"Lalu bagaimana dengan obatnya? Dokter?" tanya Yuta serius.
Dokter Asahi menatap Yuta sejenak lalu tersenyum lembut dan berkata, "apa kamu sudah membuatnya? Kalau sudah, simpan obat itu buat berjaga-jaga di saat waktu genting." katanya membuat Yuta dan Tamaki mengerutkan kening mendengar respon Dokter Asahi.
Dokter muda itu melihat arloji yang ada di pergelangan tangannya. "Kalau gitu, saya permisi dulu bentar lagi ada pasien di ruang operasi." pamit Dokter Asahi dibalas anggukkan oleh Yuta dan Tamaki, tidak lupa membungkukkan badan sedikit.
Tamaki melihat punggung Dokter Asahi mulai menjauh, ia merasa heran mendengar jawaban Dokter Asahi setelah menghilang hampir satu minggu lebih. Serta obat-obat sudah pulih kembali. Yuta tersenyum tipis memasang wajah datar, memikirkan tentang obat yang ia buat semalaman di laboratorium mendapatkan hasil yang sukses, besar. Dan hanya tinggal satu suntikan saja yang belum terpakai.
"Aku tidak mengerti. Jalan pikiran Dokter Asahi itu kayak gimana? Aneh." komentar Tamaki menoleh ke Yuta yang selalu saja kerjaannya melamun. Ia menepuk bahu Yuta, otomatis pria itu kaget menoleh ke Tamaki.
"Jangan sering melamun! Kayak banyak beban pikiran saja." kata Tamaki.
"Soal obat itu? Bagaimana? Kalau dibiarin terus, nanti obat itu berefek buruk." kata Yuta pelan menatap Tamaki, kedua alisnya menekuk, mata terpejam sejenak, bingung harus ia apakan obat yang sekarang berada penataan suntikkan di belakang.
Di sisi lain ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka berdua mengenai obat. Setelah mendapatkan informasi dari apoteker yang diperintahkan oleh Dokter Asahi malam itu. Orang asing memakai pakaian hitam tertutup, memakai masker dan kacamata hitam pergi dari sana.
"Aku takut, kalau ada orang yang tahu tentang obat itu. Aku akan mendapatkan masalah besar." ucap Yuta penuh ketakutan kalau benar-benar obatnya menimbulkan efek samping lalu para polisi mencoba mencari tahu, siapa pembuat obat terlarang tanpa izin? Yuta akan dijatuhkan hukuman berat oleh hakim.
Tamaki berusaha menenangkan Yuta agar tidak mengarah ke pikiran negatif, ia tahu, kalau jalan yang diambil oleh Yuta adalah resiko besar. "Tenang saja. Tidak akan ada orang yang tahu tentang obat itu." kata Tamaki dan dibalas gelengan kuat Yuta.
"Tidak! Aku harus mengambil suntikkan itu sebelum di pakai oleh salah satu pasien di rumah sakit." kata Yuta bersikeras dan langsung pergi keluar dari ruangan obat menuju ke tempat dimana suntikkan yang ia letakkan tadi pagi.
Langkahnya ia percepat menelusuri koridor rumah sakit menuju ke salah satu ruangan. Dari salah satu ruangan keluar beberapa perawat sembari mendorong peralatan rumah sakit menuju ke ruangan operasi. Di dorongan tersebut ada tiga suntikan berada di sana dan tanpa diketahui oleh Yuta. Pria itu masuk ke dalam ruangan dan melihat beberapa suntikkan yang berjajar rapih di sana.
Mata hijaunya melihat deretan tulisan yang terpampang jelas di alat tersebut sesuai isi cairan tersebut. Yuta mengamati satu persatu suntikkan sebanyak 60 suntikkan ada di sana dan sudah bolong 12 suntikkan jadi hanya 58 suntikan. Sudah ia amati berulang kali, namun, Yuta sama sekali tidak menemukan obat buatannya di sana.
Yuta memegangi kepalanya, mata mendelik, ekor mata bergerak ke kanan-kiri, keringat dingin mulai keluar banyak di pelipis Yuta.
"Yabai yabai yabai!" ucapnya, lalu ia segera keluar dari ruangan itu mencari perawat yang membawa suntikkan Yuta tersebut.
Seandainya ia tadi menyimpan suntikkan itu di lokernya maka kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi. Dan menunggu persetujuan Dokter Asahi terlebih dahulu. Yuta berhenti di tengah lorong menoleh ke kanan kiri mencari suntikkan itu ke mana? Pikiran Yuta sangat kacau hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Hawk [The End]
Ficção Científica{Buku Pertama: Sekolah Aneh Buku Kedua: Misteri dan Memori Buku ketiga: Black Hawk Buku keempat: Kembali SA Buku Kelima: Penggila Cinta} [Di tulis: 18-07-2021] [Di Update: 17-08-2021] [The End: 21-02-2022] [Genre: Fiksi Ilmiah/Fantasi/Misteri/Aksi]...