26. Yuta

15 6 0
                                    

  Wanita tersebut merasakan ada yang memerhatikan ia dan Tamaki serta dalam hatinya berkata kalau Yuta pulang setelah Ena dan Tamaki membicarakannya. Ena menoleh ke belakang melihat dan ternyata dugaannya salah, ia pikir di belakangnya ada Yuta dan pria itu memilih diam berdiri di ambang pintu.

Tamaki menoleh ke belakang mengerutkan kening heran dan menatap Ena yang memasang wajah kecewa. "Apa yang kau lihat Ena? Apa tadi ada orang?" Tanya Tamaki dan bibir merah muda tersebut, terangkat menatap Tamaki, berkata,"aku merasa kalau Yuta datang kesini dan berdiri di ambang pintu melihat kita berdua. Aku yakin itu!" Kata Ena begitu yakin kalau perasaannya pada Yuta tidaklah bohong.

"Kau pasti berhalusinasi lagi, Ena. Mana mungkin Yuta berada di sini? Walaupun Yuta kabur dari penjara." Kata Tamaki terdiam sejenak ketika tangan lembut Ena memegang lengannya. Pria itu menatap Ena yang sedari tadi fokus ke ambang pintu, serius.

"Aku yakin! Tadi Yuta ada di sini!" Kokohnya yakin kalau Yuta baru saja menginjakkan kaki di rumahnya. Ena bangkit berdiri dan mencoba memastikan kalau ia benar. Yuta telah kembali.

Jika pria itu kembali ke rumah dengan sepenuh hati Ena akan merasa senang dan memeluknya begitu erat tidak akan pernah terlepaskan. Sorotan mata Ena melihat sekeliling ruangan yang terbuat dari papan dan kayu jati. Kedua kaki putih mulus Ena melangkah perlahan-lahan dan memastikan kalau pria itu pasti malu-malu kucing.

Ena tahu, sikap Yuta sebenarnya dibalik sikap dingin telah masuk ke dalam kehidupannya dan ini juga kemauannya sendiri ketika menolong Ena. Sikap Yuta sebenarnya pemalu dan lemah lembut seperti hati ibunya. Tamaki sudah menceritakan beberapa tentang Yuta, bisa dikatakan yang bagian penting saja. Ketika Ena menoleh ke kiri di belakang tempat dapur, ada kepala yang mengintip di balik pintu dapur melihat seorang wanita yang mencoba untuk menemukan seorang pria buronan yaitu Hekima Yuta di dalam rumahnya sendiri.

Ekor mata cokelat Ena melirik ke arah dapur dan ia ingin sekali mengecek ke dalam sana. Mengingat saat setiap pagi Ena sudah berada di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk Yuta dan juga pertama kali bertemu dengan Tamaki ada perdebatan kecil di sana. Kedua kakinya melangkah maju perlahan-lahan menuju ke dapur dan berdiri di ambang pintu, kedua matanya melihat sekitar dapur yang sama sekali tidak ada orang sama sekali.

"Mana mungkin!" Kata Ena tidak percaya. Ia yakin kalau pria yang dicarinya ada di dalam sini dan tidak akan membiarkan Tamaki menang bahwasanya itu hanya perasaan serta halusinasi tinggi Ena. Sebab Ena sering banget memikirkan Yuta sehingga pikiran Ena sedikit tidak sehat dan terus menerus melihat bayangan Yuta.

  Tamaki sekarang bertugas untuk membantu Ena sesuai apa yang dititipkan oleh Yuta sebelum ke penjara, menemani Ena di rumah serta menyuruh wanita bar tersebut tidak terlalu memikirkan Yuta sehingga Ena bisa fokus. Tamaki tidak tahu, bagaimana caranya agar Ena tidak terlalu memikirkan Yuta.

"Aku tahu, tadi ada orang yang masuk ke dapur dan mengintip." Kata Ena nada penuh keyakinan. Ekor matanya melirik ke sekeliling sudut dapur dan menebak-nebak kalau orang yang masuk ke dalam sini adalah Hekima Yuta.

Perasaannya tidak akan pernah salah.

   Di belakang Ena berdiri seorang pria yang memakai jaket dengan tudung hitam menutupi kepala dan sedikit menutupi wajah. Pria itu membekap mulut Ena dari belakang dan Ena tidak sempat berteriak kencang memanggil Tamaki. Mata indah itu perlahan tertutup karena bius yang ada di sapu tangan itu dan Ena kehilangan kesadarannya.
  
"Maafkan aku, Ena. Melakukan cara sedikit kasar."

  Tamaki yang ada di belakang rumah, ia merasa heran karena Ena sama sekali belum kunjung datang untuk memastikan apakah ada orang yang masuk ke dalam rumah tanpa permisi? Atau Ena benar, yang masuk rumah adalah Yuta?

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang