09. Dokter Asahi Kembali

18 6 0
                                    

Kran air menyala, tangan putih tersebut mencuci piring hingga bersih mengkilap lalu ditaruhnya piring itu di pinggir. Seorang wanita mengambil serbet dan mengelap piring basah lalu meletakkan di almari piring.

"Pagi Yuta-kun!" Sapa Ena tersenyum sembari mengelap piring di samping Yuta. Pria itu sama sekali tidak menggubris sapaan Ena dan masih fokus mencuci piring. Mata hijau indahnya itu melihat piring bening yang sudah bersih dan menyuruh Ena untuk mengelapnya.

"Tumben, bangunnya rada siang?" tanya Yuta membuat Ena merasa tidak enak ke pria di sampingnya itu. Sebenarnya tidak masalah buat Yuta kalau Ena mau bangun pagi buta atau bangun siang pakai banget.

Hanya saja, Yuta penasaran.

"Semalam aku tidak bisa tidur," kata Ena meletakkan piring terakhir ke almari kaca di sampingnya," karena suara tikus di belakang rumah."

Dahi Yuta berkerut samar mendengar ada tikus di rumahnya karena selama ini, di rumahnya tidak ada satupun seekor tikus ada di sini. "Dimana tikus-tikus itu muncul?" tanya Yuta dan Ena segera menunjukkan tempat mana yang sering muncul kawanan tikus.

Mereka berdua berada di belakang rumah dan Ena menunjuk ada lubang pipa yang terbuka, lubang itu yang nanti malam keluar tikus-tikus berukuran besar. Ena tidak bisa tidur mendengar suara tikus terus-menerus, itu membuat Ena risih sekali.

"Pasti dari rumah tetangga, tidak mungkin berada di rumahku." Kata Yuta masuk ke dalam rumah meninggalkan Ena yang masih berdiri diam, menoleh melihat punggung Yuta perlahan menghilang dari belokkan.

   Pintu terbuka memperlihatkan banyak barang yang berdempetan, kedua mata Yuta mencari barang yang di carinya setelah mendapatkan barang dicarinya. Ia mengambil benda tersebut yaitu keranjang perangkap tikus. Yuta sedikit menjauhkan wajah dari benda tersebut karena banyak debu yang menempel di sana.

   Keranjang tikus itu sudah terpasang di sana dan tidak lupa dengan makanan kesukaan tikus, keju. Setelah selesai memasang perangkap tikus, menoleh ke Ena. "Nanti malam, tikus itu akan datang."

Ena tersenyum dan mengangguk mengucapkan terima kasih ke Yuta. Ia kemarin ingin memasang jebakan tikus tapi tidak tahu cara menggunakannya dan juga kemarin malam Ena tidak mengetahui kalau ada keranjang buat menangkap tikus. Ah, lebih tepatnya hewan pengganggu.

  Mereka berdua duduk di ruang tamu dan Yuta memperlihatkan hasil rencana kemarin malam. Dua alat suntik yang sudah diisi oleh cairan obat penyembuh, sukses. Ada dua warna cairan yaitu warna biru cerah dan satunya bening.

"Kemarin, aku ingin menyuntikkan salah satu obat ini ke dalam tubuhku. Tapi nggak jadi karena ada orang yang datang di laboratorium." cerita Yuta. Ena terbelalak mendengar cerita singkat Yuta yang seenaknya tanpa berpikir panjang menyuntikkan salah satu obat buatan sendiri, masuk ke dalam tubuhnya.

Itu konyol.

"Bodoh sekali kau!" protes Ena melipat kedua tangannya di dada, menatap pria di hadapannya ini tajam.

"Kalau kau mencoba langsung dua obat ini masuk ke tubuhmu. Bisa-bisa kau dalam bahaya dan nyawamu akan melayang." kata Ena. Yuta menghela nafas panjang sejenak lalu menatap Ena kembali.

"Kalau—"

"Stop!" potong Ena cepat mengangkat jari telunjuk di bibir, bertanda untuk diam. Yuta sama sekali tidak pernah melihat Ena menjadi tegas seperti ini, apa mungkin sudah lama berada di rumah Yuta jadi ia tidak segan-segan memperlihatkan semua sifat aslinya tepat di depan Yuta.

"Sebelum dioperasikan, obat itu harus lulus tes dan untuk uji coba tersebut. Tikus yang kita tangkap akan jadi uji tesnya." Kata Ena sepihak sembari menunjuk ke belakang.

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang