya selama ini tidak normal, begitu banyak masa-masa yang harusnya di dapat, berubah menjadi kegelapan. Tidak ada rasa atau masa yang untuk di kenang sama sekali dan hanya ada kegelapan kejahatan yang ia dapat sejak kecil. Dewa maupun korban kelinci percobaan di Black Hawk lainnya, mereka semua kehilangan orang tua dan kasih sayang. Yang ada di dalam diri mereka adalah sifat kejahatan saja, tidak ada yang lainnya.

Kedua alis Dewa menekuk, tatapan mata bak elang begitu tajam menusuk. Sang Tuan melihat perubahan sifat Arnius yang berubah total dari sebelumnya semenjak mendapatkan misi dalam selimut untuk membangkitkan memori Atma supaya kekuatan full power, bangkit.

"Teman-teman ingin hidup seperti dulu dimana nggak ada kekuatan dalam diri mereka, bisa hidup normal dan di terima oleh masyarakat. Aku melihat semua sedih ketika mereka mati-matian menyelamatkan sekolah mereka, merubah pandangan masyarakat yang benci mereka dan menyelamatkan teman dari kejahatan." ucap Dewa menaikkan nada suara meninggi. Pemuda bersifat dingin, datar dan jarang bicara tersebut mengeluarkan semua unek-unek ke tuan di depannya.

  Yada yang ada di sebelahnya, berkata, "sebaiknya kita beristirahat dulu, tuan. Biarkan si target bahagia dulu untuk sesaat jika ada waktu yang tepat maka kita bisa mengambil Atma dan mungkin, kita juga bisa mengambil anak beruntung itu." ucap Yada berusaha untuk berbicara kalem.

"Kenapa kau bisa mengatakan itu?!" tanya tuan menatap tajam ke Yada.

"Karena aku pernah bertemu dengannya, anak beruntung tersebut di suatu tempat. Tuan, sudah menantikannya bukan?" kata Yada tersenyum.

Tuan mencoba menetralkan amarahnya dan memejamkan mata, menarik nafas lalu menghela nafas. Mata merahnya itu kembali normal yaitu mata berwarna hijau tajam. Ia menatap mereka berdua bergantian,"aku pegang, kata-katamu Airuz! Jika omongan itu tidak terbukti maka..." ia menoleh pria galah di sebelahnya.

"Haha, aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian berdua." kata pria galah tersebut keluar dari ruangan tuan.

   Mereka bertiga menelusuri koridor gelap gulita yang di jaga oleh beberapa anak buah Black Hawk bawahan. Beberapa anak buah bawahan memberi hormat pada mereka bertiga karena memiliki jabatan tinggi di organisasi ilegal. Pintu besar terbuka dan memperlihatkan begitu banyak tabung berisikan manusia-manusia. Ini sudah di menjadi pandangan biasa buat Dewa maupun Yada. Pria berambut jambul itu berhenti dan menunjukkan dua tabung membuat mata mereka berdua melotot.

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang