28. Asahi dan Teror

15 6 0
                                    

Asahi sama sekali tidak tahu apa yang dibicarakan sama Tamaki. Seberapa mampukah dia berdiri di dalam kegelapan sendirian dengan rasa ketakutannya? Siapa yang ia bicarakan dengan mengucapakan kalimat itu. Tamaki menatap ke dokter ahli beda tersebut, selama ini ia sering di dekati oleh Yuta dan mendengar banyak hal serta cerita tentang orang-orang berjuang melawan penyakit serta kebaikan orang-orang di tolong-nya membuat Yuta merasa senang setiap kali mendengar cerita itu.

Yuta adalah pria baik-baik dan tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal. Jangankan melakukan kesalahan fatal, ia yang melihat orang tersiksa saja tidak kuat, hati Yuta terlalu lembut untuk sifat seroang pria sejati. Meski begitu, dibalik itu semua ia ahli meluluhkan hati perempuan tanpa merayu atau apapun. Cukup melihat raut wajah yang awet muda serta menyukai anak-anak, para wanita akan tergila-gila.

Setelah Yuta pulang dan menitipkan sebuah pesan tidak terduga padanya. Ia seolah tidak pantas untuk melakukan itu semua dan sekarang, Tamaki ingin mendengar semuanya dari Asahi. Sejak lama, ia mencurigai dokter ahli beda tersebut. Saat persidangan Yuta dimulai Asahi mencoba untuk menggantikan posisinya maka itu artinya ia bersalah.

Tamaki yakin itu serta dia adalah salah satu komplotan yang selama ini orang-orang bicarakan atau bahkan seluruh dunia ini "Bayangan Kei" yang tidak ada siapapun bisa menangkap mereka.

"Apa kau sama sekali tidak tahu? Siapa yang aku bicarakan? Jika itu iya. Berarti selama ini, selama ini dirimu tidak mengenal temanmu sendiri, Tuan Ichiro Asahi." Kata Tamaki berjalan mendekati Asahi dan memegang kerah bajunya, kedua tatapan tajam Tamaki dan mata Asahi yang dilanda oleh ketakutan terlihat.

"Selama ini kau merencanakan sesuatu, bukan. Untuk menjerumuskan Yuta masuk ke dalam penjara dan juga membuat dirinya hilang dari muka bumi!" Teriak Tamaki tepat di depan Asahi dan mendorong pria itu kuat sehingga Asahi jatuh terduduk tanpa melihat wajah Tamaki yang memerah karena tersulut emosi.

Asahi membuang muka ke sembarang arah, menunduk tanpa mendongak melihat Tamaki yang tersulut emosi. Pria itu sama sekali tidak ada niatan untuk membalas Tamaki, ia sama sekali tidak berhak untuk membalas karena semuanya ini adalah kesalahan Asahi. Ia tidak jujur pada Yuta dan membiarkan pria itu berdiri di cahaya kegelapan paling dalam.

  Air menetes di matanya, gigi menggertak kesal dan mengepalkan tangan kuat-kuat. "Aku tahu, aku salah! Dan aku telah membawa Yuta masuk ke dalam kegelapan karena terpaksa!" Kata Asahi masih tidak melihat ke lawan bicaranya.

Semua orang yang berlalu lalang sesekali melihat ke arah mereka berdua dan pergi, tidak ingin ikut campur dengan urusan mereka. Angin berhembus kencang membuat beberapa helaian rambut mereka bergoyang. Asahi mendongak melihat Tamaki yang masih tersulut emosi, menahan untuk tidak memukul serta menahan tangis yang ingin pecah.

Kehilangan sahabat dan teman dekat memang sangat menyakitkan sekali apalagi ia juga menitipkan seseorang yang dicintai oleh sahabatnya. Hati kecil ini merasa tidak senang, apa yang di bicarakan, ini tidak masuk akal dan tidak pantas. Meski seriingan perjalanan waktu rasa suka itu akan datang dan tuhan sudah membalikkan hati seseorang.

"Aku sebenarnya tidak mau, pria itu masuk ke dalam jurang dan harusnya aku di posisi Yuta sekarang! Tetapi..." ia menundukkan kepala, memejamkan mata berusaha untuk tidak menitihkan air mata ini, mendongak melihat Tamaki yang masih berdiri di hadapannya,"...aku terlalu egois dan ingin menyelamatkan diriku sendiri dengan menjerumuskan orang sebaik malaikat, Yuta."

"Kau tahu, apa pesan Yuta dan kenyataannya, Asahi? Pasti dia akan mencari mu setelah menemui ku dan juga Ena." Kata Tamaki datar membuat Asahi terkejut melihat pria di hadapannya. Bangkit berdiri kembali menatap lekat mata Tamaki yang tidak ada kebahagiaan di sana.

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang